Menjadi Istri Kedua Majikan
Pagi ini, Bella melangkah masuk kedalam rumah mewah yang sudah seminggu ini dia tinggalkan, yah... sebagai model terkenal, Bella sangat sibuk pemotretan diluar negeri tepatnya Singapura.
“Mami....” teriak Cecilio kecil menghambur ingin memeluk sang mami yang dirindukan nya.
“Hay Cecilio,” membalas senyuman anaknya sekilas.
“Mami gendong.” merengek sambil merentangkan tangan mungilnya.
“Udah, ngak usah manja dan peluk Mami terus, Mami masih capek dan gerah, please Cecilio ngertiin kondisi Mami. main sama mbak Bunga dulu ya.” tolak Bella ingin masuk ke kamar nya istrahat.
“Tapi Cecilio masih pengen main sama Mami.” mengerutkan bibir mungilnya.
“Udah deh jangan cengeng jadi anak laki.” mendorong tubuh Cecilio yang masih ingin memeluknya.
“Mami....Mami...hu...hu...” tangis bocah itu tidak bisa dibendung lagi.
“Udah, sini sayang mbak buatin susu coklat kesukaan Cecilio.” Bunga mendekat dan mengajak bocah kecil itu menjauh dari kamar majikannya.
Belum beberapa langkah Bunga menuruni anak tangga, terdengar kembali teriakan Nyonya Bella.
“ Bunga, obat mas Arya harus diberikan tepat waktu. Apa kamu sudah memberikan untuk siang ini.” Teriak Bella.
“Iya, sebentar Nyonya saya ambilkan dulu.”
Bunga berjalan ketempat penyimpanan obat khusus Tuan muda Arya. suami dari Nyonya Bella sendiri, yang kecelakaan enam bulan lalu sehingga dia hanya bisa duduk di kursi roda akibat sel-sel tulang belakang nya yang tidak berfungsi dengan normal lagi.
“Mbak Bunga, susu buat Cio mana?” rengek bocah tampan itu.
“Sebentar ya sayang, mbak kasih obat ini dulu ke papi Cio, “ bujuk Bunga.
“Cecilio sayang, biar bibi aja yang buatin susu coklat nya ya.” Bujuk bi Ratna tukang masak yang bekerja dirumah ini juga.
“Okey bi.” Balas Cecilio meskipun dia hanya ingin Bunga yang mengurus segala kebutuhan dan keinginan nya.
Dengan setengah berlari, Bunga berjalan menuju kamar pribadi Tuan Arya. membantu memberikan nya obat tepat waktu, kadang kala Bunga juga harus membantu menggantikan pakaian pria dewasa yang terlihat sangat tampan itu.
Meskipun semula Bunga risih, namun dia bisa apa. karena begitu banyak jasa-jasa keluarga Tuan Arya terhadap keluarga nya. terutama Bella dan ibunya Arya Nyonya Sinta, mereka lebih percaya jika Bunga yang merawat Arya secara langsung.
Semua dilakukan dan diawali Bunga dengan semangat dan rasa ikhlas, selain itu Bunga juga harus mengumpulkan uang untuk bekal dia kuliah nantinya.
Bunga yang masih duduk dikelas tiga SMA itu harus pintar-pintar dalam membagi waktu, antara sekolah dan bekerja dirumah Tuan Arya. ini sudah dilakoni Bunga semenjak nenek satu-satunya anggota keluarga yang dimiliki Bunga sudah mulai sering sakit-sakitan. sedangkan kedua orang tua Bunga sudah lama meninggal dunia.
**
Pagi ini Bunga merasa mata pelajaran yang diterangkan pak Ahmad berjalan begitu lambat, bahkan sudah lewat tiga puluh menit dari jam biasanya dia mengajar kan materi. Bunga mulai resah mengingat sepulang sekolah nanti dia harus ke apotik terlebih dahulu untuk membeli obat untuk nenek.
Setelah itu Bunga akan bekerja di Rumah bu Bella, sedangkan malam hari nya Bunga bisa belajar dan istrahat.
“Aduuh, aku bisa telat nanti datang untuk bekerja kerumah bu Bella.” gumam Bunga.
Bel pulang sekolah, seperti menerima gajian bagi Bunga saking senangnya, dengan cepat dia keluar dari kelas dan langsung menuju apotik yang tidak terlalu jauh dari lokasi rumah dan sekolah nya.
Meskipun semula Rendi teman sekelas, yang sudah lama menyukai Bunga. Menawarkan untuk mengantarkan gadis itu menuju apotik dengan motor nya, namun Bunga menolak dengan halus. Dia tidak ingin Rendi berharap lebih padanya.
“ Syukurlah, akirnya aku bisa juga membelikan obat untuk nenek.” gumam Bunga dan segera kembali pulang.
“Nenek, diminum dulu ya obatnya.” membantu meminumkan obat pada neneknya.
“Terimakasih sayang.” Balas nenek mengelus lembut rambut bergelombang Bunga, sambil menatap kasihan cucunya itu.
“Gara-gara nenek, kamu harus terpaksa bekerja nak.” Ucap nya lemah.
“Tidak apa-apa Nek, Bunga ikhlas melakukannya. oya Nek. Bunga ngak bisa lama-lama karena harus memberikan obat juga untuk Tuan muda Arya.” Ucap Bunga segera mengganti pakaian nya.
“Iya, hati-hati ya nak.” Ucap nenek melepas Bunga untuk bekerja.
Baru beberapa langkah Bunga meninggalkan Rumah, teriakan Bu Siti tetangganya, menghentikan langkah kaki gadis remaja tersebut.
“Bunga, nenekmu kejang-kejang.” Teriak bi Siti terlihat panik.
“Apa?”
Bunga langsung berlari kembali masuk kerumahnya, dia tidak peduli lagi dengan pekerjaannya dan tuan Arya yang sedang menunggunya untuk membawakannya obat siang ini.
“Nenek...bangun Nek, nenek kenapa?” tangis Bunga seketika pecah memeluk tubuh nenek yang sudah tidak sadarkan diri lagi.
Dibantu beberapa orang tetangga terdekat nya, nenek dibawa ke klinik, Bunga resah dan berjalan mondar-mandir didepan ruangan pemeriksaan dokter.
Ceklek... pintu ruangan itu terbuka, dokter menghampir Bunga dengan ekspresi wajah yang sudah bisa ditebak Bunga, jika telah terjadi sesuatu yang buruk pada neneknya.
“Kami tahu ini sangat berat bagimu dek, meskipun kami sudah berusaha semaksimal mungkin, namun ini sudah kehendak Allah, kami dari tim dokter turut berduka cita.” Balas dokter sambil berlalu pergi dari hadapan Bunga.
Air mata membanjiri wajah cantik Bunga, dia kembali menangis sambil memeluk tubuh nenek nya yang sudah terbujur kaku.
“Jangan tinggalkan Bunga Nek hu...hu....Bunga tidak punya siapa-siapa lagi.” tubuh mungil Bunga bergetar menahan isakan tangisnya.
“Bunga, sabar dan kuatlah nak. kamu tidak sendirian sayang, ada ibu yang menyayangi mu.” terdengar suara lembut mengusap rambut Bunga. suara yang sangat dikenali nya.
“Bu Sinta hu...hu...nenek Bu.” Ucap Bunga memeluk majikannya, yang merupakan ibu dari tuan muda Arya.
“Belajar ikhlas lah nak, ibu mengerti perasaan mu.” Bujuk Sinta,
Sinta yang semula, tengah menghadiri rapat besar pemegang saham, langsung mewakilkan ke Billy yang merupakan asisten Arya, sementara Sinta langsung menuju Rumah sakit begitu mendengar berita yang menimpa nenek Bunga.
Untuk tugas Bunga yang mengurus Arya, terpaksa dia serahkan pada bi Ratna, untuk menggantikan mengurus Arya sementara waktu, sedangkan istrinya Bella sibuk dengan para sahabat sosialita nya.
Setelah proses pemakaman selesai, Sinta membujuk Bunga untuk pindah dan tinggal bersama mereka dirumah besarnya.
“Bagaimana Bunga, disana kamu tidak akan kesepian sayang. Ibu khawatir meninggalkan kamu tinggal dirumah ini sendirian.” Bujuk Sinta.
“Baiklah Bu.” Bunga mulai berkemas, tidak lupa dia membawa foto keluarga nya, ayah , ibu dan sang nenek. Bunga sudah mengikhlaskan kepergian orang-orang terdekat yang sangat dicintainya.
Tidak pernah terbayangkan oleh Bunga, sekarang dia hidup sendirian tanpa seorang pun anggota keluarga terdekatnya lagi. saat ini hanya Bu Sinta yang sangat peduli padanya.
“Bunga ini kamar mu nak.” tunjuk Sinta pada kamar yang tidak terlalu jauh dari kamar Tuan muda Arya.
“Maaf Nyonya, apa kamar ini tidak salah? Ehm maksud Bunga, kamar ini terlalu mewah untuk pelayan seperti Bunga, sebaiknya Bunga dikamar belakang saja yang berdekatan dengan bibi Ratna.” Tolak bunga sungkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Sonia pramita
mampir juga Thor 😉
2024-05-03
0
Mbah Edhok
menyimak ceritamu yang membuatku penasaran ... konsentrasi!...
2024-01-06
0
💖syakilah💖
aq mampir thorr, kemapa aq pencet vaporit bisa tapi like gak bisa apa jaringan sinyal q ya yg gak bagus.
2023-01-06
0