Lina dokter muda dari dunia modern, sang jenius harus meninggal karena kecelakaan tunggal, awalnya, tapi yang sebenarnya kecelakaan itu terjadi karena rem mobil milik Lina sudah di rusah oleh sang sahabat yang iri atas kesuksesan dan kepintaran Lina yang di angkat menjadi profesor muda.
Tapi bukanya kelahiran ia justru pergi kedunia lain menjadi putri kesayangan kaisar, dan menempati tubuh bayi putri mahkota.
jika ingin kau kelanjutannya ayo ikuti terus keseruan ceritanya, perjalan hidup sang putri mahkota
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Pagi itu di kota kekaisaran belum pulih dari luka serangan para iblis hitam. Dinding luar istana masih dipenuhi bekas bakar dan retakan, namun bendera kekaisaran tetap berkibar gagah di menara tertinggi. Shuwan Lian berdiri di salah satu balkon tinggi, memandang jauh ke arah pegunungan utara yang tertutup kabut tipis.
"Mereka mundur... tapi ini belum berakhir," gumamnya pelan. Tangannya yang mungil namun kuat mencengkeram gagang pedang Naga Ikahi di pinggangnya.
Di belakangnya, Han Juan dan Dai Lin masuk dengan wajah cemas. Han Juan membawa secarik kain sutra putih yang dililit simbol kuno berbentuk bulu phoenix dan dua pedang bersilang.
"Putri Shuwan, ini... kami menemukannya di medan pertempuran," ucap Han Juan, menyerahkan kain itu.
"Apa ini?" tanya Shuwan sambil mengamati dengan seksama.
Han Juan menjawab lirih, "Simbol dari Klan Penjaga Utara. Mereka sudah menghilang ratusan tahun, tapi... seseorang dari mereka membantu pertahanan kita. Tak terlihat, tapi jejak kekuatannya tidak bisa disangkal."
Shuwan menggigit bibirnya. Dalam hatinya, suara lembut berbisik, seolah berasal dari mimpi-mimpinya selama ini. Suara itu dingin tapi menggetarkan: "Jalanmu tidak sendirian"
Han Juan menatap Shuwan dalam-dalam. "Putri, ini mungkin bukan sekadar pesan. Ini panggilan dari seseorang yang akan menjadi bagian dari takdirmu."
Shuwan mengangguk perlahan. "Kalau begitu, aku akan memulai pencarianku paman. Tapi aku tak akan meninggalkan ibu kota tanpa memastikan kestabilan wilayah ini. Dunia masih terlalu rapuh untuk aku tinggalkan."
Dai lin tampak heran dengan keberanian Shuwan, tapi tak banyak bertanya. Ia hanya menunduk hormat.
Saat mereka hendak beranjak dari balkon, dua makhluk bersinar terbang melintasi langit, lalu turun dengan anggun ke sisi Shuwan—Phoenix Api dan Phoenix Es, keduanya sudah menjadi bagian dari kekuatan Shuwan sejak pelatihan di Lembah Cahaya.
Han Juan tersenyum kecil. "Tampaknya mereka setia padamu sepenuhnya."
Sedangkan Dai Lin sangat shock melihat burung legenda ada di sisi Shuwan.
Shuwan menoleh dengan tatapan penuh tekad. "Kalau begitu, waktuku memang sudah dekat. Dan aku tahu, seseorang di Utara sedang menungguku."
"Untuk paman Dai Lin, tidak perlu kaget dan jangan bilang pada siapa pun tentang apa yang paman lihat saat ini" ujar Shuwan
Dai Lin dengan cepat mengangguk patuh dalam keterkejutannya.
Setelah itu mereka pun masuk kedalam istana untuk membicarakan hal penting pada kaisar.
...----------------...
Malam harinya
Langit malam di atas istana kekaisaran Dawei tampak begitu tenang, namun di dalam hati Shuwan Lian, riak-riak keresahan mulai muncul. Setelah pertempuran hebat melawan iblis hitam di dalam kota kekaisaran,
Shuwan memutuskan untuk menyendiri di taman dalam tempat dulu ibunya—Permaisuri Jian—suka berdoa.
Shuwan sudah tahu kebenaran tentang siapa ibunya. Ia bukan hanya seorang permaisuri yang anggun, tapi juga pemilik warisan cahaya murni. Kini, cahaya itu mengalir dalam dirinya—kuat, hangat, namun juga penuh tanggung jawab.
"Ibu... aku ingin tahu lebih banyak. Aku ingin mengerti kenapa ibu memilih untuk menyerahkan semuanya demi kelahiranku," gumam Shuwan dalam hati sambil memandangi bunga-bunga putih yang bermekaran di bawah sinar bulan.
Tiba-tiba, sebuah cahaya lembut keluar dari bawah altar batu di tengah taman. Shuwan mendekat, lalu lututnya terasa lemas ketika melihat sebuah kotak batu kecil berukir lambang burung phoenix dan bunga teratai. Kotak itu terbuka dengan sendirinya, memperlihatkan sebuah kristal cahaya murni.
"Jika engkau membaca ini, berarti kau telah membangkitkan cahaya dalam dirimu, anakku," suara lembut terdengar dari dalam kristal. Itu suara ibunya—suara Permaisuri Jian.
"Aku bukan wanita biasa. Aku berasal dari Cahaya, dari negeri langit yang tak dikenali manusia. Tapi aku memilih menjadi manusia agar bisa mengenal cinta... lalu aku masuk kedalam rahim keluarga Han yang baik tapi sayang aku memiliki jie jie tidak baik. Hingga aku bertemu kaisar pria yang baik dan di tambah kehadiran dirimu aku mengenal makna kehidupan." ujar suara itu
Kristal itu menyampaikan kenangan-kenangan ibunya: tentang saat ia menyerahkan kekuatan phoenix murninya ke dalam tubuh bayi kecil yang baru lahir, dan bagaimana ia menyembunyikan semua itu dari dunia. Shuwan menggenggam kristal itu, dan untuk pertama kalinya sejak pertempuran, air matanya jatuh.
"Ibu... aku akan menjaganya. Aku akan melindungi semua yang kau cintai."
Dengan cahaya yang kini semakin kuat dalam tubuhnya, Shuwan merasakan sesuatu bergetar di langit.
Namun di istana, tak seorang pun tahu siapa Putri Cahaya sesungguhnya. Bagi mereka, Shuwan hanyalah Putri Tunggal Kekaisaran, gadis cerdas dan pemberani. Hanya Kaisar dan Paman Han Juan yang mengetahui bahwa dialah warisan cahaya terakhir dari Permaisuri Jian.
Dan malam itu, di bawah langit yang berkilau tenang, Shuwan bersumpah dalam diam. Musuh boleh datang dari segala penjuru, tapi ia tidak akan pernah menyerah. Karena ia adalah penerus ibunya. Putri Cahaya sejati.
Bersambung