Terpaksa.. demi memenuhi keinginan kakek nya, Devan Kanigara Elajar, menikahi seorang model yang penuh dengan skandal dan kontroversial. Pernikahan itu berlangsung di atas kesepakatan dan azas saling menguntungkan saja, tanpa melibatkan perasaan ataupun keinginan lebih.
Dalam perjalanan nya, kehidupan pernikahan mereka di warnai berbagai permasalahan hidup yang tidak mudah, sehingga membawa keduanya pada kedekatan serta rasa yang saling bergantung satu sama lain.. Mereka berdua ternyata memiliki
banyak kecocokan. Baik dalam segi sifat maupun karakter yang sama-sama keras di luar namun embut di dalam.
Bagaimanakah Devan dan Sherin melalui setiap masalah dengan kebersamaan dan kekompakan, Yuuk kita simak saja kisah selengkapnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2. Terkejut
***
Apartemen Flamboyan Suite di pusat kota..
"Aku harus keluar dari tempat ini sekarang juga
Vint. Ini bukan tempat yang cocok untukku.!"
Sherin berbicara sambil merapihkan semua
pakaiannya ke dalam koper. Vincent terpaksa
membantunya walau dia tidak mengerti apa
sebenarnya yang terjadi. Pulang dari kantor
Starlight Management, wajah cantik gadis itu
tampak muram. Dan sekarang dia memaksa
ingin keluar dari apartemen yang selama ini
di tempati nya.
Apartemen ini merupakan fasilitas yang di
sediakan oleh perusahaan untuk model-model
papan atas yang bernaung di management nya.
"Apa sebenarnya yang terjadi Beb.? Apa kau
sudah melihat sendiri kebusukan kekasih dan
adikmu yang tidak tahu diri itu.?"
"Selama ini aku mencoba untuk tetap percaya
padanya. Tapi sekarang, semuanya nyata di
depan mataku sendiri.!"
"Stella akan melakukan apapun untuk dapat
menyingkirkan mu dari hadapannya. Selama
ini kau sudah terlalu banyak mengalah Sherin."
"Kau benar, dan sekarang semuanya aku rasa
sudah cukup. Aku tidak akan mengalah lagi.!"
"Apa kau akan kembali ke rumah Kakek mu.?"
"Itu bukan rumahku. Aku tidak punya hak untuk
tinggal di rumah itu."
"Ohh My God Sherin.. Kenapa kamu harus terus
hidup dalam ketidakjelasan begini sih.! Kamu
itu cucunya Natakusumah.!"
Sherin menghentikan aktivitasnya. Dia tampak termenung, pandangannya jelas mengambang.
Dan matanya terlihat mulai memanas.
"Sudah, jangan banyak bicara. Malam ini aku
numpang dulu di tempat mu. Besok kita harus
ke luar kota. Setelah selesai, aku akan mencari kontrakan baru."
Ujar Sherin sambil kembali merapihkan barang
miliknya di masukan ke dalam tas besar. Vincent
tersenyum senang, wajahnya yang lebih terlihat
cantik daripada tampan itu tampak bahagia.
"Kenapa harus mencari kontrakan, kamu bisa
tinggal di rumahku selama-lamanya kalau mau."
"Hussh.. kita ini bukan muhrim Vincent, walau
bagaimanapun kita berdua berbeda gender."
"Owhh.. jadi kamu masih menganggap ku
sebagai seorang pria, begitu.? "
"Tentu saja, kau kan memang seorang pria.!"
"Kalau begitu, menikahlah denganku.!"
Sherin kembali menghentikan kegiatannya. Dia
melirik kearah Vincent, kemudian berdiri tegak
sambil bertolak pinggang di hadapannya dengan
sesungging senyum miring terukir di bibirnya
"Kau harus mengalahkan aku dulu, setelah itu,
baru deh bisa berkata dengan gentle untuk
mengajakku menikah."
"Ishh.. ngeri banget sih syaratnya.! Mending
pasrah deh kalau begitu."
Keluh Vincent sambil cemberut kesal. Sedang
Sherin tersenyum puas seraya menepuk bahu
Vincent. Akhirnya mereka berdua kembali pada
kegiatannya. Dan tidak lama semuanya selesai.
Tidak banyak barang yang di bawa oleh Sherin.
Hanya yang bersifat pribadi saja, karena pada dasarnya semua barang yang ada di lemarinya
adalah hasil pemberian Brian.
Akhirnya, Sherin benar-benar keluar dari tempat
itu. Dia tidak mungkin lagi tinggal di apartemen
milik pria yang sudah mengkhianati cintanya.
Dan Brian hanya bisa menjatuhkan dirinya lemas diatas sofa saat dia datang menyusul ke tempat
itu yang sudah dalam keadaan kosong. Dia hanya
bisa mengumpat kesal.
Sherinda..selama ini wanita itu memang sangat
keras dan teguh dalam segala hal. Bahkan dirinya tidak pernah bisa menyentuh nya selama 4 tahun menjalin hubungan. Dan hal inilah yang membuat hatinya perlahan melemah. Dia lelah menghadapi
sikap angkuh Sherin. Kekasihnya itu terlalu kuat
dalam menjaga diri serta kehormatannya
"Kau tidak akan bisa lepas begtu saja dariku
Sherin. Kau adalah aset yang sangat berharga
untuk kemajuan perusahaan ku.!"
Desis Brian dengan senyum smirk. Di ambang
pintu apartemen muncul sesosok gadis cantik
berpakaian seksi yang langsung nyelonong
masuk, lalu mengecek seisi apartemen.
"Owhh Kak Sherin malang.. Kasihan banget sih
nasibmu. Kau selalu saja berulah dan semua
itu hanya membawamu pada kesulitan."
Lirih gadis itu dengan wajah yang terlihat sedih
dan muram. Brian mendekat padanya, tanpa
basa-basi dia segera menarik tangan gadis itu
menuju ke dalam kamar yang biasa di tempati
oleh Sherin.
"Brian..mau apa kamu.? Hei.. Brian.."
"Bukankah ini yang kau inginkan baby.? Apa
kau pikir aku bisa tahan melihatmu berpakaian
seperti ini.? Kenapa kau selalu menggodaku
Stella sayang.."
"Aku datang untuk melihat kondisi kakakku
yang sangat angkuh itu sayang, bukannya
ingin menggoda mu."
"Jangan mencari alasan Nona Stella Muller.."
"Brian..kamu nakal ya..! Ingat ya sayang, kamu
harus selalu menuruti semua keinginanku.!"
"Tentu saja baby, apapun akan aku berikan
untuk wanita yang sangat aku cintai.!"
Desis Brian. Stella hanya bisa pasrah saat Brian melepas semua kain yang menempel di tubuh
mereka. Dan tidak lama sudah terdengar suara desahan serta erangan dari dalam kamar yang
baru beberapa jam lalu di tinggalkan oleh
Sherin tersebut..
***
Berkecimpung di dunia hiburan bagai naik
roller coaster. Naik turun dengan ritme cepat
dan adrenalin tinggi. Begitupun persaingan di
dunia modeling. Walau dari luar terlihat seolah menyenangkan, glamor dan cenderung terkesan memukau serta menarik, namun sesungguhnya persaingan di dalamnya tidak akan pernah terbayangkan. Sangat panas, hingga terkadang memaksa para pelakunya untuk bekerja keras
tanpa mengenal lelah.
Begitupun yang di rasakan oleh seorang model
cantik, Sherinda Maheswari Natakusumah..yang
selama ini bernaung di bawah agensi model
terkenal berlebel Starlight Management..
Gadis berusia 25 tahun itu sudah meniti karir di
dunia modeling sejak duduk di bangku SMP. Dia
sudah bekerja keras selama ini dengan berbagai pengorbanan yang tidak mudah hingga akhirnya
bisa mencapai posisi sebagai super model di agensinya dan kini namanya sudah cukup di
perhitungkan di dunia internasional.
Sherin terjun ke dunia yang penuh dengan resiko
ini, selain karena kecintaannya pada bidang ini,
juga agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Karena ketidakadilan dalam keluarga
memaksa dirinya tersingkir. Orang tidak akan
tahu, bagaimana kerasnya perjuangan dia dalam membangun karirnya dari nol hingga bisa seperti sekarang ini. Dia juga mencoba membentengi
diri agar tidak terperosok ke dalam kehidupan
glamor yang sejauh ini seringkali di perlihatkan
oleh sebagian besar model yang sudah populer.
Dua hari ini Sherin di sibukkan dengan semua
pekerjaan luar kota yang terus saja datang tiada
henti. Dia seolah tidak punya waktu untuk rehat,
benar-benar seperti robot.
Waktu sudah menjelang magrib saat Sherin tiba
di bandara setelah terbang dari luar kota karena mendapat telepon dari ibunya yang mengatakan bahwa dia harus pulang malam ini juga. Tidak
biasanya, ibu yang tidak pernah peduli padanya
itu menghubungi nya. Selama ini, yang ada di
mata ibunya hanyalah Nona Muda Stella Muller,
buah pernikahannya dengan suami keduanya.
Sherin di suruh langsung datang ke restauran langganan keluarga. Ibunya itu hanya berkata
bahwa ada hal penting yang ingin di sampaikan.
"Kau pulang saja Vint, aku akan pulang naik
taksi nanti. Besok kita bertemu di kantor."
Ucap Sherin pada Vincent yang terlihat ragu
untuk meninggalkan majikannya itu.
"Apa kau yakin semuanya baik-baik saja.?"
"Jangan khawatir, aku pastikan semuanya
akan baik-baik saja. Sudah sana pulang."
"Tapi Sher.. ayah sambung mu itu tidak bisa di
percaya. Aku tidak yakin padanya. Aku takut
ada kakak sambung mu juga di sana."
Vincent tetap ragu untuk meninggalkan area
restauran. Dia menatap berat ke arah Sherin
yang sedang merapihkan penampilannya.
"Memangnya apa yang kau takutkan? Sudah
sana. Aku akan menangani nya dengan baik."
"Tapi Sherin.. bagaimana kalau mereka.."
"Vincent Marthinus.. percaya padaku deh.!"
Vincent saling pandang dengan Sherin yang
terlihat menatapnya sedikit gerah. Akhirnya
pria kemayu itu menggedikan bahunya.
"Baiklah, hati-hati di dalam. Telepon aku kalau
ada apa-apa. Sampai jumpa besok di kantor."
Sahut Vincent sambil kemudian melajukan
mobilnya meninggalkan area restauran. Sherin
tampak menegakkan badannya, kemudian
melangkah tenang masuk ke dalam restauran
sambil mencoba memasang senyum manis
yang mampu membuat mata para pengunjung
lain mau tidak mau mengarahkan fokus mereka
pada kemunculannya.
Ada banyak pengunjung yang terlihat mulai
bergunjing menggosipkan Sherin. Isu miring
lagi-lagi menerpa nya dirinya beberapa hari ini,
ketika berita tentang dirinya yang kena grebek
di dalam kamar hotel bersama pengusaha
terkenal merebak di masyarakat.
"Nona Sherin..mari ikuti saya, keluarga anda
sudah menunggu di ruangan biasa."
Sambut manager restauran sambil kemudian
membimbing gadis pemilik tubuh indah nan
mempesona itu menuju ruangan VVIP.
Namun, apa yang kini terlihat dalam ruangan
itu membuat wajah Sherin berubah terkejut
dan tidak nyaman. Bagaimana tidak, saat ini
dia melihat Brian duduk berdampingan mesra
dengan Stella. Lalu ada ibunya bersama ayah sambung nya. Dan ada kedua orang tua Brian
juga yang terlihat menatap tidak suka pada kedatangannya.
Mata Sherin langsung bersirobos tatap dengan
mata Brian yang terlihat sangat dingin. Tak ada sambutan hangat ataupun respon positif dari
laki-laki yang masih berstatus sebagai kekasih
nya itu. Ada luka tidak kasat mata yang kini
menggores lubuk hati Sherin. Dia benar-benar
tidak nyaman melihat pemandangan yang
ada di depan matanya itu.
"Sherin..kau sudah datang.? Ayo duduk.!"
Nyonya Kinar, ibu Sherin menunjuk kursi yang
ada di dekatnya. Raut wajah wanita paruh baya
itu tampak rumit, namun ada seberkas kerinduan
yang masih tersisa dalam sorot matanya. Sherin menarik nafas panjang, dia mencoba untuk tetap tenang kemudian perlahan melangkah.
"Loh, jadi anda mengundang dia juga Nyonya
Kinar, untuk apa ya? Bukankah yang memiliki kepentingan di sini adalah putri bungsu anda.?"
Nyonya Laila, ibunya Brian berucap dengan nada
ketus dan terlihat jelas kalau dia tidak menyukai kehadiran Sherin di tempat itu.
Deg !
Jantung Sherin rasanya seperti terhantam benda keras. Ada apa ini sebenarnya.? Dia cukup tahu,
ibunya Brian tidak begitu menyukainya, karena
berbagai isu miring yang selalu menerpanya.
Selain itu wanita yang selalu berpenampilan Wah
itu juga tidak menyukai Sherin karena dia tidak
pernah berpenampilan mewah nan glamor di
situasi santai seperti ini, gadis itu lebih suka
tampil sederhana dan apa adanya.
"Aku yang meminta nya datang Tan..Aku ingin
dia menjadi saksi peristiwa penting malam ini."
Stella berucap sambil tersenyum lembut ke arah
Nyonya Laila yang langsung memasang wajah
cerah ceria begitu mendengar suara halus gadis
cantik berpenampilan glamor itu.
"Owhh..baiklah sayang kalau itu kemauan mu."
Sahut Nyonya Laila dengan senyum seribu watt
nya. Hati Sherin semakin tidak nyaman. Matanya
kini menatap tajam wajah tampan Brian yang
duduk di hadapannya. Tapi pria itu sepertinya
sengaja menghindari kontak mata dengan nya.
"Tante tidak keberatan kan kalau Kak Sherin
ada di sini.?"
Stella kembali meyakinkan sambil memegang
tangan Brian yang terlihat menggenggam balik
tangan nya. Nyonya Laila tersenyum lembut.
"Tentu tidak Stella sayang, asalkan itu bisa
membuatmu bahagia.."
Hati Sherin semakin berdenyut sakit. Sungguh,
ini adalah kepahitan nyata yang terjadi di depan
matanya langsung. Stella tersenyum lembut
sambil melirik sekilas ke arah Sherin.
"Terimakasih ya Tante sayang.."
"Sama-sama sayang.."
Kedua wanita itu sama-sama tersenyum cerah.
Sherin memalingkan wajahnya ke sembarang
arah sambil menarik nafas dalam-dalam.
"Baiklah Tuan Hendrik, kita langsung saja pada
pokok pembahasan sebelum berlanjut pada
acara makan malam. "
Tuan Adam Mcknight terdengar berbicara di
sambut anggukan kepala Tuan Hendrik yang
terlihat sangat antusias.
"Tentu saja Tuan Mcknight.. Jadi kita putuskan
saja. Untuk lebih mempererat hubungan antara
dua perusahaan, kita akan menjodohkan putra
putri kita. Kelihatannya, mereka berdua juga
sudah saling cocok satu sama lain."
Sambut Tuan Hendrik sambil melirik kearah dua
sejoli yang duduk berdampingan tersebut. Sherin tampak terkejut bukan main mendengar ucapan
ayah sambung nya itu. Dia kembali menatap
tajam kearah Brian penuh interogasi, tapi pria
itu lebih memilih memalingkan pandangannya
pada wanita yang duduk anggun di sampingnya.
"Kalau begitu, mari kita sepakati saja. Mereka
berdua, Brian dan Stella akan bertunangan satu minggu lagi.."
Sambung Nyonya Laila dengan semangat 45
dan wajah yang terlihat sumringah.
Duarr..!!
Bagai tersambar petir di siang bolong, wajah
Sherin langsung saja memucat. Jelas terlihat
kalau dia sangat terkejut dengan kabar ini..
Bertunangan, Brian dan Stella.??
***
Bersambung...
d tunggu karya selanjutnya author kesayanganku😍😍😍
ceritamu luat biasa semuaaaaa 🥹🥹🥹👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻