Lareyna adalah istri yang semena-mena pada suaminya karena selama ini dia mengira suaminya menikahinya hanya karena bisnis.
Sebuah kesalahpahaman terjadi antara mereka hingga hubungan mereka semakin jauh padahal sudah berlangsung selama tiga tahun.
Hingga sebuah insiden terjadi, Ayden menyelamatkannya dan menukar nyawanya demi keselamatan Lareyna. Di ujung kebersamaan mereka Lareyna baru tahu kalau Ayden selama ini mencintainya.
Dia menyesal karena sudah mengabaikan Ayden, andai ada kesempatan kedua dia ingin memperbaiki semuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vicka Villya Ramadhani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diam dan nikmatilah
Ayden tampak sibuk di dapur sedangkan Lareyna sibuk menatap suaminya itu dari meja makan dengan kedua tangannya menopang dagu. Dia tersenyum dan terus membayangkan betapa seksinya sang suami yang menggunakan celemek cokelat itu. Sesekali Ayden menoleh padanya dan melepaskan senyuman tipis, Lareyna dibuat meleleh, dia bahkan hampir meneteskan air liurnya melihat betapa menawannya sang suami.
'Mengapa aku dulu nggak pernah melihat Ayden seperti ini? Aku terlalu dibutakan oleh cintaku pada Morgan sampai melewatkan lelaki setampan dan sebaik Ayden. Astaga ... sebenarnya sejak dulu Tuhan sudah begitu sayang padaku, tetapi aku yang tidak menyadarinya. Sekarang aku diberi kesempatan kedua untuk melihat betapa bodohnya aku dahulu,' ucap Lareyna dalam hati.
Masakan Ayden untuk sarapan kali ini cukup menggugah selera Lareyna. Di hadapannya sudah ada beberapa menu kesukaannya. Dia tidak bisa untuk tidak kagum pada suaminya ini sebab Ayden mengetahui begitu banyak hal tentangnya. Oh, bahkan mungkin ada hal yang lebih diketahui Ayden dibandingkan dirinya.
"Mengapa kamu menatapku seperti itu? Kamu nggak akan kenyang jika hanya menatapku saja," ucap Ayden yang membuat Lareyna tertawa pelan.
"Aku akan makan jika kamu yang menyuapiku," ucapnya lalu kemudian dia melebarkan kedua bola mata hazelnya itu. Kepalanya menggeleng. Dia berkata lagi, "Nggak, aku nggak serius dengan ucapanku. Ayo kita makan. Kamu akan berangkat ke kantor, bukan? Jangan buang waktumu. Aku juga akan ke kampus pukul sepuluh nanti."
Sudut bibir Ayden terangkat sebelah, dia menatap Lareyna dengan begitu misterius lalu tatapannya beralih pada makanan di piringnya. Dia menyendok makanan itu lalu dia berdiri dan mencondongkan tubuhnya ke hadapan Lareyna.
"Buka mulutmu. Aku nggak akan membiarkan istriku kelaparan hanya karena aku nggak bisa menyuapinya. Tanganku masih kuat, aku akan menyuapimu setiap kali kamu menginginkannya," ucap Ayden.
Lareyna tersipu malu, dia mengalihkan pandangannya karena Ayden begitu dekat dari wajahnya.
'Astaga sial ...! Aku begitu ingin merasakan ciuman Ayden lagi. Apa aku cium saja dia dan menanggalkan harga diriku? Dia sangat menggoda iman!' pekik Lareyna dalam hati.
Ayden meletakkan sendok itu di piring Lareyna. Dengan jari telunjuknya dia menarik pelan dagu Lareyna agar istrinya itu tidak berpaling darinya.
Lareyna berhasil menoleh. Manik mata sekelam malam Ayden mengunci pandangannya hingga Lareyna tak mampu berpaling.
"Aku nggak tahu apa yang ada dalam hati dan pikiranmu saat ini. Aku nggak tahu kamu punya rencana apa sehingga berubah se-drastis ini terhadapku. Tapi aku menyukainya," ucap Ayden lalu dengan cepat dia menempelkan bibir mereka.
Lareyna tersentak, dia sempat hilang kendali karena takut Ayden curiga akan perubahannya tersebut, tetapi ciuman Ayden kembali membuat Lareyna merasa tenang.
"Aku nggak akan mengambil banyak pasokan udara di dalam paru-parumu. Sekarang kemarilah dan duduk di pangkuanku, aku akan menyuapimu," ucap Ayden setelah dia melepaskan ciumannya.
Lareyna tertawa gemas tetapi dia juga masih begitu canggung. Entah sihir apa yang Ayden lemparkan padanya sehingga dia bisa menjadi begitu penurut. Dia kembali untuk memperbaiki hubungannya, bukan menjadi budak cinta seperti ini.
Sekali lagi Ayden menepuk pahanya agar Lareyna segera mendekat. Mau tidak mau perempuan yang gagal pada malam pertamanya itu pun berpindah dari tempat duduknya.
"Ayden, aku akan menggangu kamu. Aku bisa makan sendiri dan nggak harus membuatmu kelelahan karena memangkuku," ucap Lareyna namun berbanding terbalik dengan apa yang sedang dia rasakan, dia sendiri enggan beranjak dari pangkuan Ayden.
"Diam dan nikmatilah," bisik Ayden yang membuat jantung Lareyna hampir meninggalkan tempatnya.
Lareyna menurut, dia menikmati setiap suapan Ayden dan dia pun tidak menolak saat mereka makan dari sendok yang sama. Jika saat ini masihlah kelanjutan dari kisah tiga tahun silam, maka Lareyna sudah pasti tidak akan berada di pangkuan Ayden. Dia ingat di hari pertama setelah mereka menikah, mereka bukannya duduk sambil menikmati sarapan melainkan sedang berhadapan dengan—
Belum habis Lareyna mengingat apa yang terjadi saat itu, kini bel rumah mereka berbunyi. Seseorang sudah menunggu di depan sana.
"Apa kamu mengundang seseorang?" tanya Lareyna.
Ayden menggeleng. "Aku nggak mengundang siapapun. Tunggu sebentar, kamu lanjutin lagi makannya biar aku yang membuka pintu."
Lareyna menggeleng, dia langsung turun dari pangkuan Ayden lalu dia meminta suaminya itu untuk melanjutkan sarapannya karena dia yang akan menyambut tamu tersebut.
Langkah Lareyna yang sudah berada di ambang pintu itu terhenti saat Ayden menanyakan apakah dia mengetahui PIN untuk membuka pintu. Ingin sekali Lareyna mengatakan kalau dia mengetahuinya. Dia ingat benar kalau PIN untuk pintu rumah mereka adalah tanggal ulang tahunnya, tetapi karena ini adalah pagi pertamanya di rumah ini dan dia juga tidak ingin membuat Ayden curiga, dia pun berbalik dan menggeleng.
"Tanggal lahirmu secara lengkap," ucap Ayden. Seulas senyuman manis terbit di bibir Lareyna sebelum dia berjalan meninggalkan ruang makan.
Sampai di ambang pintu, Lareyna dengan mata berkaca-kaca menekan tombol tersebut. Rasanya baru kemarin dia menekannya untuk meninggalkan rumah ini dan pergi berlibur di negara pamannya, tetapi dia justru berada di tiga tahun yang lalu, saat semua kekacauan dalam hidupnya itu bermula.
Dengan senyuman lebar Lareyna membuka pintu, dia berniat menyambut gembira tamu pertama di rumah mereka. Akan tetapi, begitu dia melihat siapa yang datang, senyuman itu pun surut karena dia ingat pagi pertama di pernikahannya tiga tahun lalu, tamu pertama yang datang adalah pengacaranya.
Lelaki paruh baya itu berdiri di hadapan Lareyna persis seperti tiga tahun yang lalu. Lareyna pikir lelaki ini tidak akan datang, pikirnya alur telah banyak yang berubah tetapi ternyata untuk yang satu itu tidak bisa dilewatkan.
"Siapa Rey—oh, Tuan Kaito, ada urusan apa Anda datang sepagi ini di rumah kami? Apa ada yang sangat mendesak?" tanya Ayden yang muncul di belakang Lareyna.
Wajah Lareyna berubah menjadi tegang, dia tidak siap untuk apa yang akan terjadi selanjutnya.