NovelToon NovelToon
Berteman Dengan Arwah Leluhur

Berteman Dengan Arwah Leluhur

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Mengubah Takdir / Anak Lelaki/Pria Miskin / Hantu / Ilmu Kanuragan / Pendamping Sakti
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: rcancer

Karena hendak mengungkap sebuah kejahatan di kampusnya, Arjuna, pemuda 18 tahun, menjadi sasaran balas dendam teman-teman satu kampusnya. Arjuna pun dikeroyok hingga dia tercebur ke sungai yang cukup dalam dan besar.

Beruntung, Arjuna masih bisa selamat. Di saat dia berhasil naik ke tepi sungai, tiba-tiba dia dikejutkan oleh sebuah cincin yang jatuh tepat mengenai kepalanya.

Arjuna mengira itu hanya cincin biasa. Namun, karena cincin itulah Arjuna mulai menjalani kehidupan yang tidak biasa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hantu?

"Arjuna!" seorang wanita nampak histeris kala matanya menangkap sosok pemuda yang bajunya basah kuyup dengan muka penuh luka lebam.

Wanita itu segera bangkit dan menghampiri Arjuna yang baru saja masuk ke dalam rumahnya. "Kamu kenapa? Kok wajahmu kaya gitu?"

"Lagi apes, Bu," balas Juna agak lemas. Dia melangkah masuk, karena ingin segera membersihkan diri. "Bu, ada air panas nggak?"

"Ada tuh. Kebetulan, Ibu sudah menyiapkannya buat kamu," jawab sang Ibu. "Itu kamu apes kenapa? Dipalak preman lagi?"

"Ya, siapa lagi," jawab Juna sedikit dusta. "Aku mandi dulu , Bu."

Sang Ibu mengangguk. Segala pertanyaan yang ingin dia lontarkan, terpaksa harus dia tahan dan wanita itu kembali duduk dan fokus dengan acara tv yang sedang dia tonton.

Juna memilih langsung ke kamar mandi karena bajunya basah semua. Bahkan tas berisi uang hasil jualan juga ikut basah. Beruntung, ponselnya ditaruh di gerobag, jadi aman.

Selain uang, Juna juga mengamankan cincin yang baru saja dia temukan. Setelah dirasa semuanya beres, Juna pun segera mandi dengan air hangat.

Begitu urusan mandi selesai, Juna langsung makan meski hanya mengenakan celana kolor saja, yang dia ambil di keranjang dekat meja makan.

"Bapak belum pulang, Bu?" tanya Juna, disela-sela menikmati hidangan yang sudah ada di meja dekat ruang nonton televisi.

"Sudah, tapi lagi pergi sama adikmu. Adikmu rewel minta beli perlengkapan sekolah lagi," balas sang Ibu. "Itu tubuh kamu kenapa? Dipukulin preman lagi?"

Juna tersenyum garing.

"Kenapa harus kaya gitu sih, Jun? Kalau preman minta uang dikasih aja lah. Daripada kamu yang kenapa-kenapa."

"Enak aja. Yang ada preman-preman itu makin ngelunjak, Bu," tolak Juna.

"Yang penting kan kamu selamat," balas Ibu. "Jangan sampai gara-gara harta yang nggak seberapa, kamu malah jadi korban kekerasan. Di dunia ini, nggak ada toko yang jualan onderdil tubuh berikut nyawanya loh, Jun."

"Iya, iya, iya," Juna memilih mengalah. Sepandai apapun dia melawan, ucapannya akan tetap kalah jika sudah berhadapan dengan ibunya.

Arjuna terlahir dari keluarga sederhana. Kedua orang tuanya memiliki usaha yang sama, seperti yang dilakukan anaknya. Cuma mereka mangkal di depan rumah, karena di seberang jalan rumah Juna, berdiri tiga sekolah. Sekolah dasar dan sekolah menengah pertama negeri dan swasta."

Juna yang usianya sudah menginjak angka 18 tahun lebih beberapa bulan, memiliki adik perempuan berusia 6 tahun dan sekarang baru kelas satu sekolah dasar.

"Jun, kuliah kamu gimana? Lancar kan?" Ibu kembali bertanya kala acara kesayangannya terjeda karen iklan.

"Ya lancar, Bu," jawab Juna disela-sela kunyahan terakhirnya.

"Kalau kamu berhenti jualan aja gimana? Kamu fokus kuliah aja. Biar kamu nggak babak belur terus."

Sebelum menjawab, Juna memilih menenggak segela air bening terlebih dahulu. "Nggak lah, Bu, ngapain berhenti, sayang kan. Kalau bukan karena beasiswa juga, aku lebih milih dagang daripada sekolah."

"Jangan ngomong seperti itu, pendidikan juga penting bagi masa depan kamu," sungut Ibu.

"Juna tahu, Bu, pendidikan emang penting. Tapi tidak seharusnya, hanya karena pendidikan, sampai tega mencoret nama anak sendiri, dari kartu keluarga."

"Jun..."

"Sudah lah, Bu, Juna ke kamar dulu," anak muda itu langsung bangkit dan bergegas menuju kamarnya yang ada di lantai atas. Ibunya hanya bisa menatap sang anak dengan perasaan yang berkecamuk.

Rumah Juna memang sederhana. Karena di lantai utama cuma ada dua kamar, dan tidak memungkinan untuk menambah satu kamar lagi. Bapak juna memutuskan, menambah satu kamar di atas rumah tersebut.

Beruntung, area dapurnya cukup luas karena di sana tidak hanya untuk memasak saja, jadi Juna dibuatkan kamar dia atas dapur.

Juna menghembus nafasnya secara kasar. Anak muda itu duduk di tepi kasur tanpa ranjang dengan perasaan yang sama berkecamuknya.

Begitu perasaannya lebih segera meraih ponselnya. Namun, mata Juna terusik dengan cincin yang baru saja dia temukan. Juna pun meraih cincin yang dia letakkan di atas meja dekat ponsel.

"Ternyata bagus juga nih cincin," gumam juna kala memperhatikan cincin yang kini ada di tangannya.

Cincin dari ukiran kayu dengan mata cincin terbuat dari batu akik warna hijau botol tapi agak kusam. Juna pun menggosok cincin tersebut serta dengan jempolnya agar lebih mengkilap meniupnya.

"Nah, kalau kaya gini kan bagus," ucap Juna nampak senang dan mencobanya sebentar.

Setelah puas menikmati keindahan cincin yang dia temukan, Juna meletakkan cincin tersebut di atas meja yang sama, dan anak muda itu segera berbaring sembari bermain ponsel.

"Bagaimana dengan Axel dan kawan-kawan ya? Apa mereka mengira aku sudah mati?" Juna kembali bergumam, kala mengingat tentang empat teman kampusnya yang tadi mengeroyoknya.

"Sepertinya mereka memang sengaja menghadangku. Benar-benar keterlaluan, orang salah, bukannya menyadari kesalahannya, malah tidak terima, aneh."

"Memang kebanyakan begitu."

"Iya, orang-orang jaman sekarang memang aneh," balas Juna. Namun saat dia menyadari sesuatu, Juna langsung terlonjak. "Siapa itu?"

Juna sontak celingukan. Namun dia sama sekali tidak menemukan sosok yang baru saja menyahuti ucapannya. Juna bangkit dan membuka jendela kamarnya. "Ah, gelap," gerutunya, sembari kembali menutup jendela.

"Apa tadi, aku salah dengar ya?" Juna bertanya-tanya sambil bersiap untuk merebahkan tubuhnya kembali.

"Mungkin."

Seketika Juna kembali terperanjat. "Siapa itu?" Juna celingukan. "Tunjukkan dirimu, settan?"

"Setan gundulmu."

Juna terhenyak. Wajahnya sontak panik dan tanpa pikir panjang, Juna bergegas keluar dari kamarnya. "Ada hantu!"

Suara Juna berhasil mengusik ketenangan sang Ibu. "Ada apa sih, Jun? Teriak-teriak malam-malam?" tanya wanita tersebut kala melihat sang anak menghampirinya.

"Ada hantu, Bu, ada hantu."

"Hantu? Hantu apaan?"

"Ya nggak tahu, Bu, pokoknya hantu."

"Ada apa Ini?" Sang bapak yang baru saja datang, langsung bertanya kala matanya menyaksikan Juna bersikap aneh di dekat istrinya.

"Di kamarku ada hantu, Pak," balas Juna.

"Hantu? Hantu apaan?" Bapak pun reaksinya hampir sama seperti istrinya.

"Tadi aku mendengar sendiri, Pak, dia menyahuti semua ucapanku."

"Kamu ngigau kali," balas Ibu.

"Ya ampun, Bu, aku belum tidur, ngigau dari mana?"

"Dih, udah gede, masa takut sama hantu," sang adik malah mencibir, membuat Juna langsung melotot ke arahnya. Sang adik cengengesan dan dia bergegas masuk ke kamarnya.

"Itu wajah kamu kenapa? Dipukulin preman lagi?" Sang Bapak malah melempar pertanyaan yang membuat Juna terperanjat.

"Bapak tanya Ibu aja," balas Juna dan dia segera kabur menuju kamarnya.

Dengan langkah pelan dan dada yang berdegup kencang, Juna bersikap waspada kala menuju kamarnya lagi. Di depan kamar Juna ada teras yang biasa di gunakan untuk menjemur pakaian dan Juna memperhatikan tempat itu, nampak sepi.

Langkah Juna pun sampai di depan pintu kamar yang terbuka. Di saat Juna memutuskan untuk melongok kamarnya sendiri, mata anak itu seketika melebar kala menyaksikan kain terbang di depan wajahnya

"Aaaaa... hhhppp..."

1
ichcha
lanjut kak
Apriyanti
lanjut thor 🙏💪
Apriyanti
lanjut thor
Was pray
biar tidak ketahuan kamu menyamar waktu menolong bratawali juna bisa minta tlng klawing utk merubah wajah kamu atau memakai topeng ,jadi ntar aman terkendali
Yuliana Purnomo
betuuull dugaan Juna
Was pray
kenapa klawing gak ngasih tau juna kl tarminem nencari cincin itu dan resikonya jika sampai cincin itu bisa diambil oleh tarminem? bego' banget kamu wing wing ...
Apriyanti
lanjut thor
ichcha
lanjut
Hardware Solution
koq Klawing nggak terus terang saja ya?
Yuliana Purnomo
cerdas juga mereka punya pemikiran andai tarmini berkhianat ke mereka berdua,,emng harus antisipasi
Apriyanti
lanjut thor 🙏
Apriyanti
makin seru cerita nya ni
lanjut thor 🙏
Apriyanti
lanjut thor 🙏
Yuliana Purnomo
Klawing pasti terkejut kalau ibunya Juna anaknya mantan boznya
Yuliana Purnomo
Klawing firasat mu gak salah lagi,, cepat balik kerumah Juna,, takutnya geng tarmini bikin ulah di rumah juna
Yuliana Purnomo
kapooookkk diciduk polisi Axel
Yuliana Purnomo
siapa lagi yg jadi korban Heng anak manja itu lah,, kasian nya gadis itu
ichcha
lanjut
ichcha
lanjut kak
Apriyanti
lanjut thor 🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!