Selamat datang di novel ku
menerima kritik dan saran
feedback & folback bisa folow instagram juga ;@namjoneya_0594
Pernikahan biasanya didasari oleh cinta namun tidak dengan Hira dan Axell/Gus Mahen. Keduanya menikah karena sebuah insiden naas menimpa calon istri Axell dan Hira berada diTKP.
Hira sebagai pengantin penganti namun setelah menikah kehidupannya penuh dengan teror, hingga membuat nya sempat mengalami gangguan kecemasan. Hingga suatu tragedi membuat nya tak bisa sadar dalam waktu lama , Sedangkan Axell tanpa sadar menyayangi istri dengan berlindung dibalik kata “Aku akan bertanggung jawab menjadi seorang suami”.
Keduanya tetap harus mencari tau siapa pelaku peneror dan pembunuhan misterius.
Dan akankah mereka menemukan pelakunya? Akan kah cinta mereka menjadi kekuatan untuk melawan segala lika-liku kehidupan atau justru malah salah satu dari mereka berhasil dibunuh lagi? .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tini Timmy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 02
Keesokan harinya
Hira mulai membuka kedua matanya dan langsung melihat ada 2 orang perempuan satu seusianya dan satunya paruh baya. Merasa bingung dengan kehadiran dia orang tersebut hingga akhirnya Axell masuk ke dalam ruangan.
“Hallo selamat pagi calon istri.”
“Hah! Calon istri.”nadanya semakin merendah.
“Nak , ayo Umma dandanin nanti kalian akad jam 8 pagi.”
“Akad? Umma? Hah apa sih, ini mimpi ya?”
“Kamu gak mimpi nak, makasih ya kamu sudah mau menjadi pengganti pengantin . Umma janji akan menyayangi mu seperti umma menyayangi Ning Rea.”
Setelah bersiap-siap mereka langsung menuju masjid untuk melangsungkan akad dan baru nanti siang menuju tempat resepsi yang digelar privat.
Setibanya di masjid Hura masih bingung seumur hidupnya baru kali ini masuk masjid dan itu pun tepat hari ini ia menikah.
“Mas, sebelum kita nikah apa kamu gak mau nanya aku paham agama atau tidak?”
“Bagi ku paham atau tidak nya itu bukan hal masalah, karena aku sendiri yang akan membimbing nya sampai kamu paham dan menjadikan kamu istri sholehah serta satu-satunya.”
Hira tertunduk diam dan umma menghampiri nya seraya menggandeng lengan calon menantu nya itu.
“Nak, jangan risaukan hal lain, kamu mau menikah saja umma sudah berterima kasih karena kamu menyelamatkan keluarga kami dari rasa malu.”
“Nah iya kak, gak usah insecure kita semua sama-sama makhluk biasa di hadapan Allah. Mending kita mulai aja gimana akad nya.”
“Boleh,” Axell berjalan menuju penghulu sedang kan Hira beserta Aira dan umma duduk dibelakang.
“ Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan.” Dengan satu kali tarikan nafas.
“Alhamdulillah, mari semua kita panjatkan doa untuk kedua mempelai yang sedang berbahagia hari ini. Semoga keluarganya sakinah mawadah warahmah.”
“Aamiin.”
“Alhamdulillah selamat ya Nak Hira sekarang kamu adalah bagian dari keluarga kami. Semoga juga anak Umma bisa membimbingmu untuk meraih surga nya Allah. Amiin,” Mengusap pelan bahu Hira dan mencium kening ny.
“Makasih Umma dan Aira telah memberi restu untuk aku menjadi istri Mas Axell . Aku tau pasti dulu calon pengantinnya lebih paham agama dan aku minta maaf karena aku tidak seperti dia.”
Axell berjalan menghampiri Hira serta Umma dan adiknya, senyum tipis terukir jelas di sudut bibirnya. Hira tau manik mata itu tidak pernah bohong jika dibalik senyuman ada luka yang tak bisa ia ungkapkan.
“Sudah jangan risaukan hal itu, bangun lah rumah tangga seperti sejuknya rumah tangga Rasulullah SAW. Semoga anak umma ini bisa membimbingmu dengan baik. Dan jangan pernah tinggi kan suara mu kala istrimu berbuat salah atau berbeda pendapat. Ragukan lah ia seperti hal nya Rasulullah kepada istrinya.”
Umma menangis terharu melihat anaknya menikah. “Umma jangan nangis, kan Aku udah nikah dan nama baik keluar kita dan juga keluarga Rea.”
Bukannya berhenti Umma semakin menangis karena ia sangat tau persis anaknya begitu dalam mencintai Rea hingga ajal terlebih dahulu menjemputnya dari pada Qobiltu dari anaknya. Hira diam melihat keduanya namun ia sangat paham jika Mas Axell sangat mencintai calon istri nya yang meninggal kemarin.
Andai kata ia tak terjebak dalam kasus meninggal nya calon istri Axell serta ia tak dibantu lepas dari Paman dan Bibinya mungkin hari ini ia sedang menikmati kebebasan tanpa ada status pernikahan.
“Kak jangan melamun, gak baik loh. Eh ya Mas kan belum doa buat kak Hira.”
Axell menganggukan kepala lalu mendekati Hira namun dalam langkah pelan semakin mendekat dan tiba-tiba bayangan saat pamannya menyiksa diri nya berputar dalam ingatan.
Ketika Axell tepat di depannya ia malah memundurkan tubuhnya . “Kenapa? Jangan takut aku suamimu . Dan aku juga tidak akan menyiksamu, kemari lah.” mendengar ucapan lembut Axell meluluhkan hati Hira hingga mendekat kembali.
Dan untuk pertama kali ia mencium punggung tangan suaminya serta keningnya dikecup lama oleh Axell. Seumur hidup nya baru kali ini ada orang yang menciumnya dengan hangat dan tanpa paksaan.
“Assalamu'alaikum nak.”
“Wa'alaikum salam.”
Kedua orang tua ning Rea hadir dan memberi selamat serta doa untuk kedua nya. Mereka juga berterima kasih karena Hira mau menggantikan Rea , bagaimanapun juga undangan sudah disebar dan tak mungkin acaranya batal.
“Kenapa pelukan ini sangat nyaman, apa ini rasanya dipeluk seorang Ibu. Tapi ini Ibunya Ning Rea, andai saat ini aku masih bisa memeluk ibu ku pasti akan menjadi hari yang sangat membahagiakan.” Batinnya lalu mengukir senyum simpul serta menghapus air mata Ummi Marwa.
“Kami selaku orang tua Rea , meminta maaf sebesar-besarnya kepada keluarga bapak Kyai Hasyim karena musibah ini terjadi di luar kendali kita. Jujur saya sangat merasa kehilangan namun semua ini adalah sebuah takdir. Semoga Hira dan Gus Mahen bisa bahagia dunia akhirat menjadi pasangan yang rukun.”
“Kamu ikhlaskan anak ummi ya biar dia tenang dialam sana, Ummi yakin saat ini dia tersenyum melihat kamu menikah . Kalau kamu mau main ke pondok pesantren kami juga diperbolehkan Gus dan Ning ya sekarang.”
Setelah mengucapkan itu Kedua orang tua Rea pamit pulang. Hira tau persis seperti nya pernikahan ini sangat membahagiakan. Axell sangat mencintai Rea dan latar belakang keduanya sama-sama dari figur seorang Kyai hebat yang sudah terkenal.
Hira kembali berfikir mengingat siapa wanita itu karena ia yakin Ning Rea dibunuh oleh seseorang.
“Udah yuk kita kan harus ke tempat resepsi.”
Keempat nya berjalan ke tempat resepsi dan bisa dilihat gedung yang didesain begitu mewah dengan tamu papan atas seperti kolega bisnis dan para petinggi, serta ulama.
Saat mulai memasuki venue Hira mendapatkan sosok yang tak asing , seketika pegangan tangan nya semakin erat di lengan Axell. Tubuhnya bergetar dan nafasnya terasa tersengal kala melihat sosok itu semakin melotot kan manik matanya.
“Hira,”
“Hir… kamu gak papa? Atau ada yang mengganggumu?”
“Eh… nggak papa kok Mas.”
“Ayo kita ke altar , peluk lengan ku.”
Hira tersenyum lalu perlahan melangkah menuju altar dan selalu menundukkan wajahnya. Terlebih di hadapan wanita yang usianya sebaya dengan nya namun terlihat seperti ada dendam yang terselubung di kedua matanya.
“Mas kamu kenal itu siapa?” Bisiknya setelah duduk .
“Iya kenal , deket banget malah dia biasanya bantuin mbak-mbak di dapur ndalem sama dia mengajar juga udah ada gelar ustadzah nya.” Jawab Axell dengan senyuman renyah nya.
“Nanti lanjut deh, ada yang mau aku omongin lagi, tunggu acara nya selesai. Tapi ku ingin ke toilet deh.”
“Ya udah ayo aku antar.”
Hira menepuk paha suaminya, “Enggak ya, aku mau sama Aira aja tapi aira nya kaya lagi sibuk .”
“ Em… . Sama dia aja gimana yang tadi kamu omongin.”
Hira segera menggelengkan kepala,dengan cepat ia pergi ke toilet sendiri. Dalam benaknya masih menyimpan banyak pertanyaan hingga tanpa sadar ada seseorang yang tiba-tiba ada di samping nya.
“Kenapa? Kaget ya? Jangan takut aku gak akan makan kamu kok paling buat kamu kaya yang sebelumnya.” Ujarnya dengan senyum smirk membuat bulu kuduk meremang.