Setelah kematian yang tragis, dia membuka matanya dalam tubuh orang lain, seorang wanita yang namanya dibenci, wajahnya ditakuti, dan nasibnya dituliskan sebagai akhir yang mengerikan. Dia kini adalah antagonis utama dalam kisah yang dia kenal, wanita yang dihancurkan oleh sang protagonis.
Namun, berbeda dari kisah yang seharusnya terjadi, dia menolak menjadi sekadar boneka takdir. Dengan ingatan dari kehidupan lamanya, kecerdasan yang diasah oleh pengalaman, dan keberanian yang lebih tajam dari pedang, dia akan menulis ulang ceritanya sendiri.
Jika dunia menginginkannya sebagai musuh, maka dia akan menjadi musuh yang tidak bisa dihancurkan. Jika mereka ingin melihatnya jatuh, maka dia akan naik lebih tinggi dari yang pernah mereka bayangkan.
Dendam, kekuatan, dan misteri mulai terjalin dalam takdir barunya. Tapi saat kebenaran mulai terungkap, dia menyadari sesuatu yang lebih besar, apakah dia benar-benar musuh, atau justru korban dari permainan yang lebih kejam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9: Perjalanan Penuh Rintangan dan Reruntuhan yang Terkunci
Perjalanan menuju reruntuhan bukanlah hal yang mudah. Hutan lebat yang mereka lalui penuh dengan tantangan yang tidak mereka duga sebelumnya.
Sejak awal, Seraphina memutuskan untuk tidak menggunakan sihirnya sama sekali. Ia ingin menguji batas fisiknya dan melihat seberapa kuat ia tanpa mengandalkan kekuatan sihirnya.
Di sepanjang perjalanan, dia hanya menggunakan keterampilan bela diri dan senjata tajam yang telah ia latih sebelumnya.
Dan ternyata… itu sudah lebih dari cukup.
---
Serangan Serigala Hitam
Saat hari mulai siang, rombongan mereka berjalan melewati padang rumput tinggi yang dipenuhi dengan reruntuhan batu.
“Tunggu…”
Salah satu anggota ekspedisi mengangkat tangannya, menyuruh semua orang berhenti.
“Mereka datang…” bisiknya pelan.
Auman panjang terdengar dari kejauhan.
Tak lama kemudian, sekelompok serigala hitam berukuran besar muncul dari balik rerumputan.
Mata mereka bersinar merah, dan taring mereka berlumuran darah.
“Kita dikepung!” seru Callan, suaranya gemetar.
Pemimpin ekspedisi segera mencabut pedang besarnya. “Bersiap! Mereka bukan serigala biasa!”
Seraphina mengamati hewan-hewan itu dengan seksama.
Mereka memiliki aura sihir yang samar.
Mungkin ini alasan mengapa ekspedisi ke reruntuhan ini sangat berbahaya.
Salah satu serigala melompat ke arah mereka, mencakar salah satu petualang di bagian depan.
Pria itu berteriak dan jatuh ke tanah, darah mengalir dari bahunya.
Serangan pertama baru saja dimulai.
---
Seraphina Tanpa Sihir
Pertempuran berlangsung sengit.
Para petualang bertarung mati-matian melawan para serigala. Beberapa dari mereka menggunakan sihir, tetapi serigala-serigala itu ternyata tahan terhadap sebagian besar sihir biasa.
Seraphina tetap berdiri di tempatnya, memperhatikan pergerakan lawan sebelum akhirnya mencabut belatinya dan bergabung dalam pertarungan.
Seekor serigala melompat ke arahnya dengan cakarnya yang tajam.
Seraphina bergerak cepat, menghindari serangan itu dengan mudah. Gerakannya begitu alami, seperti seorang pembunuh terlatih.
Dengan satu tebasan cepat, ia menikam leher serigala itu, langsung menembus titik vitalnya.
Hewan itu mengerang sebentar sebelum jatuh ke tanah, tak bergerak.
Para petualang yang melihatnya terkejut.
Seorang gadis kecil dengan tudung, tanpa sihir, berhasil membunuh seekor serigala hitam dengan sekali serang?
Namun, Seraphina tak memedulikan tatapan mereka. Ia tetap bertarung dengan gerakan efisien dan tanpa cela.
Serigala demi serigala tumbang di tangannya.
Setelah beberapa menit, akhirnya kelompok itu berhasil mengalahkan seluruh serigala yang menyerang mereka.
---
Perjalanan Berlanjut
Setelah pertempuran berakhir, mereka segera mengobati luka-luka dan melanjutkan perjalanan.
Namun, itu bukan satu-satunya rintangan yang mereka hadapi.
Di sepanjang jalan, mereka menemui berbagai tantangan:
Lumpur hisap yang hampir menelan dua orang anggota ekspedisi.
Serangan burung pemakan daging yang tiba-tiba turun dari langit.
Jebakan alami seperti tanah longsor dan jurang tersembunyi.
Namun, berkat kewaspadaan mereka, semua rintangan itu berhasil dilewati.
Seraphina tetap dalam perannya—ia hanya menggunakan kemampuan fisiknya dan tidak menunjukkan sihirnya sama sekali.
Dia tahu, jika dia menunjukkan kekuatannya yang sebenarnya, orang-orang ini akan mulai mencurigainya.
---
Reruntuhan yang Menyimpan Rahasia
Setelah berjam-jam berjalan, akhirnya mereka tiba di tempat tujuan mereka.
Di depan mereka, berdiri reruntuhan tua yang ditutupi oleh lumut dan akar pohon yang menjalar.
Bangunan itu tampak seperti bekas kuil, dengan pilar-pilar besar yang setengah runtuh.
Di tengah reruntuhan, terdapat sebuah pintu batu raksasa yang tertutup rapat.
“Ini dia…” gumam pemimpin ekspedisi.
Para petualang lain segera mulai menyelidiki sekeliling, mencari cara untuk masuk.
Callan tampak terpesona. “Aku tak percaya… ini benar-benar ada…”
Seraphina, sementara itu, merasakan sesuatu yang aneh.
Aura di sekitar reruntuhan ini… berbeda dari biasanya.
Seolah-olah… tempat ini memiliki kesadaran sendiri.
Dan ia sedang mengawasi mereka.
Seraphina menatap pintu batu itu.
Perjalanan ini baru saja dimulai.
---
Setelah melalui perjalanan yang penuh rintangan, Seraphina dan rombongannya akhirnya tiba di depan reruntuhan kuno tersebut.
Bangunan tua itu menjulang di tengah hutan lebat, ditutupi lumut dan akar yang menjalar seperti tangan-tangan tua yang mencoba mempertahankan rahasianya.
Pintu batu besar yang sebelumnya tampak kokoh, kini mulai terbuka perlahan setelah seseorang dari mereka membacakan mantra kuno yang terukir di dindingnya.
Udara dingin berhembus dari dalam, membawa aroma tua yang bercampur dengan debu dan keheningan yang menyeramkan.
---
Ketakutan dan Keputusan untuk Mundur
Begitu mereka masuk, keadaan di dalam reruntuhan jauh lebih buruk dari yang mereka duga.
Ruangannya gelap, dipenuhi pilar-pilar besar yang sudah retak, serta patung-patung kuno yang mengawasi mereka dalam keheningan.
Namun yang paling mengerikan adalah makhluk-makhluk yang bersembunyi dalam kegelapan.
"Apa itu…?" salah satu petualang berbisik ketakutan, menunjuk ke arah lorong di mana bayangan besar bergerak dengan suara gesekan menyeramkan.
Kemunculan pertama adalah makhluk bertubuh hitam dengan mata merah menyala.
Roh-roh buas yang terjebak dalam reruntuhan ini.
Begitu makhluk-makhluk itu mulai bergerak maju, satu per satu para petualang mulai panik.
"Kita tidak bisa melanjutkan! Ini terlalu berbahaya!" teriak salah satu dari mereka.
Meskipun pemimpin ekspedisi mencoba menenangkan mereka, mayoritas memilih untuk mundur.
Pada akhirnya, hanya tinggal Seraphina seorang diri.
Dia menatap ke depan dengan tenang.
Dia sudah memutuskan akan menaklukkan tempat ini.
---
Pertempuran Melawan Makhluk Mistis
Begitu teman-temannya mundur, makhluk-makhluk yang bersembunyi mulai menampakkan diri dengan lebih jelas.
Beberapa memiliki tubuh transparan, melayang di udara dengan wajah yang bengkok dan senyuman mengerikan.
Yang lainnya berbentuk humanoid, tetapi dengan tangan panjang yang penuh cakar tajam.
Seraphina hanya tersenyum tipis.
"Akhirnya kalian muncul juga."
Dia tidak menunggu lebih lama lagi.
Begitu salah satu makhluk melompat ke arahnya, dia bergerak cepat seperti bayangan, menghindari serangan itu dengan lincah.
Dalam satu putaran, ia mencabut belatinya dan menebas leher makhluk tersebut.
Namun, mereka tidak semudah itu mati.
Ternyata, makhluk-makhluk ini hanya bisa dikalahkan dengan serangan sihir.
Seraphina akhirnya menggunakan sihirnya untuk pertama kali dalam ekspedisi ini.
Dengan satu gerakan tangan, api biru menyala di sekelilingnya, membakar roh-roh yang mendekat.
Satu per satu, makhluk-makhluk itu menjerit dan menghilang menjadi asap hitam.
Namun, semakin dalam ia masuk ke reruntuhan, semakin kuat musuh yang ia hadapi.
Seraphina melawan berbagai macam makhluk:
Golem batu yang menghalangi jalannya.
Ular berkepala dua yang bisa mengeluarkan racun mematikan.
Hantu penjaga reruntuhan yang berusaha merasuki pikirannya.
Meski demikian, tidak ada yang bisa menghentikan langkahnya.
Dengan kombinasi kecepatan, kekuatan fisik, dan sihirnya, akhirnya ia berhasil mengalahkan semuanya.
---
Ruang Harta Karun dan Jiwa yang Terbangun
Setelah melewati berbagai tantangan, Seraphina akhirnya sampai di bagian terdalam dari reruntuhan.
Ruangan itu dipenuhi dengan emas, permata, dan gulungan sihir kuno.
Namun, di tengah semua itu, ada sesuatu yang jauh lebih berharga.
Sebuah kristal besar berwarna ungu yang bersinar redup.
Begitu Seraphina mendekatinya, tiba-tiba kristal itu mulai bergetar.
Kilatan cahaya keluar darinya, membentuk sosok transparan yang melayang di udara.
Seorang pria tua dengan jubah panjang dan mata tajam.
"Akhirnya… seseorang datang ke sini lagi…"
Suaranya bergema di ruangan itu, penuh dengan kebijaksanaan dan kesedihan.
Seraphina menyipitkan matanya. "Siapa kau?"
Pria itu menghela napas panjang.
"Aku adalah sisa jiwa dari seorang ahli nujum yang dulu menjaga tempat ini… tapi sekarang, aku hanya serpihan dari diriku yang dulu."
---
Rahasia yang Terlupakan
Pria itu lalu mulai menceritakan kisahnya.
Dulu, reruntuhan ini bukan hanya sekadar tempat tua yang ditinggalkan.
Ini adalah kuil kuno yang menyimpan kekuatan besar, tetapi juga menyimpan malapetaka.
"Ratusan tahun yang lalu, seorang penyihir hitam mencoba mencuri kekuatan yang ada di dalam reruntuhan ini."
"Sebagai penjaga tempat ini, aku dan murid-muridku mencoba menghentikannya… tetapi kami gagal."
"Aku terjebak di dalam kristal ini… sementara kekuatan sihir dari tempat ini akhirnya tersegel."
Seraphina terdiam sejenak.
"Jadi… bagaimana aku bisa mendapatkan kekuatan yang tersegel itu?"
Pria itu tersenyum samar.
"Kau harus membuktikan bahwa kau layak… dengan menghadapi ujian terakhir."
Kilatan cahaya tiba-tiba memenuhi ruangan, dan tubuh Seraphina ditarik ke dalam dunia yang berbeda.
Ujian terakhir pun dimulai.
---
Al-fatihah buat neng Alika beliau orang baik dan Allah menyayangi orang baik, beliau meninggal di hari Jumat bertepatan setelah malam nisfu syabaan setelah tutup buku amalan.. semoga beliau di terima iman Islamnya di ampuni segala dosanya dan di tempatkan di tempat terindah aamiin ya rabbal alamiin 🤲