"Ayah bukanlah ayah kandungmu, Shakila," ucap Zayyan sendu dan mata berkaca-kaca.
Bagai petir di siang bolong, Shakila tidak percaya dengan yang diucapkan oleh laki-laki yang membesarkan dan mendidiknya selama ini.
"Ibumu di talak di malam pertama setelah ayahmu menidurinya," lanjut Zayyan yang kini tidak bisa menahan air matanya. Dia ingat bagaimana hancurnya Almahira sampai berniat bunuh diri.
Karena membutuhkan ayah kandungnya untuk menjadi wali nikah, Shakila pun mencari Arya Wirawardana. Namun, bagaimana jika posisi dirinya sudah ditempati oleh orang lain yang mengaku sebagai putri kandung satu-satunya dari keluarga Wirawardana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Praduga
"Kak, Shakila baik-baik saja, kan?" tanya Amira yang mencemaskan keponakannya.
"Ya, dia baik-baik saja untuk saat ini ...," jawab Zayyan.
"Tidak. Mata Kakak mengatakan kalau Shakila sedang tidak baik-baik saja," bantah Amira. "Katakan yang sebenarnya!"
Zayyan pun menceritakan tentang ayah kandung Shakila dan orang-orang yang berniat mencelakainya. Tentu saja Amira sangat terkejut.
"Kak, jangan-jangan kecelakaan yang menimpa Kak Almahira dan Athila juga sebenarnya bukan kecelakaan semata, tetapi kecelakaan yang direncanakan!" Amira menduga-duga.
"Apa?" Zayyan refleks terkejut karena selama ini tidak pernah berpikir seperti itu. Semua orang mengira kejadian itu adalah tabrak lari.
Zayyan terdiam. Kejadian itu terjadi sepuluh tahun yang lalu. Pastinya orang-orang sudah lupa. Terlebih lagi tidak ada yang ingat dengan nomor plat dari mobil itu.
"Jika memang itu adalah kejahatan terencana, kasus masih bisa dibuka kembali," batin Zayyan.
"Aduh, aku lupa!" Amira baru teringat kalau dia akan kembali ke desa bersama dengan Dokter Elzo. "Kakak, aku harus segera pergi. Masih ada pasien yang membutuhkan pertolongan."
Amira segera berlari sebelum ditahan lagi oleh Zayyan. Dia sayang keluarganya, tetapi Dokter Elzo sangat membutuhkan dirinya, begitu juga sebaliknya.
Zayyan menatap sendu adiknya yang pergi lagi. Untuk saat ini dia belum bisa membawa Amira pulang. Namun, dia yakin suatu hari nanti akan membawanya kembali.
Sementara itu di gedung kantor pusat perusahaan AW GRUP, Silvia berpapasan dengan Miranda di lorong lantai 25. Gadis itu merasa ketakutan ketika melihat matanya. Dia merasa akan dimakan hidup-hidup.
"Kamu anaknya Arya? Kok, enggak mirip sama dia atau sama mantannya, ya?" Miranda menatap Silvia dengan penuh ejekan.
"Lalu, bagaimana dengan anak kami itu? Dia juga tidak mirip sama papa. Kenapa malah ngaku-ngaku anaknya dan berhak mendapatkan sebagian saham milik papa. Sudah jelas-jelas papa tidak pernah melakukan pemindahan nama atas kepemilikan saham perusahaan," balas Silvia dengan sarkas. "Jangan-jangan semua ini sudah kalian rencana dan hilangnya papa ada hubungannya dengan kalian?"
Wajah Miranda mengeras karena menahan marah. Dia ingin menampar Silvia, tetapi tidak bisa dilakukan. Ada beberapa kamera CCTV di sini. Selain itu ada dua orang bodyguard yang mendampingi sang gadis.
"Sebelum kamu datang, kedua anakku adalah anak-anak kesayangan Arya. Jadi, wajar kalau di memberikan setelah saham miliknya kepada anakku," ujar Miranda mengejek.
Silvia tidak bisa membalas ucapan Miranda. Dia belum tahu betul apa yang terjadi dahulu dan bagaimana sifat wanita yang berdiri dihadapannya. Satu hal yang dia pahami, yaitu harus berhati-hati kepada ibu dan anak itu.
Pak Darmawan mengawasi kejadian di lorong lantai 25. Saat ini dia tidak bisa bergerak secara terang-terangan dalam mengawasi Mario dan Miranda.
Selain menjalankan tugas sebagai karyawan, Pak Darmawan juga mencari keberadaan Arya, dan mengawasi Mario serta Miranda. Selain itu dia juga mencari keberadaan Shakila. Tubuhnya yang sudah tua terkadang membuatnya kelelahan.
"Sebenarnya kamu masih hidup atau sudah mati, Arya? Jika masih hidup segera beri tahu aku. Jika kamu sudah mati, tolong mudahkan aku menemukan jasadmu," batin Pak Darmawan.
Hal yang sama dilakukan oleh Shakila. Dia mencari keberadaan Arya dengan cara mencari berita-berita di media online. Siapa tahu dia bisa menemukan berita kecelakaan atau berita menemukan orang asing yang kesasar.
"Biasanya di efbe, igeh, dan TT sering muncul berita-berita random. Saking banyaknya berita aku sampai pusing," ucap Husna yang duduk di samping Shakila yang sedang scroll status para penggiat konten kreator.
"Aku sudah menelusuri berita-berita yang terjadi satu sampai satu setengah bulan yang lalu. Namun, tidak ada sedikitpun berita papa Arya yang bisa aku temukan," balas Shakila.
"Mungkin papamu disekap oleh penjahat. Makanya tidak ada satu pun konten kreator memuat berita tentangnya," ujar Husna.
Ditengah-tengah mereka berbicara, datang Kamila membawa banyak makanan untuk mereka makan siang. Gadis itu penuh semangat ketika jam istirahat.
"Hei, tadi aku bertemu dengan Silvia di restoran. Aku sempat mengambil videonya," kata Kamila sambil menyerahkan ponselnya.
Shakila dan Husna melihat Silvia sedang bersama dengan Bu Dewi. Keduanya makan sambil bicara sesuatu yang terlihat serius.
"Aku tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan karena jaraknya terlalu jauh," kata Kamila.
"Andai saja kita bisa membaca gerak mulutnya, pasti bisa tahu apa yang sedang mereka bicarakan," celetuk Husna.
"Bisa saja kita menyewa jasa seorang penerjemah gerakan mulut. Namun, posisi Silvia menyamping berbeda dengan wanita tua yang duduk menghadap kamera," ujar Shakila.
"Bagaimana kalau kita cari orang yang bisa memahami apa yang sedang mereka bicarakan? Aku sangat penasaran karena kelihatannya pembicaraan mereka berdua seru," kata Kamila menyeringai jahil.
Tentu saja Shakila dan Husna juga penasaran apa yang sedang mereka bicarakan. Maka, mereka pun mencari lewat internet jasa penerjemah.
"Ketemu!" seru Shakila senang. "Tempatnya ada di kota sebelah. Katanya mau ketemuan langsung atau videonya dikirim lewat chat."
Husna dan Kamila tentu saja ikut senang. Entah kenapa kedua gadis itu merasa pembicaraan Silvia adalah sesuatu yang sangat penting.
"Sebaiknya bertemu langsung. Jika kita kirim lewat chat takutnya ada yang menyadap atau meretas ponsel salah satunya," kata Husna.
"Benar. Bisa juga video nanti tersebar jika orangnya tidak amanah," lanjut Kamila.
Maka diputuskan besok Shakila akan pergi menemui orang itu seorang diri. Toko tidak bisa ditutup karena sudah membuat beberapa janji dengan pelanggan yang akan mengambil pesanan dan yang akan melakukan pesanan baru.
Sore hari adalah waktu bersantai untuk Shakila dan Zayyan. Keduanya akan membicarakan apa yang terjadi seharian itu. Terutama jika ada informasi penting tentang Arya.
"Jadi, ayah bertemu dengan aunty Amira?" Shakila terkejut sekaligus senang.
"Iya. Aunty-mu itu masih saja seperti dulu. Tapi, katanya kapan-kapan dia akan berkunjung ke sini. Dia rindu sama kamu," balas Zayyan.
"Apa aunty masih sama pacarnya itu?" tanya Shakila dengan lirih dan Zayyan mengangguk.
Dahulu, keadaan rumah kacau. Belum juga genap 40 hari setelah kematian Almahira dan Athila, Amira memutuskan kabur dari rumah. Hal ini membuat kedua orang tua Zayyan sangat terpukul, di waktu berdekatan ditinggalkan oleh orang-orang yang mereka sayangi.
Lalu, Shakila juga memberi tahu Zayyan kalau besok akan pergi ke kota sebelah. Awalnya sang ayah menolak karena takut terjadi sesuatu kepada putrinya, tetapi setelah mendengar penjelasan baru dia merasa tenang.
***
Shakila pergi ke kota sebelah, tetapi dalam pantauan Zayyan. Ke mana pun gadis itu pergi akan ketahuan oleh ayahnya.
Kini, Shakila berdiri di sebuah gedung yang merupakan rumah susun. Dia ragu, tetapi ketika bertanya, orang-orang di sana mengenal sosok yang akan ditemuinya itu adalah orang baik.
"Benaran di sini tempatnya?"
Merasa mendengar suara yang familiar, Shakila menoleh. Begitu juga dengan orang itu melihat kepadanya.
***