Xiao Chen, pemuda malang yang hidup sebatang kara di pinggiran Kota Yan. Dia tidak tau asal usulnya, yang dia ketahui bahwa, dirinya hanya seorang anak malang yang diasuh oleh seorang kakek tua beberapa tahun lalu.
Kenyataan itulah yang membuat hidupnya cukup menderita. Takdirnya begitu pilu saat tinggal disana, bagaimana tidak? Jika tubuhnya saja, dijadikan sarana pelatihan oleh para pemuda Kota Yan.
Hingga pada suatu hari, Xiao Chen melihat rumahnya telah menjadi puing-puing reruntuhan. Tentu Xiao Chen dibuat marah karnanya, terlebih lagi, satu-satunya peninggalan orang tuanya telah direbut oleh anak penguasa Kota.
Xiao Chen, dibuat muak oleh takdir pilu itu. Ia pun pergi meninggalkan Kota Yan, dan berjanji akan membalas semua hinaan yang ia terima selama ini dalam waktu 3 tahun kedepan.
Akankah Xiao Chen berhasil membalas dendamnya dan merebut kembali peninggalan orang tuanya?
Simak terus perjalanan Xiao Chen disini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chen Xuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 : Hutan Monster
Tentunya, Xiao Chen yang merupakan manusia fana atau seorang manusia biasa, tidak akan sanggup menahan pukulan dan tendangan yang dilakukan oleh seorang kultivator, seperti yang dilakukan Yan Cao dan bawahannya. Ia pun terjatuh pingsan, akibat ulah mereka.
Yan Cao cukup kesal lantaran melihat Xiao Chen malah pingsan sebelum ia puas menghajarnya. Ia pun menatap sinis ketiga bawahannya, sambil berkata.
"Lepaskan dia!", serunya ringkas.
Dengan sigap, ketiga bawahannya melepaskan Xiao Chen hingga tubuhnya terhempas ke tanah.
Bughttt!!
Yan Cao melihat sekelilingnya, semua orang yang tadinya menyaksikan perbuatannya pada Xiao Chen, seketika menjadi bingung dan diam seribu bahasa. Mereka semua mengalihkan pandangannya, lantaran takut bila beradu tatapan dengan Yan Cao, dapat menyingung perasaan sang tuan muda sombong itu.
Pikir mereka, kali ini apa yang akan dilakukan oleh tuan muda arogan itu. Namun, tidak ada hal yang dilakukannya, dia hanya tersenyum sembari mengangkat sudut bibirnya, lalu berkata dengan penuh ancaman.
"Jika ada diantara kalian yang berani membantunya. Hah, akan kupastikan hidup kalian tidak kalah menakjubkan darinya!", tegas Yan Cao dengan nada penuh intimidasi.
Sungguh penampilannya itu begitu arogan dan mengesalkan dimata banyak orang. Namun sayang, wajah cengengesan yang minta dipukuli itu, tidak ada yang berani untuk menghajarnya di Kota Yan.
Namun, tidak sedikit pula yang menaruh dendam akan sikap tidak sopan dan sok berkuasa itu. Sebab, jika bukan karna keluarganya, Yan Cao bukanlah siapa-siapa.
Akan tetapi, inilah faktanya. Semua orang hanya menganggukkan kepala mereka tanpa berani menatap Yan Cao yang sudah menggila. Yah, bagi mereka, Yan Cao tidak lebih dari sekedar orang gila yang ingin bermain-main dengan manusia fana.
Ciri khas dari para kultivator yang paling rendah keberadaannya, menyiksa orang awam dengan status yang dimilikinya.
Yan Cao, seakan-akan sudah tahu bahwa orang-orang yang disana tidak akan berani untuk membantu Xiao Chen, menjadi kegirangan. Ia pun berlalu meninggalkan tempat itu dengan penuh percaya diri dengan dada di busungkan ke depan. Tentu pula, ketiga anteknya mengikuti langkah Yan Cao meninggalkan tempat itu.
Dan benar saja, setelah kepergian Yan Cao tidak ada satu pun orang yang berani membantu Xiao Chen yang sudah terbaring lemas disana. Mereka takut jika ada orang yang akan melaporkan, bila mereka peduli pada Xiao Chen.
Langit yang tadinya berwarna biru cerah seketika menjadi mendung, setetes demi setetes air mulai turun dari atas hingga membasahi tubuh Xiao Chen.
Siang berganti sore, hingga sore berganti malam. Kota Yan yang tadinya diguyur hujan deras, kini mulai mereda. Namun, tidak ada lagi orang yang terlihat di pusat Kota, kecuali seseorang yang sedang terbaring tak berdaya disana yaitu, Xiao Chen!
Xiao Chen yang tadinya tak sadarkan diri, kini mulai mengerakkan jari telunjuknya!. Sebagai pertanda bahwa, dia sepertinya sudah mulai siuman. Hingga akhrinya, mata yang tadinya tertutup rapat kini, secara perlahan terbuka kembali!.
Xiao Chen merasakan sakit di sekujur tubuhnya! Namun, dia mencoba untuk berdiri. Akan tetapi, rasa sakit yang amat berat itu menghentikan tindakannya.
Tapi, itu semua tidak menghentikan usahanya. Dengan sekuat tenaga, Xiao Chen mencoba untuk berdiri kembali. Kini, ia tidak memperdulikan lagi rasa sakit yang amat parah itu. Dia berdiri terhuyung-huyung sembari tetap berusaha untuk melangkahkan kakinya dengan perlahan menuju ke rumah gubuk kayu miliknya.
Setelah beberapa lama, Xiao Chen pun tiba dirumah, dia pun mulai berbaring di tempat tidur lesunya. Xiao Chen memikirkan, apa yang di alaminya tadi siang bukanlah hal yang wajar untuk diterima akal sehat, itu sudah tindakkan yang tak manusiawi yang membuat perasaannya menjadi campur aduk.
"Sial, takdir sialan! Para Dewa sialan! Mengapa mengariskan takdir buruk ini padaku, hiks.. Aku hanya manusia Fana! Arghhhh..", pekik Xiao Chen tak tertahankan.
Ia benar-benar tidak terima dengan apa yang dialaminya hari ini, didepan banyak orang, namun tidak ada satu orang pun yang mau bersimpatik pada dirinya. Sungguh inilah seberat-beratnya ujian, lantaran semuanya mengabaikan keberadaanmu. Ibarat dirimu sedang berjuang hidup di lorong yang hampa tanpa tau, seberapa banyak waktu yang tersisa.
Xiao Chen benar-benar sudah muak, dia tidak kuat lagi untuk bertahan hidup. Kemudian, dia berdiri dengan perlahan dari tempat tidurnya, tubuhnya yang sedang terluka itu tidak lagi membuatnya goyah.
Xiao Chen berjalan perlahan menuju pintu keluar rumahnya, dia mengambil pedang kayu yang terletak di dinding rumahnya itu. Pedang kayu yang dibuatnya sendiri saat itu, untuk pelatihan. Namun sayangnya, itu malah jadi bahan candan bagi masyarakat Kota Yan, lantaran dirinya tidak memiliki Dantian untuk menampung Qi.
Xiao Chen terus berjalan tanpa mau menoleh kearah rumah yang penuh kenangan itu, hingga beberapa saat berlalu, dia pun tiba di gerbang Kota. Xiao Chen menatap gerbang hingga kenangan yang begitu indah dan pahit melintas sekaligus dipikirannya. Hal itu benar-benar membuat hatinya pilu.
"Kakek, maafkan Chen'er yang begitu tidak berbakti ini!," Ucap Xiao Chen lalu berbalik menatap jalan panjang nan pilu itu.
Digelapnya malam yang begitu dingin, dia terus berjalan tanpa arah tujuan, pikirannya dipenuhi dengan keinginan untuk bunuh diri yang begitu kuat!
Hingga akhirnya, Xiao Chen sadar bahwa dirinya telah berada ditepian hutan monster. Tempat dimana binatang buas tingkat satu berkeliaran dimana-mana. Jika Manusia biasa sepertinya bertemu dengan binatang buas tingkat satu sekali pun, kemungkinan untuk hidup sangatlah sedikit.
Namun, hal itu tidak membuat Xiao Chen ketakutan. Sebaliknya, dia benar-benar sangat ingin bertemu dengan binatang buas itu, agar tubuhnya diterkam dan terkoyak-koyak menjadi bagian kecil yang tak dikenali. Sesakit itulah perasaanya, lantaran mati pun Xiao Chen tak ingin di kenali oleh siapapun di dunia ini.
Tapi anehnya, Xiao Chen tak kunjung melihat ada satupun binatang buas disana. Dengan perasaan kesal, Xiao Chen malah berjalan masuk sedikit lebih dalam lagi ke hutan monster itu, hingga akhirnya dia tidak sanggup lagi untuk melangkahkan kakinya.
Xiao Chen pun memperhatikan sekelilingnya, ternyata ia berhenti diatas rerumputan yang dikelilingi oleh pohon-pohonan besar yang seakan memberi isyarat bahwa, tempat ini aman untuk beristirahat.
Dedaunan dari pohon-pohon besar itu mengipas hamparan rumput hijau kecil yang menjadikan angin sepoi-sepoi menghampiri Xiao Chen dengan perasaan mengelitik. Entah kenapa, perasaannya terasa nyaman hingga tanpa sadar dirinya mulai merebahkan diri ditengah hamparan pohon besar itu.
Setelah sejenak menikmati suasananya, Xiao Chen pun menengadah keatas, ia melihat langit malam yang dipenuhi kerlipan bintan dan cahaya rembulan yang entah kenapa terasa begitu sunyi seakan cahaya dati kerlipan bintang dan cahaya bulan sabit itu menggerogoti kehangatan hati Xiao Chen hingga menjadi sendu dalam rindu mematikan.
✊🙂
😌
🗿🗿/Facepalm/