Suami Kedua Pilihan Mertua (Setelah Ditalak)

Raja menunggu kedatangan Bram di depan rumah Bram bersama Embun yang duduk di bangku teras dengan gelisah, namun setelah menunggu satu jam Bram tak datang juga

“Pak Bram kemana ya?“ Raja terus menghubungi Bram namun ponsel Bram terus tidak aktif.

Embun terlihat cemas, Raja dapat merasakan nya. "Kita atur ulang pertemuan nya, bagaimana kalau aku antar pulang.“

“Baik, Bang.“ Embun sebenarnya sangat mengharapkan pertemuan dengan Bram, yang diduga adalah ayah kandungnya. Namun sepertinya belum waktunya mereka berdua bertemu.

“Aku sudah meminta Assisten ku menyelidiki kehidupan Bu Melati, mungkin nanti akan ada petunjuk saat dia menaruh mu di panti asuhan. Tapi sekali lagi... ini hanya dugaan-dugaan ku saja. Aku bahkan belum mengatakan tentang praduga ini pada Mama Jasmin, sebelum ada bukti-bukti jelas aku akan merahasiakan lebih dulu. Mama Jasmin selalu bersedih jika mengingat tentang bayi yang dirampas darinya, jantung nya baru saja terkena serangan dadakan... aku tak berani memberikan nya harapan lalu jika ternyata kamu bukan putri kandungnya, aku takut Mama terkena serangan lagi. Kamu paham kan kenapa aku belum bisa mengatakan pada Mama Jasmin tentang kamu?“

Embun tersenyum, "Bang, kamu sudah bijak. Seperti katamu, sebelum semuanya terbukti... jangan katakan apapun pada Tante.“

"Kamu bisa mulai memanggil nya Mama, pasti dia senang. Itu pun kalau kamu memang sudah menetapkan hatimu untuk menerima ku...“

“Dih! Abang mau cari kesempatan ya! Jadi maksudnya kalau aku manggil Mama ke Tante Jasmin, itu artinya aku sudah menerima lamaran mu untuk menjadi suami ku?“

Raja tergelak, dia mencubit ujung hidung Embun. “Kamu menggemaskan banget sih! Aku nggak bisa berhenti menjahili kamu tau! Jadi jangan bosen aku jahili ya! Tapi sekarang kamu cepat tanggap, mungkin karena kita sudah punya chemistry.“

Keduanya bercanda ria dan melupakan masalah, tak lama Raja pun membawa Embun pulang. Namun di perjalanan, Embun mendadak meminta berhenti.

“Berhenti....!!!"

•

•

•

Sementara Bram berada di suatu ruangan, pria itu masih tak sadarkan diri dengan tubuhnya terikat di atas ranjang. Luka Bram tidak terlalu parah, pria itu hanya terluka lecet-lecet karena di detik-detik terakhir Melati mengerem mobilnya namun tetap saja Bram tertabrak dan pingsan sebab kepalanya terbentur aspal meski tak ada darah mengalir.

“Jaga pria ini! Jangan sampai dia kabur!“ Melati sudah menelepon beberapa orang.

“Baik, Nyonya. Kami akan bekerja sesuai bayaran!“

Elsa menunggu di mobil, dia sangat gelisah karena ibunya berbuat hal gila setelah menabrak orang sekarang malah menyekaap orang itu.

Melati membuka pintu mobil, “Mama akan membawa mobil ini ke bengkel untuk menghilangkan jejak, kita pulang dulu dan ambil mobil mu.“

Elsa hanya mengangguk, dia sebenarnya takut terlibat dengan kejahatan yang menurutnya sudah termasuk tindakan kriminal dengan hukuman berat. Ia hanya ingin menjadi pelakor tanpa pernah berkeinginan melakukan hal kejam seperti ibunya saat ini, dia hanya ingin menguras harta keluarga Gio sesuai perintah ibunya. Apalagi hutang-hutang mantan suami ibunya harus segera dibayar, mantan suami Melati meninggalkan hutang judi yang sangat besar dengan jaminan rumah dan segala harta yang ada setelah pria penjudi itu mati.

“Kau jangan menyerah dan desak Gio terus, kalau orang tuanya tidak mau memberikan hartanya... suruh Gio mengambil uang dari perusahaan. Biarkan Gio melakukan kecurangan agar perusahaan itu bangkrut! Kalaupun kita tak mendapatkan apa-apa, Mama lebih baik melihat mereka melarat miskin! Mama ingin kami sama-sama menderita...! Gara-gara Hana merebut Hendra dariku, Mama malah tak sengaja tidur dengan laki-laki yang tidak mau bertanggung jawab sama kehamilan Mama! Sampai Mama harus menjebak suami wanita lain demi kamu lahir dalam pernikahan! Tapi semuanya sia-sia, Mama malah tetap ditinggalkan! Semua penderitaan Mama berawal dari wanita perebut itu! Hana... suatu hari aku akan melihat mu menderita sama seperti aku!“

Dendam Melati begitu besar terhadap Mama Hana.

******

Adam selesai bertugas, dia baru saja akan pulang namun sebuah ketukan di pintu di ruangan nya terdengar.

“Masuk.“

Pintu ruangan terbuka, Anggun masuk dengan tersenyum manis. “Udah mau pulang, Mas?“

“Iya.“

“Aku juga udah selesai operasi, gimana kalau kita ke cafe dan ngopi?“

“Tidak! Terima kasih tawaran nya.“ Adam masih begitu cuek pada Anggun.

“Ya udah deh, aku mau ke rumah Tante Hana aja. Barusan aku telepon Embun, katanya dia baru pulang dari rumah Tuan Raja... Embun juga bilang kalau Tuan Raja sudah melamar nya.“

Anggun tidak berbohong, Embun mengatakan semua pada Anggun untuk meminta saran karena Embun tidak bisa bicara pada Mama Hana.

“Apa?!“ Adam sontak berdiri.

“Sekarang aku teman Embun, jadi dia tadi cerita semuanya sama aku. Kalau Mas mau tahu, ajak aku ngopi. Aku bisa jadi mata-mata mu loh...“

"Oke! Tunggu aku di parkiran, sebaiknya kita jangan terlihat berjalan berdua! Aku tidak ingin ada gosip tersebar di rumah sakit tentang kita, apalagi kamu adalah putri Direktur. Gosip apapun tentang kamu akan berpengaruh, aku tidak ingin pekerjaan ku nantinya terganggu dengan gosip.“

Anggun sebenarnya merasa sedih Adam berkata seperti itu, namun demi mendapatkan hati Adam ia hanya bisa menahannya. Ia pun melangkah pergi menuju parkiran lebih dulu.

Sementara Adam mengikuti di belakang dengan menjaga jarak. Adam hanya tidak ingin kesuksesan nya dalam pekerjaan disangkut pautkan dengan Anggun, akan sangat menyebalkan saat gosip terdengar jika Adam menggunakan hubungannya dengan Anggun demi sukses dalam karir karena dia dekat dengan putri Direktur.