NovelToon NovelToon
Adik Tiri Kesayangan Si Kembar

Adik Tiri Kesayangan Si Kembar

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Kembar / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Romansa / Fantasi Wanita
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Hazelnutz

Sejak bayi, Eleanor Cromwel diculik dan akhirnya diasuh oleh salah satu keluarga ternama di Kota Olympus. Hidupnya tampak sempurna dengan dua kakak tiri kembar yang selalu menjaganya… sampai tragedi datang.

Ayah tirinya meninggal karena serangan jantung, dan sejak itu, Eleanor tak lagi merasakan kasih sayang dari ibu tiri yang kejam. Namun, di balik dinginnya rumah itu, dua kakak tirinya justru menaruh perhatian yang berbeda.

Perhatian yang bukan sekadar kakak pada adik.
Perasaan yang seharusnya tak pernah tumbuh.

Di antara kasih, luka, dan rahasia, Eleanor harus memilih…
Apakah dia akan tetap menjadi “adik kesayangan” atau menerima cinta terlarang yang ditawarkan oleh salah satu si kembar?

silahkan membaca, dan jangan lupa untuk Like, serta komen pendapat kalian, dan vote kalau kalian suka

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hazelnutz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18

Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi. Lorong-lorong kelas seketika dipenuhi suara riuh siswa yang berhamburan keluar. Elanor berjalan santai bersama Bella, seperti biasa mereka bercanda sambil menyusuri koridor menuju gerbang. Namun kali ini ada satu perbedaan mencolok—Rafael ikut berjalan di sisi mereka.

Bella yang sedari tadi menatap keduanya dengan tatapan jahil, akhirnya tidak bisa menahan diri.

“Hei, hei, hei…” gumamnya sambil menyipitkan mata. Lalu dengan suara cukup keras hingga beberapa anak di sekitar ikut menoleh, dia nyeletuk, “Gue yakin banget, kalian udah jadian ya?!”

Langkah Elanor langsung terhenti sepersekian detik. Wajahnya merona, matanya melebar, sementara Rafael hanya tersenyum tipis, menahan tawa. Mereka berdua saling melirik singkat, lalu kompak menunduk dan terkekeh pelan, seakan memberi jawaban tanpa kata.

Bella langsung menggebrak dramatis.

“Woy! Itu jawaban paling mencurigakan yang pernah gue liat! Ketahuan banget malu-malu kucing, astagaa Lala!”

Elanor buru-buru menepuk lengan sahabatnya. “Bel, lo bisa diem nggak sih?”

Rafael hanya menggeleng kecil sambil menahan senyum hangatnya.

Saat mereka keluar gerbang sekolah, pemandangan berbeda sudah menunggu. Sebuah mobil hitam mewah terparkir rapi. Daniel berdiri di sampingnya, jas kerja elegan masih melekat di tubuhnya. Tak jauh dari sana, suara berat knalpot Harley Davidson meraung pelan—Dominic datang dengan motor besar yang langsung menarik perhatian banyak siswa lain.

Kedua kakak kembar itu jelas sudah menunggu Elanor. Tapi ketika mata mereka jatuh pada sosok Rafael yang berjalan santai di sisi adik mereka, ekspresi keduanya berubah. Daniel menegakkan bahu, sorot matanya dingin. Dominic menurunkan kaca helmnya, menatap dengan alis terangkat.

Daniel berdiri tegap di samping mobil hitamnya, jas kerjanya rapi tanpa cela, wajahnya serius penuh wibawa. Dominic memarkir Harley Davidson-nya dengan gaya sok santai, tapi aura menantang jelas terpancar dari setiap gerakannya. Di sisi lain, Rafael hanya berdiri tenang dengan senyum tipis, seolah tidak terintimidasi sama sekali.

Begitu mata ketiganya bertemu, suasana di depan gerbang sekolah langsung berubah. Beberapa siswa yang belum sempat pulang bahkan berhenti sejenak, pura-pura sibuk dengan ponselnya tapi sebenarnya menguping.

Daniel membuka suara lebih dulu, nadanya datar tapi penuh Tekanan.

“Elanor, ayo masuk mobil. Hari ini aku yang antar pulang.”

Nada bicaranya jelas bukan ajakan, tapi perintah.

Dominic mendengus keras, melipat tangan di dada sambil menyandarkan punggungnya ke motor besar itu.

“Lo ini ya, Dan… selalu aja maunya ngatur. Apa-apa pake perintah. Ela tuh bukan bawahan kantor lo. Dia adik kita, dan jelas lebih butuh kebebasan. Gue rasa dia lebih nyaman pulang naik motor sama gue.”

Dia melirik sekilas ke arah Elanor dengan senyum tipis yang menggoda. “Kan, Ela?”

Elanor refleks menunduk, pura-pura sibuk memperhatikan sepatunya sendiri.

Daniel melangkah maju, alisnya menurun.

“Dominic, hentikan gaya sok bebasmu itu. Kau pikir dengan motor bisingmu itu, dia aman? Tidak. Ela butuh perlindungan, bukan sensasi jalanan.”

Dominic tertawa pendek, sarkastik.

“Hah! Perlindungan? Lo terlalu kaku. Apa Ela terlihat aman di dalam mobil lo yang membosankan itu? Kalau lo emang bisa jagain, kenapa waktu itu dia sampai jatuh sakit, hah?”

Daniel mengepal tangan, sorot matanya berkilat tajam. Namun sebelum pertengkaran semakin memanas, Rafael akhirnya angkat bicara. Suaranya tenang, tapi cukup lantang untuk memotong.

“Kalian berdua sibuk berdebat soal siapa yang paling pantas… tapi pernahkah kalian berpikir kalau Elanor bisa memutuskan sendiri?”

Daniel menoleh dengan pandangan menusuk, suaranya dingin.

“Dan kau… siapa sebenarnya? Sejak kapan ikut campur dalam urusan keluarga Cromwel?”

Rafael tidak gentar. Dia melangkah satu langkah ke depan, kini jaraknya hampir sejajar dengan Daniel.

“Sejak dulu. Aku bukan orang asing bagi Elanor. Kami tumbuh bersama. Jadi, wajar kalau aku peduli.”

Dominic mendecak, matanya menyipit.

“Tumbuh bersama? Lo pikir alasan itu cukup buat ambil bagian? Hati-hati, bro. Dunia Cromwel nggak sesederhana itu. Kalau lo cuma numpang nostalgia, mending mundur sebelum kena masalah.”

Rafael hanya tersenyum tipis, tapi sorot matanya tajam.

“Terima kasih atas peringatannya. Tapi aku tidak punya niat mundur. Aku akan tetap ada di sisi Elanor. Mau kalian suka atau tidak.”

Daniel menggeram pelan. Aura tegasnya sebagai kakak sulung semakin menekan.

“Kau lancang, Rafael.”

Dominic menambahkan, kali ini dengan nada penuh sindiran.

“Dan jelas sok percaya diri.”

Udara di sekitar mereka terasa berat, seperti ada dua kutub yang siap saling bertabrakan. Sementara Elanor hanya bisa berdiri kaku di antara mereka, wajahnya pucat menahan malu. Bella di sampingnya menatap adegan itu dengan mata berbinar penuh semangat.

“Ya Tuhan…” bisiknya pada diri sendiri, “gue serasa nonton drama Korea live action. Tinggal ada OST sedih aja nih.”

Bella berdiri di samping Elanor, menatap dengan mulut setengah terbuka. Lalu dia berbisik pelan, tapi cukup untuk membuat Elanor mendengarnya, “Wih, battle of the century. Tiga cowok ganteng rebutin satu cewek cantik. Lo sadar nggak sih La, mereka bertiga seperti Gladiator yang memperebutkan seorang Ratu?”

Elanor hanya menghela napas panjang, menepuk jidat sendiri. “Gue pusing, Bel…”

Daniel melangkah setengah ke depan. “Elanor, masuk mobil. Kita pulang.”

Dominic menyahut dengan nada malas, tapi jelas menantang. “Dia lebih aman sama gue, Dan. Motor gue lebih nyaman dari pada mobil lo.”

Rafael tetap menatap keduanya, suaranya ringan tapi penuh ketegasan. “Aku rasa Elanor bisa memilih sendiri, bukan?”

Semua tatapan akhirnya tertuju pada gadis itu. Elanor gelagapan, wajahnya merah padam.

“A-aku… aku…”

Namun kata-kata itu terputus. Dia menghela napas panjang, lalu menutup mata sebentar. Saat membukanya, sorotnya penuh keputusasaan.

“Gue capek…” gumamnya lirih. Lalu tanpa banyak kata lagi, dia menarik tangan Bella. “Bel, kita pulang aja, yuk.”

Bella menatap sahabatnya dengan mata berbinar penuh setuju. “Hayukk, biarin aja mereka berantem disini.”

Keduanya pun buru-buru kabur ke arah mobil Pak Anton yang sudah menunggu. Sementara Daniel, Dominic, dan Rafael masih sibuk saling melempar tatapan panas. Baru beberapa detik kemudian mereka sadar, Elanor sudah menghilang dari hadapan mereka..

“Non Ela, mari pulang.” dengan hormat pak Anton membuka pintu belakang

Elanor buru-buru masuk bersama Bella. “Pak, please, gaspol aja sebelum mereka sadar.”

“Baik, Non.”

Mesin mobil menyala. Seketika kendaraan itu melaju cepat meninggalkan kerumunan. Elanor dan Bella hanya bisa tertawa setengah lega, setengah panik di dalam mobil.

Dominic langsung melotot.

“Sialan! Dia kabur lagi?!”

Daniel menutup wajahnya dengan telapak tangan, frustasi.

Rafael hanya terkekeh kecil, lalu menatap ke arah jalan kosong dengan senyum samar yang sulit ditebak.

Sementara itu Mobil hitam Pak Anton melaju meninggalkan gerbang sekolah, meninggalkan tiga pria yang masih sibuk dengan ego mereka masing-masing. Elanor duduk di kursi belakang, napasnya terengah-engah seperti habis lari marathon. Tangannya masih menggenggam tangan Bella erat-erat.

“Ya Tuhan, Bel… gue hampir mati malu barusan…” Elanor menunduk, pipinya masih merah menyala.

Bella, yang duduk di sampingnya, justru meledak tertawa sampai harus menahan perutnya.

“HAHAHA! Astaga, Lala, sumpah itu adegan paling epik sepanjang sejarah sekolah ini! Lo sadar nggak sih? Tiga cowok ganteng, dua kakak lo plus Rafael, berantem cuma gara-gara lo! Itu bener-bener kayak drama Korea campur sinetron prime time. Gue sampe pengen berdiri bawa popcorn tadi!”

Elanor mendesah keras, menutup wajah dengan kedua telapak tangannya.

“Jangan dilebih-lebihin, Bel… itu bukan sesuatu yang bisa dibanggain. Gue beneran malu…”

Bella langsung menyikutnya pelan.

“Malu? Hellooo! Normalnya cewek lain pasti bangga kalau diperebutkan cowok-cowok ganteng. Ini loh, dua kakak lo udah gantengnya level dewa, satu lagi ada Rafael—temen masa kecil yang sekarang jadi hot boy sekolah. Lo tuh kayak heroine di novel romantis, ngerti nggak?”

Elanor hanya menggeleng keras. “Nggak, Bel. Gue nggak suka jadi pusat perhatian. Rasanya… kayak… semua orang liatin gue. Itu nggak nyaman tauuu.”

Bella melipat tangan di dada, pura-pura manyun.

“Yaelah, Lala. Lo tuh terlalu merendah. Coba deh sekali-kali nikmatin momen. Nih ya, kalo gue jadi lo, udah gue pilih tuh salah satu dari mereka terus gue posting di Instagram biar semua cewek sekolah nangis darah.”

“BELLA!” Elanor menatapnya dengan mata melebar penuh protes.

Bella ngakak lagi, senyum usilnya nggak bisa hilang.

“Ya ampun, santai dong, gue bercanda. Tapi serius, Lala… dari ketiga cowok itu, siapa yang sebenernya lo pengen bareng?”

Pertanyaan itu membuat Elanor tercekat. Dia buru-buru mengalihkan pandangan ke luar jendela, pura-pura memperhatikan pepohonan yang berderet di pinggir jalan.

“A-aku… nggak tau.” suaranya nyaris berbisik.

Bella langsung menyipitkan mata penuh curiga. “Bohong.”

Dia mencondongkan tubuh, menatap sahabatnya tajam. “Gue udah liat, Lala. Lo tuh kalo deket Rafael, wajah lo langsung merah kayak kepiting rebus. Jangan kira gue nggak sadar.”

Elanor langsung menunduk makin dalam, meremas rok seragamnya gelisah.

“Itu cuma… kebetulan aja…” gumamnya.

Bella kembali menyeringai puas, lalu menepuk-nepuk bahu sahabatnya.

“Kebetulan apanya? C’mon, ngaku aja deh. Gue kan bestie lo. Gue bakal dukung apapun pilihan lo. Tapi please, kalo bener lo suka sama Rafael, jangan bikin dia bingung sama kode-kode nggak jelas lo. Nanti keburu diserobot orang lain loh~”

Elanor langsung menoleh cepat, matanya melebar. “BELLA!! Jangan ngomong sembarangan!”

Pak Anton yang sedari tadi menyetir hanya bisa tersenyum tipis melihat dua gadis itu berceloteh di kursi belakang. Dari kaca spion, terlihat jelas betapa kontrasnya mereka—Elanor yang pendiam dan mudah malu, serta Bella yang blak-blakan dan penuh semangat.

Bella akhirnya bersandar santai, tangannya di belakang kepala.

“Tapi sumpah ya, hari ini gue puas banget. Pertama, lo hampir jatuh tapi ditangkep Rafael ala drama romantis. Kedua, lo kabur dari geng perebutan cowok. Ketiga, lo masih bisa kabur bareng gue, sahabat paling setia. Duh, hidup gue berasa komplit.”

Elanor menoleh dengan wajah pasrah, tapi senyum kecil akhirnya muncul di bibirnya.

“Kadang gue mikir… punya sahabat kayak lo itu musibah atau anugerah sih?”

Bella pura-pura menaruh tangan di dada dengan ekspresi drama.

“Tega banget lo, Lala. Padahal gue udah siap jadi bridesmaid kalau lo nikah sama Rafael nanti.”

“BELLA!!!”

Jeritan Elanor memenuhi mobil, sementara Bella kembali terbahak-bahak puas.

1
Nanabrum
Ngakakk woyy😭😭
Can
Lanjuuutttt THORRRRR
Andr45
keren kak
mirip kisah seseorang teman ku
air mata ku 😭
Andr45
wow amazing 🤗🤗
Can
Lanjut Thor
Cikka
Lanjut
Ken
Semangaaat Authooor, Up yang banyakk
Ken
Udah ngaku ajaaa
Ken
Jangan tidur atau jangan Pingsan thor😭😭
Ken
Nahh kann, Mulai lagiii🗿
Ken
Wanita Kadal 02🤣🤣
Ken
Bisa hapus karakter nya gak thor🗿
Ken
Kan, Kayak Kadal beneran/Panic/
Ken
Apaan coba nih wanita kadal/Angry/
Vytas
mantap
Ceyra Heelshire
gak bisa! mending balas aja PLAK PLAK PLAK
Ceyra Heelshire
apaan sih si nyi lampir ini /Panic/
Ceyra Heelshire
wih, bikin novel baru lagi Thor
Hazelnutz: ehehe iyaa😅
total 1 replies
RiaChenko♥️
Rekomended banget
RiaChenko♥️
Ahhhh GANTUNGGGGG WOYYY
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!