Sering di-bully, hingga dikirim ke ruangan seorang dosen yang dikenal aneh, dia masuk ke dalam sebuah dunia lain. Dia menjadi seorang putri dari selir keturunan rakyat biasa, putri yang akan mati muda. Bagaimana dia bertahan hidup di kehidupan barunya, agar tidak lagi dipandang hina dan dibully seperti kehidupan sebelumnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rozh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12. Jack Pergi.
Jack menggerutu saat dirinya harus terpaksa tidur di lantai dingin nan ber-alaskan tikar rajutan dari daun yang dibuat oleh Deana.
"Putri apanya ini? Gubuk reyot? Putri palsu, ya?" Dia masih mengomel, memakai selimut yang dia bawa dari kediamannya.
"Huh, pasti ingin menghina aku yang rakyat jelata!"
Putri dan Deana mengabaikan Jack yang mengomel, memilih tidur.
Saat bangun tidur, Jack kembali menggerutu, dirinya hanya di sediakan sayuran dan sup tulang burung saja.
"Makanan apa ini? Mana daging burungnya?" Dia membalik mangkuk berisi sup tulang burung.
Putri yang sedang menggigit buah, langsung melempar buah itu pada Jack. "Hu ri!" Putri memaki Jack yang mengatakan dia tak tahu diri. "Kan, ha!" makinya lagi.
"Jika Anda ingin makan enak, anda harus berusaha sendiri, anda tidak memberikan mahar pernikahan pada putri, anda tidak memiliki harta bawaan pernikahan, jadi terima apa yang kami berikan!" Deana berkata.
"Apa maksudnya itu? Aku ini, kau paksa, jelas-jelas kau yang menusukku dengan Patrem Binye, aku masih kecil mana punya mahar, aku belum siap menikah, kalaupun aku siap, aku tak ingin menikah denganmu!" Jack menatap marah pada putri.
"Tung, sih! Huh!" Putri kesal. Deana menggendong putri pergi dari sana, meninggalkan Jack yang masih mengomel.
"Kenapa Yang Mulia Putri mengatakan dia beruntung menikah dengan Anda dan harus berterimakasih? Ini sungguh pernikahan paksa yang tak seharusnya. Menikah itu harus berumur 9 tahun setidaknya." Deana memberikan pemahaman pada Putri.
"Hu na!"
"Iya, maaf putri." Deana membawa putri ke bawah pohon rindang, ada ayunan yang dibuat Deana di sana.
Putri di masukkan ke dalam ayunan kayu itu, ditidurkan. "Pelayan darahmu ini akan mengayunmu hingga tertidur, jangan kesal lagi ya, cepatlah tidur Yang Mulia." Deana mulai mengayun ayunan itu.
"Hm, jika tidak aku nikahi, kau akan mati tersiksa di tangan putri ke tiga bodoh. Di kediaman putri ke tiga, kau biasanya diberi makan makanan sisa, satu piring dengan hewan peliharaannya, dipukul, dicambuk, dilecehkan, bukan hanya putri ketiga yang menyentuhmu, tapi juga para pelayannya. Kau beruntung aku selamatkan, malah tidak berterima kasih!" Putri menggerutu dalam hati.
Hari-hari terus berlalu, sudah seminggu lebih, Jack masih belum berubah, bersikap sombong dan marah-marah, putri dan Deana selalu mengabaikannya, namun kali ini tidak.
Prang! Sebuah piring kaca dipecahkan oleh Jack.
"Ring hal!" seru putri marah. Sebuah cahaya ke-emasan terpancar dari tangan putri langsung mengarah ke dada Jack.
"Uhuk!" Tubuh Jack terpelanting satu meteran mundur ke belakang.
"Putri!" Deana tercengang, baru kali ini dia melihat putri mengeluarkan energi seperti itu. Dia langsung memegang tangan sang putri.
"Mbong!" Putri melotot marah. "Sir!" Dia menatap Deana dan menunjuk Jack.
Jack duduk meringis, dadanya terasa sakit, seolah dipukul dengan benda keras nan berat barusan.
"Anda begitu sombong, piring kaca itu dibeli mahal oleh putri karena anda terus mengeluh makan di mangkok kayu buatan saya, itu adalah piring kaca satu-satunya yang kami miliki. Anda sungguh tidak pantas di sini. Silahkan anda kembali, putri tak ingin anda lagi!" Deana mengusir Jack.
"Huh! Siapa juga yang ingin tinggal di sini! Dasar putri miskin, putri palsu!" Jack langsung berdiri.
Anak laki-laki itu segera berkemas mengambil pakaiannya, membungkusnya dengan kain, menyandang pulang, kembali ke kediamannya, keluarga Lewis.
Selepas kepergian Jack, putri mengajak Deana pergi ke hutan, karena sudah cukup lama kediamannya di hutan ditinggalkan, dia juga tak ingin Jack tahu kalau mereka memiliki tempat tinggal lain di hutan karena melihat sikap Jack yang seperti itu dalam minggu ini.
Putri sangat senang saat sampai di hutan. Pandangannya lepas, kediamannya lebih luas dan besar dari rumahnya, lebih kokoh dan lebih indah. Banyak barang-barang berharga di sini. Apalagi stok makanan dan daging kering ada di sini.
Seminggu lebih Deana dan putri tinggal di hutan. Deana memperluas lahan dengan menebang pohon-pohon, menangkap hewan-hewan kecil seperti kelinci liar, burung, dan lainnya.
"Mbah Na!" Putri menunjuk bagian samping kiri dan kanan rumah.
"Putri ingin memperlebar bangunan ini?" tanya Deana.
Putri mengangguk. "Kan li!"
Alis Deana terangkat. "Maksud Putri Tuan Jack akan kembali?" Putri mengangguk kembali.
"Lalu, anda akan memberitahu dia kalau kita tinggal di sini?" tanya Deana lagi dan putri mengangguk kembali.
"Kah yam ye!"
Deana sejenak berpikir. Benar, mereka menikah darah dengan Patrem Binye, tapi melihat sikap Jack, Deana meragu. Takut jika sang putri bisa dalam bahaya karena ke-egoisan Jack.
"Na ni, ni na!" Putri menunjuk nunjuk perkarangan.
"Maksud Putri akan membuat ruangan luas di sini, lalu di sini kamar dan bangunan lain?"
"Hu'um." Putri mengangguk.
"Baiklah, jika itu keinginan Yang Mulia Putri. Aku akan meminta bantuan pada pengawal dan pelayan darah Ibuku, agar mereka bisa membantu kita membangun."
Putri tersenyum dan langsung memeluk Deana.
Putri dan Deana kembali ke kediamannya yang berada di dekat istana Selir ke-68.
Saat dia baru sampai, Ana Lewis dan Kemal Lewis bersimpuh dan bersujud padanya, bahkan Rouge Lewis juga, bersujud sambil menahan tubuh Jack yang kurus dan pucat.
"Yang Mulia, ampuni kami, ampuni Jack, tolong terima dan jangan usir putra kami, tolong beri kesempatan lagi, rakyat hina ini mohon Yang Mulia Putri." Ana memohon, berkata sambil menangis.
"Ya gi, tak ka!"
Ana Lewis menatap Deana yang berdiri di samping putri. "Putri berkata, bukan dia yang menginginkan itu, tapi Jack sendiri yang berulah, sombong dan tak suka pada putri, Jack tak sopan bahkan menghina Yang Mulia Putri. Membuang makanan yang kami berikan, menghancurkan barang-barang, tidak bersyukur atas apa yang kami sediakan," kata Deana.
Ana menoleh pada Jack. Dengan pasrah Jack mengangguk, mengaku.
"Jack .... " Ana Lewis lunglai. "Kenapa kamu begitu Nak. Kamu ... memohonlah pada putri!"
"Di!" Putri mengangkat tangannya, minta di gendong pada Deana.
Deana menggendong putri, lalu berkata. "Saya akan memandikan putri dulu. Silahkan berbicara nanti!" Setelah berkata seperti itu, Deana langsung masuk ke kediaman dan memandikan putri.
"Jack, Ibu dan ayah sudah mengatakan padamu saat kau pergi kemarin bukan? Memberi tahu pernikahan darah itu seperti apa. Tetapi kenapa kamu berbohong?" Ana Lewis menatap sedih bercampur kecewa pada putra keduanya itu.
"Pernikahan darah Patrem Binye, adalah ikatan takdir nyawa, kau akan kesakitan sampai mati jika berjauhan dan tidak patuh pada putri!" Ana Lewis menangis.
"Kau harus memohon Jack!" Kemal Lewis berkata tegas.
"Ana, ayo kita pergi, dia harus bertanggung jawab dengan apa yang dia lakukan." Kemal menarik tangan istrinya. Ana berdiri dengan terpaksa dan masih sesungukan.
Setelah Ana dan Kemal pergi. Rouge Lewis mendekat dan menepuk pundak Jack. "Ayo ke teras!"
Kakak Jack itu menuntunnya ke teras kediaman putri, sambil membawa barang-barang Jack. Menyandarkan tubuh Jack yang lemah dan pucat itu di dinding dan tiang teras.
"Aku tak bisa bersamamu, kami tak bisa membantumu perihal ini, Jack. Kali ini, maafkan kakakmu ini Jack. Kau harus memohon pada putri. Aku harus kembali, maaf Jack."
"Kak!" Dengan suara lemah, Jack menoleh pada kakaknya yang juga pergi meninggalkan dirinya.