NovelToon NovelToon
THEY ARE GEMSTONES

THEY ARE GEMSTONES

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Wanita
Popularitas:446
Nilai: 5
Nama Author: Putri Yais

Keluarga Haven bukanlah keluarga sembarangan. Haven merupakan suami dari perempuan bernama Amber. Mereka memiliki kemampuan supranatural yang sangat tinggi. Mereka memiliki tiga orang putra, dan dua orang putri. Mereka adalah pemilik mata dewa. Ambisi mereka sangat besar untuk menguasai dunia. Sebelum mata dewa itu terbuka, sampai kapanpun mereka tidak akan mencapai tujuan besarnya itu.

Mata dewa hanya bisa dibuka dengan lima batu permata yang memiliki kekuatan sangat dahsyat.

Tidak ada yang tahu jika kelima batu permata itu ternyata berubah menjadi lima gadis cantik dimana mereka akan menjalani aktivitas layaknya manusia biasa, hanya saja ketika dalam keadaan darurat maka kekuatan besar yang tersimpan dalam diri mereka akan muncul.

Kelima gadis cantik itu tinggal di sebuah tempat bernama "Home Blue" dimana pemilik tempat itu adalah seorang perempuan bernama Lin.

Yuk! ikuti perjalanan serunya dalam karya baruku ini. Jangan lupa mampir, like, dan komen. Terima kasih...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Yais, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SALAH SASARAN

Hari sudah pagi. Sebelum pergi beraktivitas, semua anak gadis Lin sudah bangun dan berada di meja makan untuk sarapan. Saat Lin datang untuk memeriksanya, dia melihat keberadaan kelima gadis itu.

"Kalian sudah bangun?" tanya Lin.

"Ya, tadi kami bangun karena mendengar suara alarm di rumah ini," jawab Shapire.

"Bagaimana kalian tahu jika itu bunyi alarm?" tanya Lin sedikit heran.

"Tadi aku sempat keluar kamar dan bertemu dengan salah satu gadis yang ada di kamar sebelah. Dia yang memberitahuku jika itu suara alarm," jawab Shapire kembali.

"Oh, baiklah."

"Mereka siapa Bunda Lin?" tanya salah satu gadis. "Aku baru pertama kali melihat mereka."

"Nanti Bunda kenalkan pada kalian semua, yah. Sekarang sarapan dulu setelah itu pergi beraktivitas," jawab Lin.

"Baik, Bunda Lin."

Saat semua gadis sedang sarapan, Bunda Lin pergi ke ruangannya. Dia baru saja memilih pengasuh untuk kelima gadis itu. Namanya Feride. Usianya sekitar 35 tahun. Dia orang yang selama ini Lin percaya untuk menjaga Home Blue jika dia sedang tidak ada.

Tok... Tok... Tok...

"Masuklah!"

"Selamat pagi Nyonya Lin," sapa Feride.

"Selamat pagi, Fe. Duduklah!" Lin menceritakan tugas baru Feride di Home Blue.

***

Selesai sarapan, semua gadis pergi ke sekolah dan universitas masing-masing. Sementara itu kelima gadis pergi untuk melihat-lihat sekeliling. Home Blue adalah sebuah rumah yang sangat besar dengan banyak ruangan di dalamnya. Seperti namanya, Home Blue terlihat sangat cantik karena semua bernuansa biru. Halamannya juga sangat luas. Tidak jauh dari sana, terdapat pantai yang sangat cantik. Home Blue sebuah rumah yang dikelilingi pohon-pohon lebat dan tinggi. Setiap gadis yang pergi ke sekolah maupun universitas selalu di antar jemput oleh mobil pribadi yang sudah Lin siapkan untuk mereka.

Pagi itu, tanpa sepengetahuan Lin, kelima gadis masuk ke dalam hutan. Tempat itu sering Lin gunakan untuk semua anak gadisnya latihan memanah dan menembak. Di sana sudah terdapat busur dan anak panah, serta pistol untuk menembak. Ruby mencoba mengambil pistol itu.

"Apa yang akan kau lakukan?" tanya Emerald.

"Aku akan mencoba menembak," jawab Ruby. "Kita lihat sesuatu apa yang aku dapatkan di luar sana."

Ruby memfokuskan pandangannya ke depan dan bersiap untuk menembak.

"Dor!!!"

Suara tembakan itu terdengar oleh Lin dan Feride.

"Dari mana asal suara tembakan itu?" tanya Lin menatap Feride heran.

"Apa jangan-jangan..."

Lin langsung berlari ke bawah. "Dimana kelima gadis itu?" tanya Lin pada seorang pelayan yang sedang merapikan meja makan.

"Maaf nyonya, tadi aku melihat mereka pergi ke luar," jawab pelayan itu.

Lin dan Feride langsung menyusul mereka ke dalam hutan. Sementara itu, kelima gadis pergi untuk melihat apa yang sudah Ruby tembak jauh di depan sana. Saat dilihat, ternyata tembakan itu mengenai seekor serigala.

"Wah,, aku mendapatkan seekor serigala yang sangat besar," ucap Ruby terlihat senang.

"Menjauhlah! Bisa saja serigala itu akan menyakiti kita," ucap Emerald.

"Tidak akan, lihat saja sekarang ini serigala itu terbaring tidak berdaya karena tembakanku itu. Sebentar lagi juga pasti akan mati," jawab Ruby.

"Sepertinya serigala ini sangat kesakitan, kita harus menolongnya," ucap Shapire merasa kasihan dengan serigala itu.

"Untuk apa menolongnya?" tanya Ruby. "Biarkan saja dia kesakitan! Lagi pula suruh siapa serigala itu muncul pagi-pagi seperti ini. Jadi kena tembakanku, kan?"

"Anak-anak! Kalian dimana?" teriak Lin berjalan memasuki hutan.

Mendengar teriakan Bunda Lin, mereka langsung pergi meninggalkan serigala itu yang kesakitan. "Aku akan kembali lagi untuk mengobatimu," ucap Shapire sambil mengelus-elus kepala serigala itu. "Bertahanlah!"

Sudah cukup jauh mereka berjalan, akhirnya Bunda Lin bertemu dengan kelima anak gadisnya.

"Kalian dari mana saja?" tanya Lin.

"Maaf Bunda, kami tadi sedang berjalan-jalan dan tidak sengaja masuk ke dalam hutan ini," jawab Emerald.

"Tadi aku mendengar suara tembakan. Apa diantara kalian ada yang menembak?" tanya Lin.

Semua gadis melihat ke arah Ruby.

"Apa kau yang menembak tadi?"

"Ya Bunda," jawab Ruby mengangguk.

"Apa kau mengenai sasaran?" tanya Feride.

"Hmm..."

Kelima gadis itu bungkam. Mereka takut Bunda Lin akan marah jika tahu tembakan itu mengenai seekor serigala.

"Tadi itu..."

"Tadi tembakannya melesat, Bunda. Saat dilihat ternyata di depan sana tidak ada apapun," jawab Ruby memotong perkataan Kyanite.

"Baiklah, ayo kita kembali!" ajak Lin pada kelima anak gadisnya.

"Ayo, Bunda!"

Dalam perjalanan pulang, Lin merasa sangat gelisah. Dia hanya akan gelisah jika anak gadisnya melanggar aturan yang ada. Sesampainya di Home Blue, Shapire langsung meminta kotak obat pada seorang pelayan yang sedang merapikan ruangan.

"Ini kotak obatnya Nona," ucap pelayan.

"Terima kasih banyak, Bi." Shapire langsung kembali ke dalam hutan untuk menemui serigala itu. Tiba di sana, serigala itu sedang terbaring dengan banyak darah yang bercucuran di tubuhnya. Shapire mulai mengobati tubuh serigala yang tertembak tadi.

"Aku tidak tahu bagaimana caranya mengeluarkan peluru itu dari dalam tubuhmu. Aku hanya bisa mengobati lukamu sedikit saja, semoga kau tidak apa-apa. Oh iya, tolong maafkan temanku karena sudah melukaimu. Dia tidak tahu jika ada kau di sini," ucap Shapire pada serigala itu.

Saat sedang mengobati serigala itu, tiba-tiba pergelangan tangan Shapire di gigit.

"Aww..." ucapnya kesakitan. "Apa kau marah padaku? Tidak masalah kau menggigitku, tapi aku tidak akan menyakitimu kembali," ucapnya.

Setelah selesai, Shapire membereskan kembali kotak obatnya. Dia sempat mencium serigala itu sebelum pergi. "Semoga lekas sembuh," ucapnya. Tanpa Shapire sadari gelang yang ia kenakan terjatuh saat serigala itu mengigit pergelangan tangannya tadi.

Di satu sisi, Bunda Lin melihat Shapire yang kembali dari dalam hutan. Dia merasa ada yang aneh dengan gerak-geriknya. Bunda Lin turun untuk menemuinya.

"Kau darimana Shapire?" tanya Lin.

Langkah Shapire terhenti. "Aku..."

"Kenapa kau membawa kotak obat? Siapa yang terluka?" tanya Lin.

Terlihat pergelangan tangan Shapire yang meneteskan darah ke lantai.

"Kenapa pergelangan tanganmu bisa terluka seperti ini?" tanya Lin khawatir.

"Tidak apa-apa Bunda," jawab Shapire menyembunyikan kebenarannya.

Lin segera mengobati luka Shapire dan meminta pelayan untuk segera membersihkan darah Shapire di lantai. Lin masih ingat dengan perkataan pria tua itu jika darah kelima gadis itu mampu mengundang hal buruk datang. Setelah selesai mengobati pergelangan tangan Shapire, terdengar suara lolongan serigala dari dalam hutan. Lin sangat terkejut mendengar suara lolongan itu. Jika serigala sudah melolong seperti itu, berarti akan ada hal buruk yang terjadi. Setelah lukanya diobati, Shapire kembali ke kamarnya. Tidak lama Feride datang menemui Lin.

"Kenapa ada suara lolongan serigala pagi-pagi seperti ini, Nyonya?" tanya Feride.

"Aku sendiri tidak tahu, Fe. Semoga semua baik-baik saja," jawab Lin.

****

Siang itu, Lin membawa kelima anak gadisnya ke ruang khusus pertemuan. Di sana ia memberitahu mereka peraturan apa saja yang harus dipatuhi dan tidak boleh dilanggar. Dari banyaknya peraturan, mereka terkejut saat mendapati peraturan yang melarang mereka membunuh semua hewan yang ada di hutan, termasuk serigala. Kelima gadis itu saling menatap satu sama lain.

"Ada apa?" tanya Lin sedikit curiga.

"Bagaimana jika kita melukai serigala?" tanya Ruby sedikit gugup.

"Itu sesuatu yang sama-sama dilarang. Membunuhnya saja tidak boleh, begitupun dengan melukainya." jawab Lin.

"Maafkan aku Bunda..." ucap Ruby.

"Kenapa kau meminta maaf?" tanya Lin.

"Aku sudah berbohong padamu tadi. Sebenarnya peluru dari tembakan itu mengenai seekor serigala," ucap Ruby berterus terang.

"Apa?" Lin mulai khawatir sekarang. Pantas saja terdengar suara lolongan serigala tadi.

"Apa akan terjadi sesuatu jika kita melukai atau membunuh hewan yang ada di hutan sana, termasuk serigala?" tanya Emerald.

"Bagaimana cara aku menjelaskannya pada mereka?" batin Lin bingung.

"Katakan Bunda!"

Saat akan memberitahu mereka, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu.

"Maaf Nyonya Lin, dibawah ada seseorang yang ingin menemuimu," ucap pelayan.

"Baiklah, aku akan segera menemuinya."

Setelah selesai, kelima gadis itu melihat dari atas siapa yang datang menemui Bunda Lin.

"Siapa orang itu?" tanya Ruby.

"Nanti juga Bunda Lin akan memberitahu semua orang siapa tamu yang datang dan apa tujuan dia datang kemari ," ucap Nyonya Fe yang tiba-tiba muncul dari belakang.

"Oh, begitu yah. Baiklah, kalau begitu kami akan kembali ke kamar," ucap Berlian.

"Silahkan!"

Setelah menemui tamu itu, Lin kembali ke ruangannya. Tidak lama Fe datang menemuinya.

"Siapa yang baru saja menemuimu, Nyonya?"

"Orang suruhan keluarga besar Maven," jawab Lin.

"Untuk apa dia mengutus orang itu kemari?"

"Keluarga besar Maven akan datang dua hari lagi. Mereka ingin memilih anak gadis asuhanku untuk menjadi menantu mereka," jawab Lin.

"Apa kau menyetujuinya?" tanya Fe.

"Aku harus mempertimbangkannya lagi, Fe. Keluarga itu sangat terpandang. Jika anak gadisku menikahi putra keluarga itu, tentu saja kehidupannya akan sangat terjamin. Tapi satu masalahnya..."

"Apa itu?"

"Aku tidak tahu pria yang akan menikahi anak gadisku itu baik atau tidak," jawab Lin ragu.

"Itu urusan mudah. Serahkan saja padaku! Jika mereka datang, tolong ajak aku untuk menemui mereka," pinta Fe.

"Baiklah."

****

Sore itu, semua anak gadis asuhan Lin sudah kembali dari sekolah dan kampusnya. Seperti biasa mereka melakukan kegiatan rutin di dalam dan di luar rumah. Ada yang sedang menjahit dan merajut, memasak, melukis, menari, memanah, berkuda, menembak, juga renang. Semua keterampilan yang di dapat mereka karena didikan Lin dulu. Semua gadis tumbuh menjadi gadis dengan banyak keterampilan multitalenta. Melihat semua kegiatan mereka yang bermacam-macam, Lin menyuruh kelima gadis itu untuk memilih kegiatan apa saja yang diminati mereka dan harus mempelajarinya lebih dalam lagi.

"Kalian bebas memilih keterampilan kalian sendiri, namun untuk menembak dan berkuda adalah sebuah keharusan yang harus kalian ikuti setiap minggunya," ucap Lin.

"Kami mengerti Bunda Lin," jawab Shapire.

Kelima gadis itu mulai melakukan keterampilan yang mereka pilih sesuai keinginannya dan belajar dengan sungguh-sungguh.

****

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!