NovelToon NovelToon
Tumbal Musuh

Tumbal Musuh

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / Horror Thriller-Horror / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Dendam Kesumat / Roh Supernatural
Popularitas:27.7k
Nilai: 5
Nama Author: Siti H

kisah seseorang yang berjuang untuk lepas dari perjanjian tumbal yang ditujukan kepadanya karena sebuah kedengkian. Ikuti kisahnya selanjutnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aneh

"Bu!" pekik Amdan dengan sejuta rasa khawatir yang memenuhi rongga hatinya. Ia melihat jika sang ibu tak lagi dapat bangkit, maka ia memutuskan untuk menggendongnya.

Wardha mengerutkan keningnya. "Ya Tuhan? Jika ibu stroke, mala ini akan menjadi beban bagiku!" gumamnya dengan perasaan bingung.

Ia menarik nafasnya yang terasa berat, lalu beranjak dari kamar mandi dan mengekori suaminya yang membawa sang ibu mertua ke dalam kamar.

Terlihat Amdan mengganti pakaian sang ibunda yang tampak basah.

Sementara itu, Muna tak dapat menggerakkan tubuhnya, sebab ototnya seperti kaku.

Wardha semakin frustasi. Ia menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ini sangat mengerikan jika ia bayangkan, sebab mengurus orang stroke bukanlah perkara mudah baginya.

"Oh, tidak! Aku tidak mau jika ini menjadi beban hidupku!" ia terlihat gelisah.

Amdan telah selesai mengganti pakaian Munah yang basah. lalu membenahi posisi tidur yang nyaman.

"Dik, telfonkan dr. Aqila untuk datang kemari," titah Amdan pada sang istri yang sedari tadi hanya berdiri diambang pintu.

"Iya," jawab Wardha kesal. Itu tandanya jika ia harus kehilangan jatah belanja yang tidak lagi full, sebab dipakai untuk membayar biaya pengobatan ibu mertuanya.

Wanita itu beranjak ke kamarnya, lalu menghubungi dokter yang diminta oleh suaminya.

*****

Suara deru mesin motor berhenti tepat didepan rumah mereka. Lalu datang seorang dokter muda berambut sebahu dengan nan cantik rupawan.

"Assalammualaikum," ucapnya dengan sangat sopan.

"Waalaikum salam," sahut Amdan dan Wardha bersamaan.

Lalu dokter muda itu masuk ke dalam rumah dan disambut Wardha yang sedari tadi sudah sangat gelisah.

"Ke kamar, Dok," ajak wanita itu dengan wajah masam.

Wanita muda itu menganggukkan kepalanya, lalu mengikuti masuk ke kamar sebelah. "Apa kabar ibu Munah?" sapa Aqila saat melihat wanita paruh baya itu terbaring tanpa dapat menggerakkan tubuhnya, bahkan untuk tersenyum saja ia tak mampu.

Aqila memeriksa Munah dengan benar. Ia melihat semua hasil pemeriksaan dalam kondisi normal. Tekanan darah dan juga kadar kolestrolnya dalam kondisi baik-baik saja.

"Apakah ibu merasakan pusing dikepala? tanya Aqila dengan ramah.

Munah hanya menatap tajam padanya tanpa jawaban apapun, dan hal itu membuat sang dokter sedikit bergidik.

"Emm, bang Amdan. Setelah saya periksa, semuanya dalam kondisi normal, dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan," ucap sang dokter. Bahkan ia tak meninggalkan resep obat apapun.

"Apakah tidak ada obat yang dapat diberikan untuk ibu saya, Dok?" tanya Amdan yang meragukan kemampuan sang dokter.

"Begini, Bang. Semua dalam kondisi normal, maka tidak perlu diberi obat apapun," Aqila menjelaskan hasil pemeriksaannya.

Amdan semakin bingung, sebab ibunya mengalami stroke tiba-tiba, dan ini sangatlah hal mustahil.

"Sebaiknya abang membawa ibu berobat pada orang kampung," saran Aqila, sembari mengemasi peralatan medisnya.

"A-apa? Berobat kampung? Masa iya seorang dokter harus menyarankan itu pada pasiennya," cibir Amdan dengan rasa kesal.

"Ya itu terserah abang saja gimana nantinya," ucap sang dokter, lalu berpamitan pergi.

Amdan menghela nafasnya dengan berat. "Tunggu, Dok. Berapa biaya pemeriksaan ibu saya?" tanya Amdan dengan sedikit mengurangi rasa kesalnya.

"Tidak perlu, saya ikhlas, semoga ibu Munah lekas sembuh," sahut Aqila dan bergegas naik ke atas motornya.

Wuuuusssh....

Ia merasakan desiran angin berhawa panas yang membuatnya sedikit meremang dibagian tengkuknya.

Sang dokter menggedikkan pundaknya, lalu mengemudikan motornya meninggalkan rumah tersebut.

******

Malam beranjak. Ruangan rumah yang biasanya terasa sangat dingin karena tempat mereka tinggal adalah daerah perbukitan berubah suhunya menjadi sangat gerah.

Kipas angin tak dapat membantu mengurangi rasa gerah yang ada.

"Eeeeeee....," Munah berusaha berteriak memanggil puteranya sebab ia merasa jika dirinya sangat takut saat ini.

Satu sosok bertubuh tinggi dengan kulit berwarna hijau besar sedang menatapnya dengan seringai mengerikan.

"Eeeeee....," suara Munah yang tak dapat berteriak karena ia mengalami stroke.

Wardha yang mendengarnya merasa terganggu sebab kamar mereka bersebelahan dan tanpa platfom yang membuat suara mereka dapat terakses dengan jelas.

Wanita itu baru saja selesai menyusui puteranya, dan mendengus kesal, lalu turun dari ranjang dan menuju kamar ibu mertuanya. Saat ia membuka pintu, terlihat sang ibu mertua ternyata buang air kecil, wajahnya memucat tampak ketakutan.

"Apalagi sih, Bu! Nyusahin orang saja!" hardik Wardha dengan kesal.

"Eeeee....," jawabnya dengan bibir yang miring kesebelah kiri.

"Eee...eee..., ntah apa yang ibu katakan, ganggu istirahat orang saja," hardik Wardha yang semakin tak dapat mengendalikan emosinya.

Amdan yang baru saja masuk ke dalam rumah untuk mengmbil air galon melihat keributan kecil tersebut.

"Ada apa, Dik? Koq ribut-ribut," tanya Amdan dengan penasaran.

"Itu ibumu buang air kecil, aku tak sanggup merawatnya, kamu antarkan saja kepada kakak-kakakmu, aku tak mau merawatnya," ucap Wardha kesal.

Amdan membolakan matanya. "Apa maksudmu? Kamu tidak mau merawat ibu?" tanya pria itu dengan penasaran.

"Iya, aku tidak mau. Jika kau memaksaku merawat ibumu, maka lebih baik kita berpisah saja!" ancam Wardha dengan nada tinggi, lalu meninggalkan kamar sang ibu mertua dan masuk ke kamarnya.

Braaaaak...

Pintu dibanting dengan keras, dan membuat Amdan tersentak kaget.

Ia menghampiri sang ibu. "Ada apa, Bu?" tanya Amdan berusaha menjaga kewarsannya.

"Eee....," ucap Munah dengan tatapan tajam tertuju pada jendela.

Amdan menoleh ke arah luar, dan memeriksa disana, tak ada sesuatu yang mencurigakan, hanya rasa dipunggungnya menebal dan seolah ada yang mengawasi rumah mereka.

Amdan menutup.tirai jendela. Ia mengingat jika sore tadi sudah menutupnya, dan entah siapa yang membukanya kembali.

Pria itu baru menyadari jika ia harus menyediakan pampers dewasa untuk sang ibu. "Ya, Rabb, berilah keluasan rezeki untuk hamba dapat selalu membelikan semua kebutuhan ibu hamba," doanya dalam hati.

"Bu, Amdan ke warung dulu, ambil pampers," ucapnya lirih. Tentu saja hal itu didengar oleh Wardha.

"Huh, bertambah bengkak kalau begini pengeuaranku!" gerutunya dengan kesal.

Amdan berjalan menuju warung sembakonya. Sesaat ia melihat kelebatan tubuh yang mirip dengan Wardha melintas ke arah belakang. Amdan merasa curiga. "Ngapain dik Wardha ke belakang malam-malam? jika ia marah padaku, tetapi tidak juga harus kebelakang, mana kebun karet lagi," gumam Amdan dengan penasaran. Ia mencoba mengejar kelebatan bayangan yang menyerupai Wardha tersebut.

Ia tiba dibelakang, tetapi tidak ada sesiapapun, hanya ada bau busuk menyengat yang tercium olehnya.

"Kemana dik Wardha?" gumamnya, sembari menyapu pandangannya.

"Amdaaaan...," panggil seseorang dengan sangat lirih, namun terdengar jelas.

"Siapa itu? Dik, Dik Wardha," panggil Amdan dengan kencang.

Sesaat Wardha mendengar panggilan suaminya. Ia tadinya merasa jengkel kembali bertambah jengkel. "Ada apa lagi sih!" wanita itu berguman, lalu beranjak dari ranjangnya menuju keluar rumah.

Ia melihat Doni dan Joni sedang bermain gitar dibangku kayu. "Don!" panggilnya.

"Iya, Kak," .sahut pemuda itu.

"Ada liat bang Amdan tidak?" tanya Wardha.

"Tapi tadi masuk ke dalam, kak, katanya mau ambil air galon buat masak mie, kami juga nungguin," sahut pemuda itu.

1
Krisna Adhi
ini jadinya kalau ke orang bodoh ,tambah pulak bodohnya ,,,/Skull/
V3
Novel nya Bagus Ceritanya , banyak Pelajaran dan Pengetahuan yg dapat kita ambil
V3
aku setuju dg kata-kata Bijak kak Siti ,,, Terimakasih kak Krn membaca novel mu sedikit banyak Pengetahuan Ku Dapat.
Sukses trs tuk semua Novel-novel nya. sllu Sehat Wal'afiat untuk Mu Beserta Keluarga 🤲 Aamiin 🤲
Terakhir di akhir Novel ni sdh aku beri Like + Hadiah Bunga + Vote yaa Akak Cantik 😘
V3
si Dog ngendus daging panggang / bakar nya si Danang , dan berhasil donk makan jari-jari kaki nya 🤣🤣🤣
V3
Fahri akhirnya metong jg 🤣👏
V3
ketiga nya mati bersamaan 🤦 tggl nggu si Fahri yg mati tersedak botol minuman nya 🤣🤣🤣
V3
si Wardah otak nya LG lempeng tuh ,,, bisa nolongin Amdan dr Ular Hitam dan membunuh ular itu 🤣🤣🤣
akhirnya Bu Ira meninggoi 🤦🤦🤦
V3
smg Amdan sllu di Lindungi dr Kejahatan Ki Pahing dan Antek-anteknya
V3
smg ja Ira selamat dan bisa sembuh. biar Tobat tuh orang 🤣
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
kannn mati bersamaan kan
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
nah kan mati juga toooo
mkne jgn kyk gtu
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
aduhh Fahri kenapa jadi begitu
hadehh klo nanti mati juga lama2
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
ohh bik Ira JD insaf ini dan membantu amdan
V3
hiiiiiiii ... apakah itu suara hantu 🤣🤣
V3
Good Job Santi ,, lelaki spt Fahri mah mending di buang ja ke lubang buaya 😡😡
Heri Wibowo
thor buat kelanjutan cerita anak anaknya mirna dong
❤Lembayung Jingga❤: ntat, ya. dicari idenya dulu
total 1 replies
V3
Bu Ira mau di buat mati sama iblis sekutu nya 🤣🤭
Ali B.U
dan akirnya "TAMAT" semoga pada bisa ngambil hikmahnya
Aris Setyawan
dah tamat ??
N Wage
aku sangat setuju sekali dg 4 poin terakhir yg disampaikan k othor.
Novel bagus,ada makna di dalamnya yg bisa jadi pelajaran buat kita.
Selalu bersyukur dg hidup kita,jangan iri dg hidup orang lain.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!