NovelToon NovelToon
Jodohkah Kita? (Kisah Seruni)

Jodohkah Kita? (Kisah Seruni)

Status: tamat
Genre:Tamat / Selingkuh / Angst / POV Pelakor / Pihak Ketiga
Popularitas:10.5k
Nilai: 5
Nama Author: Lalalati

Usai penyatuan itu, Seruni bersandar pada dada polos Victor. "Ada satu yang belum aku kasih tahu sama kamu, Vic."

"Apa?" Tanya Victor.

"Aku... gak bisa punya anak," ucap Seruni dengan berat hati. Ia merasa sudah bertindak egois karena baru mengatakannya sekarang. Seruni berpikir Victor pasti sama seperti pria lain, yang menginginkan seorang anak. Apalagi ia seorang penerus perusahaan.

"Aku tidak peduli itu, Seruni. Aku mencintai kamu, bagaimana pun kamu."

Kata-kata Victor membuat bahagia menelusup di hati Seruni. "Kenapa kamu bisa nerima aku yang kayak gini?"

Victor tersenyum hangat saat Seruni menatapnya dengan tatapan bersalah. "Aku sudah kehilanganmu selama dua belas tahun. Apa kamu pikir aku akan rela kehilanganmu lagi karena alasan itu?"

Tanpa Seruni ketahui, Victor sudah menyembunyikan sebuah kenyataan pahit. Ego Victor untuk bisa kembali bersama cintanya yang belum usai membuatnya mengabaikan kenyataan itu. Kenyataan yang suatu hari akan menyakiti Seruni lebih dalam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lalalati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2: Konsekuensi

"Orang yang gak dikenal siapa, Bu? Satpol PP? Emangnya Ibu tadi jualan dimana? Kenapa bisa diambil, Bu?" Seketika Seruni kesal bukan main.

"Ibu juga gak tahu, Runi. Mereka bukan Satpol PP. Mereka lebih kayak preman. Mereka tiba-tiba dateng pas ibu jualan di tempat biasa, terus bawa gerobak kita ke atas mobil pick up." Isak Erna.

Seruni tak bisa tak curiga. Apakah ini ulah ayah dari Victor lagi? Jika ia yang diganggu, ia akan menerimanya. Tapi kali ini mata pencaharian sang ibu yang diusik, tentu Seruni tidak bisa tinggal diam. Ia pun kembali keluar rumah dan mengayuh sepedanya lagi.

Ia berhenti di sebuah taman kota. Ia membuka ponsel pemberian dari Victor, memasukkan akun miliknya dan mengunduh aplikasi perpesanan. Seruni mencari kontak seorang pria bernama Sean dan menghubunginya.

Di sisi lain, pria bernama Sean tengah berada di ruang rapat, mendampingi sang atasan memimpin rapat tersebut. Ponselnya bergetar, ia melihat nama Seruni muncul di layar ponselnya. Ia pun meminta izin dan menerima panggilan itu di luar ruangan.

"Selamat sore." Sapa Sean.

"Pak Sean, saya Seruni. Bisa kita bertemu sebentar?"

Beberapa saat kemudian, Seruni masih berada di taman kota itu. Sean mengatakan akan segera datang ke taman itu. Namun setelah satu jam, pria itu tak muncul juga. Meskipun demikian, Seruni tetap berada di sana, ia sabar menunggu. Hingga kemudian sebuah mobil berhenti dan keluarlah seorang pria dengan setelan kantor dari dalam mobil itu. Segera Seruni menyambutnya.

"Pak Sean." Sapa Seruni.

"Ada apa kamu mencari saya?" Tanya Sean dengan tenang.

"Apa..." Seruni ragu. Apa ia akan menanyakan hal ini? Ia takut berhadapan dengan pria ini. Ia takut dikira menuduh sembarangan.

"Katakan ada apa?"

Seruni pun memberanikan diri. "Apa anda tahu gerobak ibu saya diambil seseorang?"

"Saya yang memerintahkan orang-orang itu membawa gerobak milik ibumu."

Seketika Seruni naik pitam. "Kenapa, Pak? Kenapa harus mengusik ibu saya? Bapak bisa ganggu saya, tapi jangan ibu saya. Ibu saya gak salah! Gerobak itu satu-satunya harapan kami untuk mencari nafkah, kenapa anda mengambilnya?!"

"Semua karena salahmu sendiri." Sahut Sean dengan tenang. "Pak Emran sudah sangat jelas meminta kamu menjauhi putranya. Tapi kamu masih saja menemuinya. Bahkan kamu membuat Tuan Muda Victor memberimu ponsel. Hal itu tidak sejalan dengan apa yang kamu katakan terakhir kali pada Pak Emran. Katanya, kamu tak pernah menerima apapun dari Tuan Muda, tapi nyatanya kamu menerima sebuah benda yang cukup berharga darinya."

Seruni mengepalkan tangannya menahan kesal. "Saya hanya meminjamnya, Pak. Minggu depan saya ujian akhir. Itu adalah penentu masa depan saya. Jika saya tidak memiliki HP, bagaimana saya akan mengerjakan soal ujian akhir saya? Lagian, kalau Pak Emran tidak membanting ponsel saya, saya juga gak akan nerima ponsel pemberian dari Victor!"

"Tetap saja, kamu tidak membuktikan ucapan kamu. Kamu memanfaatkan kebaikan Tuan Muda untuk kepentinganmu sendiri." Cetusnya.

Seruni sampai tak bisa berkata-kata, matanya mulai memanas. Bagaimana bisa ada orang sejahat ini?

"Tuan Muda akan segera melanjutkan kuliahnya di Inggris. Jadi, putuskan hubungan kalian segera, maka saya akan mengembalikan gerobak itu."

Dalam hati Seruni berteriak tidak mau. Ia tidak mau putus. Ia sangat mencintai Victor. Seruni tak pernah melihat seperti apa latar belakang Victor, ia hanya mencintai pribadi Victor yang juga mencintainya. Tapi di satu sisi ia juga harus mendapatkan gerobak sang ibu kembali. Seruni bimbang, ia harus apa?

"Bagaimana?" Desak Sean.

"Beri saya waktu. Kami akan putus..." Seruni berusaha menahan air matanya yang sudah ingin keluar. "Saat pesta kelulusan."

Sean terlihat menimang-nimang. "Pak Emran tidak akan membiarkannya. Ia ingin..."

"Saya mohon." Potong Seruni dengan kalut. "Itu hanya tinggal satu bulan lagi. Izinkan kami bersama sampai hari itu, setelah itu saya berjanji, saya tak akan menemuinya lagi."

"Saya butuh jaminan agar kamu menepati kata-katamu barusan."

"Jika saya melanggar, anda bisa membawa gerobak ibu saya lagi." Ucap Seruni dengan berat hati.

"Tidak hanya gerobak, rumahmu akan saya ambil."

Seruni terhenyak. Haruskah rumahnya, satu-satunya tempat ia bernaung bersama sang ibu menjadi konsekuensi atas hubungan ini?

Akhirnya Seruni hanya bisa mengangguk lesu.

"Saya pegang janji kamu." Kemudian Sean pun pergi meninggalkan Seruni.

***

"Kamu lembek!" Murka Emran saat mengetahui hasil negosiasi Sean dan juga Seruni. "Dalam satu bulan banyak hal yang bisa terjadi. Aku tidak mau tahu, kurang dari sebulan kamu urus bagaimana caranya supaya mereka tak bertemu lagi."

"Maafkan saya, Pak. Tapi semakin memaksa, saya khawatir justru Tuan Muda akan semakin memberontak. Apalagi jika ia mengetahui anda mengambil gerobak milik ibu Seruni."

Emran mengangguk-angguk. "Kamu benar. Tapi kamu harus pastikan, tepat satu bulan lagi, Victor harus berangkat ke Inggris."

"Baik, Pak." Sahut Sean patuh.

Emran pun menyandarkan tubuhnya pada sofa yang didudukinya. Tatapannya kosong ke depan. "Aku tak mengerti dengan apa yang Victor pikirkan. Kenapa ia menjalin hubungan dengan seorang gadis dari kalangan rendah seperti itu. Aku masih bisa menerima jika gadis itu putri dari seorang dokter, atau pegawai negeri, atau profesi menengah lainnya. Tapi ini? Putri seorang penjual kue gerobak! Dan yang lebih tak bisa aku terima, mereka sudah menjalin hubungan selama hampir tiga tahun. Tiga tahun bayangkan!"

"Tuan Muda hanya sedang mengalami puber, Pak. Saya yakin ia akan segera melupakan gadis bernama Seruni itu." Sean menenangkan.

Emran menggeleng. "Tidak. Jika ia tak benar-benar mencintai gadis itu, mereka tidak akan berhubungan selama itu. Juga kalaupun ini hanya cinta monyet. Aku tidak bisa menerimanya. Aku salah mengikuti keinginannya untuk bersekolah di sekolah negeri. Seharusnya aku memaksanya masuk ke sekolah internasional. Atau sekalian saja mengirimnya ke Inggris lebih awal, maka semua ini tidak akan terjadi."

***

Hari itu hari terakhir ujian sekolah diadakan. Seluruh siswa bersorak senang, setelah satu minggu mereka berjuang menyelesaikan soal-soal dari berbagai mata pelajaran, akhirnya masa-masa yang menguras otak itu pun selesai mereka lalui.

Di lapangan basket, Seruni yang sedang berjalan menuju kantin bersama dengan teman dekatnya, melihat Victor bersama teman-temannya bermain basket untuk sekedar menyegarkan pikiran dan tubuh mereka setelah berjam-jam bergulat dengan soal ujian.

"Cieee, dilihatin terus pacarnya, Mbak." Goda Shelly, sahabat terdekat Seruni.

"Apaan sih, Shel. Kamu jangan keras-keras." Tegur Seruni sambil celingukan.

"Datengin sana, ngobrol kali-kali di sekolah."

"Ngapain? Gak mau." Seruni segera menggelengkan kepalanya.

"Kalian kok bisa sih pacaran tanpa ada yang tahu kayak gitu. Kalau gue jadi lo, Ser, gue bakal bangga-banggain pacar gue ke semua orang. Secara, pacar gue ganteng, terus tajir melintir lagi."

Seruni hanya tersenyum mendengar ucapan Shelly. Ia bukannya tidak mau, tapi Seruni tak punya cukup nyali untuk dibicarakan oleh orang-orang. Perbedaan antara dirinya dan Victor bagaikan langit dan bumi. Dan yang akan disudutkan jika orang-orang tahu mengenai mereka, pastilah dirinya.

"Tuh 'kan, keduluan." Celetuk Shelly. Seruni pun melihat kembali ke arah Victor dan ia melihat seorang gadis satu angkatannya yang berparas cantik, populer, dan tinggi itu mendekat pada Victor. "Si Marsha belum nyerah juga kayaknya deketin cowok lo. Datengin sana, masa lo diem aja pacar lo dideketin cewek lain, Ser."

1
Erni Fitriana
hamil kang ketoprakkkkk....hamillllllll...pegimanah sih luhhhh...nveluat...ngeluat doang gak ada tindakanyahhhh..gemes guah😠😠😠😠😠😠
Erni Fitriana
tokcer victor
Erni Fitriana
ketemu lagiiiii kita
Erni Fitriana
kyk ketiban tuang listrik y seruni????
Erni Fitriana
sedih bacanya😢😢😢😢
Erni Fitriana
ya Allah visualnya😱😱😱😱😱
Erni Fitriana
alhamdulillah
Erni Fitriana
aduh deg degan victor ketemu seruni lagiiiii
Erni Fitriana
cinta lama belum kelar nihhhh🤔🤔🤔🤔🤔
Erni Fitriana
jngn lupa bilang terimakasih sama author y vic!!!!!
Erni Fitriana
ya Allah runi😭😭😭😭😭
Erni Fitriana
viktor semakin dibuat sibuk oleh pak emran....
Erni Fitriana
berjuang lahhh
Erni Fitriana
pak emran beruntung gak punya urat susah...jadi sekali ngomong n nyuruh pindah orang sat set y pindah....punya urat kaya enak y pak😊😊😊😊😊
Erni Fitriana
horang kaya..kko nyuruh pindah udah kyk ngusir laler
Erni Fitriana
ehh bapak plin plan
Erni Fitriana
cerita sweet...cerita SMA😘😘😘
Asep Saepudin
jgn sampai terjadi hal buruk sama Laura dan seruni
Asep Saepudin
mdh2 seruni baik baik saja
Soeharti Rifangi
tinggalkan saja seruni laki " yg gak punya pendirian ,baru diancam gitu saja sama marsha udah lembek /Frown/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!