Raina Grittella 2

Kemenangan Rain kali ini memberikan kebahagiaan tersendiri karena bisa menjatuhkan Rio yang dulu selalu menjadi juara. Pembalap yang sombong itu akhirnya bisa menerima kekalahan. Bahwa hidup tak selamanya di atas. Orang-orang yang tidak menyukai Rio pun tertawa puas melihat wajah yang biasa congkak hanya terdiam lesu.

Rain sudah berada di rumahnya. Suasana sepi dan lampu sudah padam. Menyisakan lampu taman yang temaram. Suasana yang sangat Rain sukai. Rain selalu membawa kunci cadangan. Dengan hati-hati dia memutar kunci agar tidak menimbulkan suara. Sebab sekarang bukan Rain sendiri yang ada tinggal di rumah itu. Ada si kembar dan pasangan pasutri menyebalkan.

Entah kapan mereka akan kembali, rasanya Rain lelah sekali dengan adanya mereka. Bukan tidak suka dengan kehadiran kakak kembar dan kakak iparnya itu. Hanya saja Rain lelah mendengar perdebatan mereka yang selalu tidak berujung. Apalagi mereka selalu meninggalkan si kembar demi menghabiskan waktu berdua.

Rain sudah protes karena hari ini mereka pergi dari pagi hingga petang dan meninggalkan si kembar. Memang Rain sengaja memberi pelajaran kepada Bara. Seberapa sabar laki-laki itu memperjuangkan dirinya. Rain sadar jika Bara memang sangat mencintai Rain. Namun, gadis itu butuh waktu untuk membuka kembali hatinya. Menerima Bara dan merajut sebuah kisah kocak seperti dulu.

Ngomong-ngomong soal Rean dan Mentari, baru kali ini Rain benar-benar kesal dan memarahi kakaknya itu. Tidak perduli Mentari akan tersinggung atau tidak. Sikap mereka sudah keterlaluan. Baru dua hari loh. Bagaimana kalau satu bulan disini. Bisa-bisa Rain memiliki darah tinggi.

Dengan santainya Rean bilang, "Dulu kita belum sempat pacaran dan Mentari hamil terus mabok parah, Rain. Ya wajar kan kalau sekarang kita habiskan waktu berdua. Bikin adik buat si kembar karena di Jakarta Mentari ini super sibuk dan selalu kelelahan!"

Rain nggak habis pikir saja dengan jalan pikiran Mentari yang mempersulit hidup sendiri. Uang banyak, kenapa nggak nyewa baby sitter dan beberapa asisten rumah tangga untuk membantu pekerjaan Mentari.

Rumah sebesar itu hanya ada satu asisten rumah tangga, satu tukang kebun dan dua satpam yang berjaga. Supir juga hanya satu sih karena Mentari jarang kemana-mana.

"Lagian duit banyak kenapa nggak sewa baby sitter. Jadi kalau mau jalan-jalan nggak nyusahin orang!"

"Kamu ini bisanya protes! Belum ngerasain aja punya anak. Aku ini pengen ngasuh mereka dengan caraku sendiri, Rain. Tanpa campur tangan orang lain. Lagian juga aku nggak kerja dan masih mampu buat beres-beres apalagi masak!" Mentari tak kalah kesalnya.

Rain terlalu ikut campur urusan keluarganya. Rain nggak tahu saja kalau semua juga demi kebaikan keluarga kecil Mentari. Wanita yang menjadi istri Rean itu nggak mau kalau sampai ada banyak pelayan yang bekerja dan baby sitter yang mengasuh si kembar. Kebanyakan mereka perempuan kan? Mentari nggak mau kejadian seperti di novel atau berita-berita viral di sosial media. Kalau majikan main belakang sama pelayan atau baby sitter. Mentari nggak mau Rean tergoda oleh pesona-pesona baby sitter atau pelayan. Cukup seorang wanita paruh baya yang saat ini bekerja di rumahnya.

"Serah lo dah, Tari. Pusing gue sama hidup lo!"

Rain memilih pergi meninggalkan pasangan suami-isteri itu. Namun, langkahnya terhenti saat Rean berkata,

"Bersikap baik sama Mentari, Rain! Dia kakak ipar lo!"

Rain tidak perduli dan memilih pergi ke halaman belakang. Menikmati acara yang dia siapkan. Maka dari itu Rain tidak bergabung dengan Rean dan Mentari saat acara barbequean tersebut. Apalagi Mentari nggak nyaman kalau makan bareng Bi Marni dan Pak Slamet.

"Rumah gue dan mereka gue yang gaji! Apa urusan lo!" ucap Rain saat Mentari bertanya soal Bi Marni dan Pak Slamet yang ikut serta dalam acara tersebut.

Rain menghela napas panjang. Sepanjang jalan kenangan saat othor kencan sama ayang. Rasanya lelah membayangkan kejadian itu. Rain melangkah perlahan dan saat menaiki anak tangga, Rain melihat ke arah mini bar yang lampunya menyala.

Rain pun menuju ke sana. Melihat orang gabut mana yang tengah malam berada di dapur.

"Rain? Udah pulang?" tanya Bara yang membawa semangkuk mie instan kuah ke meja kecil.

Rain duduk di kursi dan menarik mangkuk tersebut.

"Tahu aja kalau gue lapar!"

Bara menatap prihatin mie yang baru saja dia buat. Dua bungkus dengan topping telur dan sayuran. Menggoda perut Bara yang keroncongan. Padahal bayangan bakal kenyang dan tidur nyenyak malam ini gagal sudah. Mana tinggal itu doang lagi mie nya. Mau nggak mau ya Bara harus menelan pil pahit. Tidur dengan posisi perut lapar dan menunggu esok hari untuk sarapan.

Rain yang melihat Bara terus menatap prihatin mangkuk tersebut mengulum senyum. Wajah Bara benar-benar lucu. Kayak orang nggak makan seminggu dan banyak cicilan hutang.

"Ayo makan bareng. Gue tahu lo laper dan nggak punya duit buat beli makanan. Mie instan aja lo nggak mampu beli apalagi makanan!" ledek Rain.

Tadi dia sempat baca pesan dari Papa Bara yang telah memblokir atmnya karena nggak pulang-pulang dan mengabaikan semua pekerjaan di kantor. Memilih mengejar Rain daripada masa depan. Papa Bara bukannya nggak suka sama Rain, tapi Bara harus memiliki masa depan yang cerah dulu seperti Rain baru urusan cinta. Bara juga nggak tahu kalau selama Bara di sini, Papa Bara selalu hubungi Rain. Gadis itu selalu melaporkan semua kegiatan Bara.

Rain juga tahu dimana Bara tinggal dan pagi tadi dia ke rumah Rain karena kehabisan uang. Demi makan gratis dia rela lakuin apa aja dan juga demi maaf dari Rain. Hanya saja Rain pura-pura nggak tahu saja. Papa Bara dan Rain sepakat buat memberi pelajaran pada Bara. Dua kali dia harus tanggung jawab sama seorang gadis yang dipacarinya dan membuat malu keluarga saja. Beruntung bayi dua perempuan itu bukan anak Bara.

Biarlah Bara tahu bagaimana rasanya hidup tanpa uang. Demi cinta bakal dia lakukan walau harus menahan lapar. Padahal kalau nggak punya duit apa yang mau dikasih ke Rain coba? Cinta nggak bikin kenyang.

"Punya lah! Cuma ini udah malam!" kilah Bara. Mana mungkin dia bilang sama Rain kalau sekarang jadi laki-laki miskin.

Bahkan di dalam bagasi mobilnya saja penuh sama baju kotor karena nggak mampu bayar laundry.

"Ya udah ini makan berdua. Gue nggak bakal habis. Gue bikin kopi dulu deh. Lo mau?" tanya Rain.

"Boleh." Bara tentu saja bahagia banget karena bisa berduaan sama Rain.

Nggak apa-apa deh meski malam ini aja yang penting bisa dekat sama Rain sudah bahagia. Meski rasanya pengen banget peluk Rain.

"Kamu jangan sering-sering begadang, Sayang. Mata kamu keliatan banget itemnya kayak panda!" ucap Bara sambil meniup mie instannya.

Rain meletakkan dua cangkir kopi hitam instan yang baru saja dia buat. Lalu mengambil garpu lagi untuk menikmati mie buatan Bara yang terlihat menggoda.

"Gue banyak kerjaan, makanya lo bantuin gue aja daripada hidup lontang-lantung nggak jelas!"

"Kerja apa? Bengkel? Memang nggak ada gitu kerjaan yang cakepan dikit? Dibengkel kan banyak cowok, Yang. Aku nggak mau kamu kepincut!"

Hati Rain berdesir ketika lagi dan lagi mendengar Bara memanggilnya dengan sebutan ,'Sayang'. Meski hubungan belum jelas tapi Bara selalu menganggap Rain calon istrinya.

"Bengkel itu milik gue! Lo gantiin posisi gue di sana. Ngurus semuanya soalnya gue belum nemu orang yang bisa gue percaya. Apalagi soal keuangan gue abis ditipu."

"Ha? Seriusan kamu punya bengkel?" Bara tidak percaya dalam dua tahun lebih Rain berhasil menggapai keinginannya.

"Iya, modal dari Kakek sama Rean. Gue dah balikin itu modal dari Rean. Kecuali dari Kakek karena memang itu jatah gue. Asal lo tahu, gue udah tajir sekarang dari hasil jerih payah sendiri dan lo? Cowok lontang-lantung yang jatuh miskin."

Jleb sekali ucapan Rain itu. Mampu menembus jantung Bara. Malu sih karena sekarang dia nggak punya apa-apa. Mau balik di perusahaan Papanya tapi nggak mau LDR sama Rain. Mau kerja tapi semua surat-surat yang dibutuhkan buat lamar kerjaan nggak Bara bawa.

Nasib ... Nasib ... Demi cinta Bara rela buat jadi miskin. Nggak apa-apa lah yang penting bisa makan sepiring berdua sama Rain meski hanya mie instan.

Bersambung....

Maapkeun othor yak. Dunia nyata sibuknya ampun-ampunan jadi telat update.

Jangan lupa yaaa like, komen dan subscribe.

follow tiktok Ala ya: alakarenina30 nanti ada visual mereka.

Kira-kira seru nggak ya kalau bikin grup wa atau saluran gitu. Maklum othor nggak punya temen sih dan lagi lapak masih sepi. yok komen atau kirim pesan aja nggak apa-apa.