NovelToon NovelToon
COLD WORDS

COLD WORDS

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / trauma masa lalu / Office Romance
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: YoshuaSatrio

Kisah seorang pria yang tidak lagi mau mengenal cinta, karena bayang masa lalu yang terlalu menyakitinya. Begitu banyak cinta yang datang dan mencoba mengetuk.
akankah ada sosok perempuan yang mampu mengubah kehendaknya?
adakah perempuan yang akan mampu mencuri perhatiannya?
ikuti kisahnya dalam cerita author "COLD WORD"
kisah ini hanya berdasarkan imajinasi author saja. jika ada kesamaan nama tokoh, ataupun latar, merupakan suatu kebetulan yang dibetul-betulkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YoshuaSatrio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

COLD WORD ---2

"Tamaaaa!!!"

"Tamaaaaa!!"

"Tamaaaa!!"

Tama terbangun, dengan keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya. Ia duduk sejenak, mengumpulkan ingatan dan mengatur nafas. Bayangan mimpi buruk kadang masih mengganggu tidurnya di malam hari selalu membuatnya tak bisa nyenyak beristirahat.

Tama melirik jam dindingnya, masih jam 01.18 dini hari. Perlahan Tama bergerak dan membuka jendela kamarnya. Menghirup udara dari luar sebanyak yang ia mampu, akan membantu membuatnya sedikit lebih rileks.

Pikirannya melayang mengingat banyak hal. Namun untuk membuatnya lebih tenang, Tama sering mengalihkan perhatiannya pada ingatan-ingatan yang justru tak penting untuknya. Contohnya hal yang ia alami sore tadi.

"Mas, kasihan itu pacarnya mengejar sampai jatuh." kata seorang pemotor menghentikan langkahnya dan otomatis membuatnya menoleh kebelakang.

Benar saja, Tama melihat Tyas yang masih berusaha membereskan pakaiannya yang lumayan basah karena jatuh terjerembab barusan. Entah kenapa rasanya ia ingin sekali menunggu Tyas.

"Maaf, jangan salah sangka. Aku tadi jatuh karena salahku yang tak hati-hati." kata Tyas menunduk meminta maaf pada Tama yang masih terus memandangi Tyas.

"Hmmm... Ada apa?" tanya Tama dengan ekspresi masih datar.

"Haaaah? Kok nanya ada apa? Memangnya ada apa?" pikir Tyas dalam hati bingung.

"Haaaah? Tadi bapak-bapak yang pakai motor itu ngomong apa?" Tyas memberanikan diri bertanya.

"Entah. Dia hanya menunjukmu." jawab Tama sambil mengambil earphone dari telinganya.

"Ah, sialan! Dia pakai earphone. Pantas tak dengar tiap dipanggil dan diajak bicara." gerutu Tyas dalam hati.

"Oh, baguslah." kata Tyas.

"Apanya?" tanya Tama

"Haaah?" Tyas tak siap dengan pertanyaan Tama.

"Kamu takut sendirian di sana? Aku mau ke jalan besar, menunggu bus disana. Kalau mau ikut saja." kata Tama kemudian.

"Dasar orang aneh." Bisik Tyas dalam hati sambil mengikuti Tama.

Keduanya kembali berjalan dalam sepi, hari semakin gelap. Tama tiba-tiba menghentikan langkah, menurunkan ransel dan menjepitnya diantara pahanya dan melepaskan jaket mantelnya.

"Pakai ini!" kata Tama sambil menyerahkannya pada Tyas.

"Haaah?" Tyas yang tak menyangka Tama akan melakukannya, malah bengong.

"Aku tidak suka melihat bajumu yang basah." kata Tama sambil melihat ke arah lain, tak melirik Tyas sedikitpun.

Tyas menerimanya, dan memakainya. Mantel Tama ketika dipakai Tyas, cukup menutupi seluruh bagian bajunya yang basah sampai lutut. Terlihat kedodoran memang, namun lumayan membuatnya sedikit lebih hangat dan nyaman.

Sampailah mereka di jalan besar, di perempatan yang terlihat lebih ramai. Tama tiba-tiba memegang tas selempang Tyas, lalu menariknya perlahan, dan mengajak Tyas menyeberang.

"Ya ampun, aku kaget. Kan bisa saja menggandeng tanganku, atau menyuruhku berpegangan padanya. Kalau begini kan seperti membawa anak kecil." gerutu Tyas sambil menyeberang mengikuti Tama yang masih memegangi tali tas yang masih menempel di badan Tyas.

Tak ada kalimat yang keluar dari mulut Tama, basa-basi pun tidak. Sampai akhirnya bus yang Tama tunggu datang. Tama melambaikan tangan dan bus berhenti di depan mereka.

Lagi-lagi Tama menarik tas Tyas, lalu mempersilahkan Tyas naik bus terlebih dahulu, tanpa kalimat tanpa ekspresi. Hanya memberikan isyarat dengan tangan. Tanpa perlawanan ataupun pertanyaan, Tyas hanya menurut saja.

Tama duduk di salah satu bangku kosong. Dan Tyas duduk dibelakangnya.

"Dibelakang ada bangku yang kosong dua, kenapa tidak duduk saja di sana, biar bisa duduk bersama. Dasar laki-laki aneh, ngeselin!" Tyas masih saja menggerutu.

"Atau dia sudah punya istri mungkin. Jadi sangat dingin dengan aku yang cantik ini." pikir Tyas lagi.

Tak ada percakapan dalam bus sore itu. Tama tak banyak bergerak. Ia hanya lurus menatap jauh ke depan, sedangkan Tyas masih saja menggerutu akan sikap Tama yang dingin dan sangat kaku. Sampai akhirnya Tyas harus turun.

Tak disangka, Tama mengikutinya turun. Dan sedikit membuat Tyas kaget.

"Kenapa ikut turun?" tanya Tyas.

"Mantel." jawab Tama singkat tanpa senyuman.

"Oh, sebentar." jawab Tyas tak menyangka akan apa yang dilakukan Tama.

"Pulang saja dulu, ganti baju dengan benar. Aku tunggu mantelnya di sini." kata Tama kemudian sambil berbalik membelakangi Tyas.

"Ah? Tidak perlu. Terima kasih sudah bersedia meminjamkannya padaku." kata Tyas lalu menyodorkan mantel pada Tama.

"Perhatikan bajumu!! Saat basah kelihatan yang kamu pakai!!" bentak Tama tiba-tiba.

Tyas sangat kaget dengan bentakan Tama, dan membuatnya membulatkan mata, bengong dan terpaku beberapa saat.

"Cepat pulang dan pakai baju yang benar!!" seru Tama lagi.

Tyas tersadar, lalu memandangi tubuhnya sendiri. Benar saja, ternyata bajunya juga basah, dan terlihat jelas BH yang dipakainya. Tyas benar-benar dibuat malu dengan kelakuannya sendiri.

"Ah, maaf. Aku akan segera kembali!" seru Tyas kembali memakai mantel Tama dan berlari ke rumahnya yang tak lagi jauh dari gang itu.

Tyas bergegas ganti baju yang kering, lalu kembali berlari menuju Tama, bagaimanapun ia tak ingin membuat Tama menunggu lama.

"Buru-buru banget, mau kemana lagi?!" teriak ibunda Tyas saat melihat putrinya kembali berlari keluar rumah.

"Cuma sebentar mah!" sahut Tyas sambil bergegas berlari.

Tama masih berdiri di tempat tadi. Dibawah lampu penerangan jalan. Hari itu benar-benar sudah gelap. Tyas mendekati Tama yang benar-benar sangat cuek.

"Terimakasih, ini mantelmu. Terima kasih banyak karena meminjamkannya padaku. Aku sangat menghargainya." kata Tyas sambil mengulurkan mantelnya pada Tama.

"Hmm..." hanya itu jawaban yang keluar dari kerongkongan Tama tanpa harus membuka mulut, atau bahkan sekedar tersenyum.

Tama melepaskan ranselnya, kembali menjepitnya diantara paha, lalu kembali memakai mantelnya, dan memasang ranselnya kembali ke punggung kokohnya.

Tama hanya melambaikan satu tangan dengan malas, lalu berlalu meninggalkan Tyas tanpa satu katapun. Sedangkan Tyas masih bengong melihat betapa dingin laki-laki ini.

"Apa-apaan tadi itu? Aku bicara sangat banyak, jawabannya cuma hmmm." Gerutu Tyas sambil memandangi punggung Tama yang berjalan santai meninggalkannya sendirian.

"Dia itu manusia apa bukan sih? Pamitan saja cuma melambaikan tangan dengan sangat malas!" Tyas tak berhenti menggerutu sambil berjalan kembali menuju rumahnya.

"Setidaknya tanya namaku kek, atau ngomong basa-basi apa gitu. Aaaah!! kenapa aku jadi kesel begini?!!!"

Berulang kali Tyas memeragakan ulang tangan Tama yang melambaikan tangan dengan malas, dengan mulut yang tak henti menggerutu.

"Ada apa sih, anak ibu tiba-tiba bertingkah aneh seperti ini?" tanya ibunda Tyas saat melihat putrinya tak henti memonyongkan bibirnya.

"Ah, mamah. Nggak penting kok mah. Aku mau mandi dulu." jawab Tyas langsung ngeloyor masuk rumah. Tak peduli dengan ibunya yang masih memandanginya keheranan.

Sementara itu, Tama berjalan santai menuju rumahnya yang kira-kira masih berjarak 500 meter dari tempat Tyas tadi.

Malam yang mendung, dengan hujan yang masih sedikit rintik, tak menghentikan langkahnya untuk pulang. Suara musik menemaninya setiap saat ketika Tama sendirian.

Entah bagaimana dengan isi pikirannya. Sesunyi malam itu, ataukah malah sebaliknya, berisik dan bising seperti jalan raya dengan kendaraannya yang lalu-lalang hilir-mudik begitu sibuk.

Atau hanya berisi lirik-lirik lagu yang ia sumpalkan ke kedua telinganya. Sikapnya yang diam dan berbicara seperlunya, membuat orang-orang disekitarnya tak bisa memahami dan menebak apa yang sedang memenuhi pikirannya.

...****************...

To be continue...

1
HARTINMARLIN
hari bukan haru
typo nya
HARTINMARLIN
sikap kamu itu seperti batu
HARTINMARLIN
di bukan si
Marlina Bachtiar
Tama ya 😂
Marlina Bachtiar
Mamahmu mau promosi tuh 🤭
Marlina Bachtiar
asyik nih 💞
Marlina Bachtiar
sikapmu yg kaku bukan kepalamu yg keras 🤣
Marlina Bachtiar
ajakin Tama nya nginep di rumahmu Bil 👍🤣
HARTINMARLIN
semoga aja Tyas sama Tama berjodoh
Marlina Bachtiar
nah loh ketemu lg sama Tama,jodoh tuh 🤣
Marlina Bachtiar
apa itu adiknya Tyas🤔
Marlina Bachtiar
pasti Tama tuh yg lg jalan, ketahuan kl Siska bukan pacarnya 🤭
Marlina Bachtiar
waduh takut Tyas cemburu ya 🤣🤣
Marlina Bachtiar
jangan lihat luarnya yg penting rasanya 👍
Marlina Bachtiar
pasti ngarep di anterin Tama 🤣🤣
Marlina Bachtiar
ternyata bapak" jg baca ya 🤭
HARTINMARLIN
bagaimana jalan kehidupan mereka berdua?.... akankah mereka berdua kejenjang pacaran 🤔🤔
HARTINMARLIN
lanjut lagi
HARTINMARLIN
sepertinya Tama mulai ada rasa suka kepada Tyas
HARTINMARLIN
hati-hati
HARTINMARLIN: iya typo nya 🤭🤭
𝒀𝑶𝑺𝑯: 😁😁😁 typo bunda
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!