Niat hati ingin memberikan kejutan di hari pernikahan. Hatinya hancur berkeping-keping di saat sang suami lebih memilih meninggalkannya di bandingkan bertahan di dalam pernikahan.
Pertemuannya Alex dengan wanita bernama Eliza menggoyahkan hati pria itu, padahal pria itu sudah beristri yang tak lain pelakor dalam hubungan Eliza.
Jerat pun mulai Eliza lakukan demi membalas rasa sakit yang dulu pernah Mauren lakukan.
Bagaimana kisah mereka bertiga? akankah hubungan Eliza dan suami orang diresmikan atau justru karma Eliza tuai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arion Alfattah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 - Diceraikan
"Eliza!"
Vicky dan Mauren begitu terkejut Eliza berada di rumah. Mereka berpikir jika Eliza tidak akan pulang dan akan menginap di rumah sahabatnya. Tetapi, pemikiran mereka salah, jika Eliza kembali bahkan menyaksikan apa yang tengah mereka lakukan.
Mauren segera menarik selimut menutupi bagian tubuhnya yang sudah terpampang polos tanpa sehelai benang kain pun. Vicky juga segera mengambil boxernya kemudian memakainya secara tergesa sampai tidak menyadari jika ia terbalik memakai nya. Bagian luar di dalam, bagian di dalam di luar.
Eliza menatap kecewa, dia masih mematung memperhatikan kedua manusia yang sangat menjijikan. Dia tidak pernah menyangka jika pernikahan yang sudah terjalin selama 2 tahun terhianati oleh pengkhianatan yang dilakukan suaminya sendiri.
Selama ini, dirinya percaya jika sang suami setia. Tetapi, apa yang ia lihat sungguh di luar dugaannya. Cintanya, kesetiannya, ketulusannya, semuanya hancur dalam sekejap mata.
"Apa yang kamu kalian lakukan, Vicky? Begini kah kelakuanmu selama ini di belakangku? Kamu berselingkuh, kamu mengkhianati ku sampai kamu tega berhubungan badan dengan wanita lain?"
Sesak, sakit, perih bak tersayat setajam silet, itulah yang Eliza rasakan saat ini. Sungguh, ia tidak pernah menyangka akan mendapatkan kejutan luar biasa di hari jadi mereka.
Vicky tidak bisa mengelak lagi, mungkin inilah saat nya dia harus memutuskan memilih diantara kedua wanita yang sudah menemani hari-hari dirinya. Eliza, sang istri yang sudah menemani dia dari nol hingga menjadi sukses sebagai pemilik konter HP. Atau, Mauren sang kekasih lama baru di pertemukan kembali setelah Mauren kembali menjanda.
"Akhirnya kamu mengetahui juga. Aku tidak usah repot lagi terus bersembunyi mengenai hubunganku dengan kekasihku ini." Vicky duduk di samping Mauren mendekap erat pinggangnya. Bahkan pria berstatus suami itu terang-terangan mencium mesra bibir selingkuhannya.
Amarah Eliza memuncak, rahangnya mengeras, tangannya terkepal kuat. Dia tidak bisa lagi menahan diri untuk tidak memberikan pelajaran kepada dua orang itu. Eliza mendekat, ia menonjok keras wajah Vicky di saat tengah berciuman.
"Brengsek! Baj*ngan! kurang ajar! Beraninya kamu selingkuh di belakangku dengannya, hah!" sentak Eliza meneteskan air mata seraya membentak dan juga memukuli Vicky menggunakan tas yang ia pegang.
Matanya menoleh ke arah wanita yang sedang menunduk takut. Tangan Eliza menarik rambut Mauren secara kasar membuat Mauren mendongak keatas.
"Aakhh.." jerit Mauren kesakitan mencoba melepaskan jambak kan nya.
"Pelakor kurang ajar, beraninya kamu merusak rumah tanggaku, beraninya kamu menggoda suamiku!" ucap Eliza murka.
"Eliza, lepaskan Mauren! Dia kesakitan. Kasihan dia, Eliza." Vicky mencoba melepaskan jambakan Eliza. Semakin Vicky melerai, semakin murka Eliza dan semakin kuat ia menjambak rambutnya.
"Kamu membelanya? Kalian sama-sama kurang ajar, kalian sama-sama hina, pria kurang ajar, pelakor sialan, murahan!" sentak Eliza menatap tajam wajah Vicky mendorong kepala Mauren secara kasar sampai wanita itu terjatuh ke kasur.
Eliza memukuli Vicky menggunakan tasnya. Dia tidak terima di khianati seperti ini.
"Kamu jahat, Vicky. Kamu brengsek, kenapa kamu lakukan ini kepadaku? Apa salahku sampai kamu tega mengkhianatiku seperti ini?" pekiknya menangis histeris merasa kecewa atas pengkhianatan sang suami.
Tanpa melawan, Vicky membiarkan Eliza terus memukulinya sampai puas, lalu dia mencekal tangan Eliza.
"Sudah cukup!" pekiknya membentak Eliza.
"Sudah cukup saya berdiam diri tidak melawan sedikit pun membiarkanmu meluapkan segala amarah yang kau pendam. Sekarang kau sudah tahu hubungan ku dengan Mauren. Jadi jangan lagi sok merasa tersakiti karena aku muak melihat tampang menyedihkan mu ini." Vicky melepaskan cekalannya kemudian mendorong kasar tubuh Eliza.
Eliza mundur beberapa langkah kebelakang dengan tangis sesegukan, bahkan suaminya pun berubah kasar.
"Aku memang sakit melihat kamu selingkuh dengannya. Apa kurangku sampai kamu melakukan ini, hah?" sentak Eliza menatap kecewa suami yang ia cintai.
Vicky berdiri memegangi pundak istrinya. "Kamu memang tidak memiliki kekurangan apapun, Eliza. Tapi hanya satu yang kurang darimu, tidak bisa memuaskan hasrat ku. Aku tidak bisa mendapatkan kepuasan itu," ucapnya memberikan alasan yang tidak cukup masuk di akal.
"Hanya karena kepuasan kamu mengkhianati ku? Hanya karena nafsu kamu mengotori pernikahan suci ini? Kamu kurang ajar.." Eliza memukuli kembali tubuh Vicky meluapkan rasa kesal, emosi, kecewa bersamaan.
"Sayang, lebih baik aku pergi saja dari sini." Seru Mauren merengek manja seakan tidak memiliki rasa bersalah atas apa yang telah di lakukan nya.
Eliza mendongak, dia mendorong tubuh Vicky lalu menarik tangan Mauren.
"Kamu memang harus pergi dari sini! Ini rumah ku, rumah suamiku. Pelakor seperti mu tidak berhak berada di sini." bentaknya mendorong tubuh Mauren ke lantai.
"Eliza! apa-apaan kamu ini? Jangan pernah sekalipun kamu menyakitinya. Ini rumahku jadi Aku lebih berhak yang menentukan siapa orang yang harus tinggal di sini." Vicky membantu Mauren bangun.
Eliza terperangah, dia tidak habis pikir suaminya begitu membela pelakor itu.
"Vicky, kenapa kamu membelanya? Aku istrimu, seharusnya aku yang kamu bela bukan dia." Tunjuk Eliza murka menatap tajam wanita yang sudah menjadi selingkuhan suaminya.
"Karena dia wanita yang aku cintai sebelumku menikah denganmu," jawab Vicky lantang.
Deg...
Eliza tertegun, jantungnya semakin berdebar mendengar pengakuan suaminya. Tubuhnya terasa lemas namun ia mencoba bertahan. "Cinta? Kamu mencintai dia setelah dua tahun kita menikah?"
"Aku mencintainya jauh sebelum kita menikah. Aku menikahimu karena berusaha melupakan dia tapi aku tidak bisa, Eliza. Aku sungguh mencintainya, tapi aku juga mencintaimu," jawab Vicky jujur. Dia sebenarnya memiliki perasaan terhadap keduanya dan dia berniat menjadikan keduanya istri.
"Aku tidak mau kamu selingkuhi, aku tidak mau pelakor ini menjadi sainganku!" jawab Eliza menatap tajam penuh permusuhan kepada Mauren.
"Kamu pikir aku mau? Aku juga tidak sudi menjadi madumu!" sahut Mauren tak kalah keras membuka suara tidak ingin menjadi istri kedua Vicky.
"Aku tidak mungkin memilih satu di antara kalian, aku ingin Eliza tetap bersamaku karenaku mencintaimu, El. Aku juga ingin Mauren bersamaku karenaku juga mencintainya!" Entahlah, Vicky memang egois dan serakah. Dua-duanya membuat Vicky jatuh cinta dan gila. Eliza dengan kesempurnaannya tapi kurang bisa memuaskan hasrat nya. Mauren dengan ke dewasanya yang mampu memuaskan hasratnya. Jika di bandingkan wajah, Eliza jauh lebih cantik dari Mauren yang cantik hanya karena makeup saja.
"Kamu harus putuskan, siapa yang kau pilih. Aku istrimu, atau dia selingkuhan mu?"
Vicky bingung memilih mana. Dia menatap wajah wanita yang sama-sama sudah merasuk ke dalam hatinya, tapi mau tidak mau ia harus memilih satu diantara mereka. Hatinya menginginkan wanita yang bisa membuat ia terpuaskan. Vicky berpikir, jika ia puas maka tidak akan mungkin berpaling ke wanita lain.
"Maaf, Eliza. Aku memilih Mauren yang bisa membuatku nyaman dan bisa memuaskan hasrat ku dan aku jauh lebih mencintai dia di bandingkan kamu." Putusnya membuat Eliza syok terkejut.
Deg...
Eliza tertegun, tangannya semakin terkepal kuat namun tubuhnya terasa lemas, seketika air matanya kembali mengalir deras. Sakit, ia merasakan sakit. Separuh jantungnya merasa tak berdetak mendengar perkataan suami yang ia cintai memilih wanita lain.
Eliza menarik keras rambut Mauren dan mendorongnya sampai tersungkur.
"Mauren!" Vicky segera mendekati Mauren membantu membangunkan.
"Kamu tidak apa-apa, sayang?" tanyanya khawatir.
"Sakit, sayang. Apa kamu yakin memilihku?" tanya Mauren memeluk Vicky sambil menangis.
"Iya, aku memilih mu."
"Vicky!" ujar Eliza semakin syok.
"Kalau kamu memilihku talak istrimu sekarang juga!" titah Mauren.
Eliza menggelengkan kepala menolak untuk di ceraikan. "Jangan ceraikan aku, Vicky! Aku sedang hamil anakmu, jangan ceraikan aku!" Pintanya memohon berderai air mata.
Vicky mematung mendengar kata hamil, dia menjadi bimbang.
"Vicky sayang, aku mencintaimu," lirih Mauren terus menangis di pelukan Vicky.
"Eliza, maafkan aku.."
"Eliza, mulai hari ini kamu bukan lagi istriku. Aku menceraikanmu," ucapnya lantang memilih Mauren.
Deg...
Eliza mematung tak percaya suaminya melakukan ini padanya. Seketika air matanya mengalir deras membasahi pipinya. Seluruh tubuhnya terasa lemas, sendi-sendinya seperti tak berfungsi. Ia terhunyung terjatuh ke lantai terduduk lesu dengan mata menatap kosong.