Shanum mendapat kabar bahwa ayahnya sakit. Demi menuruti permintaan sang ayah, ia pun harus rela menjalani perjodohan dengan seorang pria.
Siapa sangka pria yang dijodohkan dengan dirinya adalah Arga, mantan kekasih Shanum yang pernah menggores luka mendalam di masa silam. Membuat Shanum trauma untuk menjalin cinta lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ririn Puspitasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2. Permintaan Papa
Setibanya di rumah sakit, Shanum dan juga ibunya segera menuju ke ruang ICU. Ia melihat Bi Darmi, asisten rumah tangga yang bekerja dengan keluarga Shanum tengah duduk di kursi tunggu dengan wajah yang cemas.
"Bi, apa yang terjadi dengan Mas Bayu, Bi?" tanya Lina.
"Tuan Bayu tiba-tiba pingsan, Nyonya." Bi Darmi menjawab pertanyaan dari majikannya.
Shanum menatap ke arah pintu yang masih tertutup. Dokter sedang berusaha menyelamatkan ayahnya di dalam sana. Shanum menitikkan air mata, ia benar-benar cemas akan kondisi sang ayah.
"Ma, sebenarnya papa sakit apa?" tanya Shanum menatap sang ibunda.
Lina terdiam sejenak. Baru saja bibirnya terangkat hendak menjawab pertanyaan dari Shanum. Tiba-tiba dokter keluar dari ruangan tersebut, membuat Lina pun beralih ke dokter dan menanyakan kabar tentang suaminya.
"Bagaimana kondisi suami saya, Dok?" tanya Lina.
"Saat ini pasien masih belum sadarkan diri karena jantungnya melemah. Kami sarankan agar pasien tidak terlalu beraktivitas berat dan banyak pikiran," ujar sang dokter.
Serasa bak disambar petir di siang hari, mendengar ucapan dokter barusan membuat dada Shanum sesak seketika. Ia baru saja tahu jika ayahnya memiliki penyakit jantung. Selama ini Shanum terlalu sibuk di butik hingga ia tak tahu dengan penyakit yang diderita oleh ayahnya itu.
Setelah menjelaskan tentang kondisi terkini Pak Bayu, dokter pun pergi mengecek pasien yang lainnya.
Selangkah demi selangkah Shanum membawa kakinya menuju ke ruangan tempat ayahnya di rawat. Langkahnya terasa berat saat melihat beberapa alat medis yang melekat di tubuh sang ayah.
Shanum menutup mulutnya tak percaya. Bahunya bergetar dan matanya kembali menitikkan bulir bening. Bu Lina yang berada di belakang putrinya langsung menopang tubuh Shanum yang hampir kehilangan keseimbangan.
"Ma, kenapa mama tidak memberi tahu Shanum sedari awal. Kenapa Shanum harus mengetahuinya disaat papa sudah melemah seperti ini," ucap Shanum.
"Maafkan mama, Nak. Ini semua permintaan dari papamu. Dia tidak ingin melihatmu bersedih," jelas Bu Lina mencoba menenangkan putrinya. Bu Lina mencoba untuk tetap terlihat kuat meskipun ia juga merasakan pilu yang teramat mendalam.
Kedua wanita itu perlahan mendekati ranjang pria hebat yang saat ini sudah lemah tak berdaya. Shanum menggenggam tangan ayahnya.
"Pa, bangunlah. Shanum ada di sini, Pa. Tolong bukalah mata papa," ucap Shanum yang sesekali menarik air hidungnya ke dalam.
"Maafkan Shanum yang selalu membantah ucapan papa. Tolong bangunlah, Pa."
Bu Lina hanya bisa melihat Shanum menangis di depan suaminya. Ia mencoba menahan air mata agar tidak jatuh dan berusaha untuk tetap terlihat kuat. Namun, bulir bening itu masih jatuh tanpa permisi. Lina segera menghapus air matanya, tak ingin membuat Shanum tambah bersedih karena melihat ibunya yang juga menangis.
.....
Keesokan harinya, Shanum terbangun. Ia melihat ayahnya sudah sadar dan saat ini tengah dalam posisi duduk. Pak Bayu tersenyum menatap putrinya yang baru saja bangun.
"Ada bekas air liur," ucap Pak Bayu.
Shanum langsung menyeka satu sisi bibirnya. Pak Bayu pun langsung menunjuk sisi lainnya membuat Shanum ikut menyeka di bagian tersebut.
"Bercanda!!" seru Pak Bayu yang mencoba menghibur putrinya.
"Ih, Papa!" ujar Shanum sedikit memajukan bibirnya memasang wajah cemberut.
Tak lama kemudian, Shanum pun tersenyum. Pak Bayu juga ikut tersenyum melihat putrinya tersenyum.
"Pa, maafkan Shanum karena selama ini Shanum selalu menyusahkan papa. Tolong jangan sakit lagi ya, Pa!" Di ujung kalimatnya, Shanum kembali menitikkan air matanya.
Melihat sang ayah kembali memberikan candaan kecil padanya, sedikit membangkitkan semangat Shanum. Ia tak menyangka pria hebat yang selalu saja mewarnai hari-hari Shanum ternyata menderita penyakit yang cukup mematikan.
"Kalau begitu, tolong jangan bantah permintaan Papa yang satu ini ya," ujar Pak Bayu.
"Permintaan apa, Pa?" tanya Shanum yang merasa penasaran dengan keinginan sang ayah.
"Menikahlah dengan pria pilihan papa," ucap Pak Bayu seraya mengembangkan senyumnya.
"Hah?!" Shanum terkejut dengan mulut yang sedikit menganga.
Bersambung ....
Maafkan aku ya gengs, karena membuat kalian menunggu sampai bertahun-tahun 😅 Terima kasih banyak buat kalian yang sudah membaca karyaku sampai selesai. Berkat dukungan dari kalian, aku bisa menamatkan kisah Arga dan Shanum. Berat sih, sangat berat namatinnya karena aku dilanda mager bgt, ngga cuma itu aja aku juga males mikir. Astaga🤦....
Sebenarnya kisah Shanum dan Arga ini diambil sedikit dari kisahku, dimana aku yang sampai saat ini masih menjadi pejuang garis dua. Semoga saja ya, Allah mempercepat karena umurku hampir kepala 3😅
Intinya aku berterima kasih sebanyak-banyaknya sama kalian, tanpa kalian aku hanyalah remahan rengginang yang berada di kaleng Khong Guan. Udah dulu ceramahnya, semoga kita berjumpa lagi di karya aku yang lainnya. Biar ngga bosen nunggu, baca aja yg tamat wkwkwk. Itu pun kalau kalian berkenan hahaha ....
Udah ya, udah sangat panjang. Ngetiknya di kolom komentar biar nanti jadi top komen wkwkwkw. Sekian dan terima kasih. Ketjup manjahhh dari othor termager ini 💋💋💋💋💋♥️♥️♥️