TAMAT SINGKAT 28 SEPTEMBER 2023
Nyata pahit yang Vanessa pernah alami adalah, tak diakui oleh ibu yang telah melahirkan dirinya.
Terlebih, kala Vanessa baru mengetahuinya; tahu bahwa sang ayah yang sangat dia cinta telah lama disakiti ibu cantiknya.
Kekesalan, dendam, amarah, rasa ingin membuktikan membuat gadis 17 tahun itu bertekad untuk merebut kekasih ibunya. "Hello, Calon Papa Tiri...."
"Oh Shitttttt! Aku tidak berniat menikahi mu, gadis kecil!" Rega Putra Rain.
Polow IG kooh... [ Pasha_Ayu14 ] karena di sana terdapat mini clip untuk beberapa nopel kooh...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HOP SATU
"Om, mau minum sama aku?"
Gadis 17 tahun dengan ciri khas rambut cepolan yang tak rapi itu bernama Vanessa, sebut saja Anes jika menyayanginya. Usapan lembut dan menggoda Vanessa arahkan pada dada bidang seorang pria.
"Nama Om siapa?!" Vanessa harus berteriak hanya untuk bersaing dengan suara dentuman musik remix yang pekak.
Tubuhnya sempat menyingkir saat pria itu menepikan tangan mungilnya dari dada yang bidang. "Kau mencoba menggoda ku hmm?"
"Ayolah, Om. Minum bareng Marimar." Pria yang duduk di kursi bartender itu sempat terkekeh, gadis kecil yang masih rata berani beraninya menggoda dirinya.
Namun, jika terus diusap milik pribadinya. Lelaki mana yang tak goyah. "Om beneran nggak mau ajak aku minum? Kita ke kamar juga boleh."
"Siapa namamu?"
Pria itu bertanya lalu menenggak minuman miliknya. Dari raut wajahnya Vanessa bisa melihat ada masalah yang sedang ingin disingkirkan.
Mungkin, sedang ada masalah dengan ibunya. Ya, ibunya yang kini menjadi kekasih Om itu. Vanessa sengaja menggoda calon ayah tirinya demi menunjukkan bahwa lelaki pilihan ibunya tidak lebih baik dari ayahnya.
"Marimar, Om! Nama ku Marimar!"
"Nama yang bagus."
"Om siapa?"
"Panggil Mas Rega."
"Oh Okay, mas. Jadi gimana? Om mau minum dengan ku? Kita staycation di kamar ajah."
Rega terkekeh lengar, barusan sudah mas di akhir Om kembali. Tapi Rega tertarik dengan gadis yang punya bibir kecil itu, meski dia juga bingung; anak bau kencur yang entah akan dia apakan jika mabuk bersama, body gadis itu tak ada satupun yang masuk kriterianya.
"Pesan kamar yang bagus." Rega memberikan titah pada asistennya. Benar dia Antoni yang tersenyum mendapati sang tuan berkencan dengan gadis belia.
"Kamu berhasil Nes!" Gadis ber-rok mini memberi jari tengah pada Vanessa. "Sikat!" Dan Vanessa hanya tersenyum lebar seolah menang.
Bagaimana tidak, kekasih ibunya kini berada dalam genggaman tangannya. "Sayang Om. Ganteng ganteng tukang main cewek. Baru dielus cicit ciutnya aja langsung mau. Yang begini mau dijadiin Bapak tiri? Ogah!" batin memekik dengan lirikan mata penuh intrik.
"Kau masih sekolah?" Tiba di lift tiba-tiba saja pria itu tertarik untuk bersuara. "Masih."
"Kenapa bergaul dengan orang-orang dewasa hmm? Orang tuamu tidak mencari?"
"Jangan bahas mereka."
Pria itu terkekeh sekilas hingga sedikit menggerakkan kepala. "Anak gadis sekecil kau, bisa minum berapa gelas memangnya?"
"Kita lihat saja nanti. Siapa yang lebih dulu teler. Om atau Marimar!" Vanessa melihat seringai yang teramat getir dari bibir pria itu.
Mungkin boleh menyeringai dulu sebelum nantinya akan dia eksekusi. Tak lama mereka sampai di kamar sewaan termahal.
Sampanye telah tersuguh. Staf hotel juga menyediakan dua gelas heels dan meja kecil yang diletakkan di atas ranjang.
Tentu tak butuh waktu lama Vanessa mampu membuktikan ucapannya. Sebab ada serbuk obat tidur yang membantunya menaklukkan lelaki yang diduga kekasih ibunya.
Senyum miring pun ter-ulas di bibir Vanessa setelah aksinya kemudian lancar. Dari saku celana Vanessa meraih ponsel dan dompet pria yang tertidur pulas itu.
"Rega Putra Rain." Vanessa membaca nama di KTP yang dia pegang. Putra Rain berarti anak hujan yang dia artikan kembali. "Oooh, jadi namanya, Rega gerimis."
"Baru 33 tahun? Ternyata dia lebih muda dari usia Mama," gumamnya.
Demi drama fitnahnya sempurna. Vanessa harus bersedia melucuti pakaian Rega. Walau sedikit kesulitan karena tubuh pria itu cukup besar baginya yang mungil.
Keluh demi keluh akhirnya tergantikan setelah berhasil membuat lelaki itu hanya bersisa kan CD yang sebenarnya sayang dia tinggalkan.
"Pasti laku lima juta kalo aku jual." Tapi, tak mungkin juga kalau harus membuka dan menyaksikan milik Rega yang dari luar saja sudah sangat menyeramkan. "Kasihan istrinya nanti. Jangan sampe sama Mama."
Vanessa memberikan cap-cap merah di tubuh kekar lelaki itu. "Aku gila pada ketiak mu, Om. Ouch."
Vanessa juga memberikan cap bibir pada bagian yang dia maksud. "Beres, Om Rega pasti merasa dikagumi sekali setelah melihat cap merah dariku. Ini tanda cinta ku padamu, Om."
Vanessa tertawa geli sendiri. Setidaknya pria hidung belang yang akan menjadi ayah tirinya itu tak tahu menahu bahwa cap bibir yang dia buat berasal dari stempel bibir cetakan.