Cinta Dalam Nestapa Season 4
Andara Prameswari Haryawan.
Gadis cantik berniqob harus mengalami pahitnya hidup dalam berumah tangga. Ia dikhianati oleh suaminya ketika usia pernikahan baru seumur jagung.
Andara tidak percaya jika suaminya selingkuh jika belum di lihat dengan mata kepalanya sendiri. Ia berusaha menyelidiki sendiri dengan caranya hingga bukti menunjukkan apa yang ia cari.
Saat ia ingin mengadukan hal itu kepada semua keluarga, nahas dirinya sudah terlebih dahulu di bunuh oleh suami dan selingkuhannya.
Andara antara hidup dan mati saat meregang nyawa ia berdoa,
"Ya Robb, jika memang cukup disini takdirku. Maka aku ikhlas. Tapi aku meminta satu hal. Aku ingin bangkit kembali dengan wujud yang baru agar bisa menghukum orang yang telah tega membunuhku dan juga janinku! Aku akan menuntut balas atas apa yang ia lakukan padaku dan janinku! Aku akan menjadi maut untuknya!"
Yuk, ikuti kisah Andara
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketahuan selingkuh
Andara.
Gadis cantik bertubuh ramping dan juga wajah ayunya itu tertutup niqob sedang menyiapkan keperluan putri kecilnya. Mereka berencana akan bermain sepuasnya di sana mumpung hari libur.
"Ummi?"
"Hem?" jawab Andara.
Ia masih saja memakaikan baju untuk putri sulungnya itu bersama sang suami yang ia nikahi sejak tiga tahun belakangan ini.
"Selesai!" ucap Andara saat baju sang putri kecilnya sudah selesai ia pakaikan. Ia melihat wajah murung putri sulungnya. Andara tersenyum. "Kakak kenapa? Kok masam gitu, sih, mukanya? Nggak enak banget, loh, ummi lihatnya?" katanya pada putri kecilnya itu.
Sang putri kecil semakin menundukkan wajahnya. Ia menahan isak tangis yang sebentar lagi akan keluar dari bibirnya.
Andara menghela napasnya. "Sabar, Sayang. Mungkin Abi saat ini benaran sibuk. Kita harus mengerti keadaannya, ya?" bujuk Andara pada putri kecilnya yang saat ini sudah terisak.
"Hiks.. Abi udah nggak sayang kita lagi, Ummi! Kakak pernah melihat Abi pergi ke mall dan bermain dengan gadis kecil sama seperti Ita juga! Di sana ada Tante teman Abi saat bekerja di kantor! Ita pernah melihat mereka berjalan bergandengan bersama -sama seperti kita saat pergi ke mall dulunya. Hiks.. Abi jahat sama kita!"
Deg
Deg
Andara mematung mendengar ucapan putri kecilnya itu. Ia terkejut mendengar ucapan putri kecilnya tentang sang suami yang selama ini begitu menyayanginya dan juga putri kecilnya.
Apakah benar jika sang suami kini berubah? Apakah ucapan anak kecil berusia tiga tahun lebih itu benar adanya? Apakah Andara harus percaya? Andara menatap nanar pada putrinya yang kini masih terisak itu.
Andara memegang tubuh putrinya dan memeluk erat buah cintanya dengan sang suami. Faris Arthajaya. Suami yang menikahinya karena perjodohan kedua orangtuanya. Di karenakan kedua orangtua Andara menerima Faris karena Faris pemuda yang santun dan baik.
Mereka menerima Faris karena kedua orangtua mereka saling bersahabat. Faris pemuda yang baik menurut keluarganya dan juga orangtuanya. Tetapi, apa yang baru saja putri kecilnya katakan saat ini menghancurkan hati dan juga seluruh hidupnya.
Ingin sekali tidak mempercayai ucapan Ita, putri kecilnya. Akan tetapi, bukankah anak kecil tidak pernah bisa berbohong? Apa yang terlihat itulah yang ia ungkapkan?
Andara gamang. Ingin mempercayai atau tidak. Separuh hati sudah terluka karena perkataan putri kecilnya. Separuh hati ingin membuktikan sendiri dengan mata kepalanya. Apakah yang Ita katakan benar adanya.
Andara menghapus buliran bening yang kini mengalir di sudut pipinya. Ia tersenyum pada putri kecilnya itu.
"Biaiklah, Sayangnya Ummi, mari kita berangkat!" ujarnya menyemangati putrinya yang masih saja terlihat murung dan wajahnya sedikit sembab.
Andara memaksakan senyum pada putri kecilnya. Ia mengambil niqob dan segera menggenakannya. Ia mengambil tas kecil yang berisi ponsel. Dompet serta kunci mobil miliknya. Hadiah dari kedua orangtuanya saat ia berhasil lulus dengan prestasi yang membanggakan.
"Sudah, jangan murung begitu! Jangan pikirkan apa yang Kakak lihat, ya? Belum tentu itu benar!" inginnya membantah tetapi, entah kenapa hatinya bergetar dan khawatir akan pernyataan putrinya tentang sang suami yang kini pergi dengan alasan sibuk di kantor, padahal hari ini hari Minggu.
Andara mengemudikan mobil itu menuju mall yang ada di kota tempat tinggalnya. Tiba di sana ia langsung menuju tempat yang putrinya inginkan.
Walau hanya berdua, Andara tetap berusaha menyemangati putrinya. Keduanya pun bermain hingga puas di sana. Akan tetapi, rasa senang dan suka itu berhenti tatakala Andara dan Ita mendengar suara seseorang yang sangat mereka kenal kini berada di belakang mereka sedang bermain sambil tertawa bersama.
Keduanya spontan berbalik dan..
"Abi!"
"Mas Faris!" seru Andara dengan mata membola dan sangat terkejut melihat sang suami dengan sekretaris serta juga seorang anak kecil bersamanya sedang bermain bola di hadapan mereka berdua.
Bergetar hati dan jantung Andara. Ita menangis tersedu melihat keakraban sang abi dengan anak kecil lebih kecil darinya.
"Abi! Hiks.. Hiks.. Abi!" seru Ita yang membuat tubuh sang lelaki itu mematung seketika.
Ia berdiri dengan menatap sekretarisnya. Bibir keduanya memucat seketika. Keduanya menoleh pada Andara yang kini sudah beruraian air mata. Ita pun demikain. Ita lah yang paling terluka di sana.
"Hiks, Abi jahat! Abi jahat! Abi katanya, Kerja! Tapi hiks, Abi main sama Tante itu lagi! Bukan hanya sekarang, tetapi Ita juga sering melihat Abi dan tante itu setiap minggunya di taman ujung sana! Abi JAHAT!" pekik Ita tersedu dan meraung-raung sembari melempari bola itu pada sang Abi yang kini terkesiap melihat ada Andara di sana.
"Sayang-,"
"Mas! Ingat! Kamu saat ini bersamaku! Bukan dengannya!"
Deg
Berdenyut ngilu hati dan jantung Andara. Sang suami menatapnya sekilas kemudian kembali bermain. Tidak peduli dengan dirinya dan juga putrinya.
"Ya, Allah... Inikah balasanmu terhadapku tuan Faris Arthajaya!" seru Andara dengan suara naik satu oktaf yang membuat semua orang menoleh padanya.
Sang suami menoleh padanya. "Kita pulang! Dan bicarakan hal ini di rumah!" balasnya dengan dingin bicara pada Andara.
Andara meringis merasakan sakit di hatinya melihat sikap suaminya yang berubah ketika bersama wanita lain. Andara menggeleng. Ia sudah mengetahui kelakuan suaminya yang selingkuh dengan sekretaris dan memiliki anak dengannya.
Andara tidak akan tinggal diam. Faris yang memulainya, maka ia yang akan mengakhirinya.
"Saya tidak akan pulang ke rumah! Kenapa saya harus pulang di saat mata kepala saya sendiri melihat suami saya bermain dengan putri yang entah siapa saya sebut? Anak kamu dan slingkuhan kamu?! Atau gundik kamu?!" pekik Andara di hadapan semua orang yang membuat Faris marah bukan main.
Ia berbalik dna ingin memukulAndara.
Andara yang tahu dengan sigap menampar Faris dan juga selingkuahnnya itu. Semua ruangan mandi bola itu sontak saja hening dan sepi seketika.
"Kenapa? Kamu tidak terima karena saya memergoki kamu berselingkuh, iya? Suami macama apa kamu?! Tega kamu, Mas!" Andara menatapnya dengan berang menantang dirinya.
Faris semakin mengepalkan kedua tangannya. "Pulang! Atau?" ancam Faris dengan tatapan tajamnya pada Andara.
"Atau apa? Kamu ingin memukul dan menyiksa saya seperti yang selama ini kamu lakukan? Iya? Siapa kamu berani ingin memukul saya? Huh? Menyesal saya menikah dengan lelaki baji ngan seperti kamu! Alasan urusan kantor! Inikah urusan kantormu? Urusan kantor mengurusi gun dik selingkuhanmu?! Seberapa hebatnya wanita itu sampai kamu tega bermain di belakangku?!
Ternyata benar yang Ita katakan. Kalau selama ini kamu sudah memiliki anak dari gun dik selingkuhanmu?! Cuih! Najis saya bisa bersuamikan kamu! Menyesal saya menikah dengan kamu! Lagaknya saja sok alim! Tetapi sebenarnya tukang selingkuh!" tukas Andara begitu geram pada suami dan juga selingkuhannya yang kini semakin panas dengan ucapan Andara itu.
Semua orang berbisik-bisik membicarakan lelaki kaya tetapi kelakuannya nol! Minus!
"Saya akan mengatakan ini kepada keluarga besar kita! Agar mereka tahu kebobrokan diri putra mereka seperti apa! Saya tidak sudi dan tidak ikhlas memiliki suami kaya tetapi tukang selingkuh seperti kamu! Cuih! Jijik saya! Ayo, Sayang, kita pulang!" ucap Andara pada putri kecilnya yang kini mengangguk sambil memeluk tubuh sang Ummi dengan erat.
Andara melewati faris yang kini ingin seklai mencekiknya. Andara tersenyum miris meliaht itu.
"Selamat bersenang-senang tuan Faris Arthajaya! CEO kaya raya tapi tukang selingkuh!" Tukas Andara sambil berlalu keluar dari kerumunan itu dan meninggalkan tiga orang yang kini semakin di cibir oleh para pengunjung taman bermain itu.