“Jadi kapan internet saya aktif kembali? Saya tidak akan menutup teleponnya jika internet saya belum aktif!” hardik Peter.
“Mohon maaf Pak, belum ada kepastian jaringan normal kembali. Namun, sedang diusahakan secepatnya,” tutur Disra.
“Saya tidak mau tahu, harus sekarang aktifnya!” ucap Peter masih dengan nada tinggi.
Disra berniat menekan tombol AUX karena ingin memaki Peter. Namun, jarinya tidak sepenuhnya menekan tombol tersebut. “Terserah loe! Sampe bulu hidung loe memanjang, gue ladenin!” tantang Disra.
“Apa kamu bilang? Bisa-bisanya memaki pelanggan! Siapa nama kamu?” tanya Peter emosi.
Disra panik, wajahnya langsung pucat, dia melihat ke PABX-nya, benar saja tombol AUX tidak tertanam kebawah. Sehingga, pelanggan bisa mendengar umpatannya.
Gawat, pelanggan denger makian gue!
***
Novel pengembangan dari cerpen Call Center Cinta 🥰
Ikuti kisah seru Disra, yang terlibat dengan beberapa pria 😁
Happy Reading All 😍
IG : Age_Nairie
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon age nairie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2 Kerja Kuliah
Disra langsung melepas headsetnya dan berjalan menuju toilet. "Angel, baru online udah out! Mau kemana?" tanya Firdaus seorang supervisor yang sukses menghentikan langkah Disra. Dalam lingkup kerjanya, akan lebih sering memanggil dengan nama online dibanding dengan nama asli.
"Nggak tahan mau ke toilet, Pak," jawab Disra.
"Jangan lama-lama, lagi Gamas, waiting list!" ujar Firdaus.
"Baik, Pak," seru Disra.
Disra menatap pantulan dirinya di cermin, menghembuskan nafasnya pelan. Menyalakan keran air dan membasuh wajahnya.
"Oke, tenang! Nggak ada yang tahu loe maki pelanggan. Belum tentu itu pelanggan memperpanjang masalah!" ujar Disra pada dirinya sendiri.
Setelah merasa sedikit tenang, Disra kembali lagi ke ruang layanan. Berjalan menuju kabinnya berada. Meja berukuran 100 x 80 centi meter dengan sekat-sekat menjadi sebuah tempat kerja bagi seorang petugas call center. Meja berderet dua baris dengan jumlah 12 meja berjejer disetiap baris kiri dan kanannya secara berhadapan. Setiap meja dilengkapi sebuah cermin, monitor, telepon, airphone, serta sebuah CPU (Central Processing Unit) di bawah meja dan sebuah kursi putar.
Dia mulai memasang headset dan mulai kembali pekerjaannya. Dua jam sudah Disra dan para rekan kerjanya menginformasikan kepada pelanggan mengenai gangguan masal hingga akhirnya mendapat informasi bahwa jaringan normal kembali.
"Ini internet saya nggak nyala, Mba!" ucap seorang pelanggan bernama Oky.
"Mohon maaf atas ketidaknyamanannya Pak Oky, sebelumnya telah terjadi gangguan masal. Namun, kini kondisi sudah normal, bisa dicoba restart modem-nya terlebih dahulu, Pak?" tawar Disra.
"Sudah Mba, sudah beberapa kali, lampu modem juga normal, lampu act berkedip-kedip tapi agak lambat dan lampu yang lainnya nyala stabil!" seru Oky.
"Baik, untuk saat ini kondisi Bapak sedang berada di depan komputer?" tanya Disra.
"Iya," jawab Oky.
"Saya pandu terlebih dahulu, bersedia Pak Oky?" tanya Disra.
"Boleh, tadi saya sudah masuk ke command prompt, hasilnya replay semua Mba," ujar Oky.
Disra tersenyum, dia suka jika melayani pelanggan yang paham komputer, hal itu memudahkan dirinya memandu jika terjadi masalah.
"Baik, Pak. Jika seperti itu bisa cek DNS-nya (Domain Name Server) Pak."
"Oh, iya saya belum cek DNS, saya lihat dulu ya Mba." Oky langsung mengecek DNS di komputernya, Disra tidak perlu memandu dimana letak DNS berada karena pelanggan sudah sangat familiar dengan komputernya. "Oh Iya, kosong nih Mba, Berapa DNS yang bagus Mba?"
Disra menyebutkan deretan angka DNS kepada Oky, setelah beberapa saat Oky berkata dengan suara yang terdengar bahagia, "Oke, sudah bisa nih Mba internet saya."
"Sudah bisa ya Pak. Ada lagi yang bisa dibantu?" tawar Disra.
"Tidak ada Mba.”
Akibat dari gangguan masal semakin banyak pelanggan yang menghubungi call center, berbagai macam jenis pelanggan, ada yang sangat paham akan komputer dan ada pula yang sangat awam dengan perangkat komputer. Ada nasabah yang bisa dipandu hanya melalui telepon dan ada pula pelanggan yang tidak bisa dipandu dan meminta didatangkan teknisi ke lokasi pelanggan.
Cukup melelahkan bagi Disra hari ini, jika lidah punya hati mungkin dia sudah protes karena harus berceloteh selama delapan jam, belum lagi cukup banyak pelanggan yang sulit dipandu, Disra harus bersabar, mereka dituntut untuk menyelesaikan masalah pelanggan hanya melalui agent call center. Sebisa mungkin koneksi internet aktif kembali tanpa harus mendatangkan teknisi.
***
Setelah lelah bekerja bukan berarti Disra bisa beristirahat, dia masih harus kuliah sore. “Belum mulai ‘kan Ci?” tanya Disra pada Suci teman kuliahnya seraya duduk di samping Suci.
“Belum, tumben nggak telat? Bareng Felix?” tanya Suci.
“Jalanan lancar. Nggak bareng, dia juga gawe,” jawab Disra mengeluarkan buku dalam tas-nya. Dia menoleh pada Suci. “Ci, di tempat loe ada lowongan nggak?”
“Ngapain loe nanya kerjaan sama gue? Udah enak kerja di Terabig Net yang merupakan perusahaan besar daripada kerja kaya gue cuma resepsionis di apartemen yang nggak beken!” terang Suci.
“Outsourcing! Outsourcing! Kaya nggak tahu aja, mana bisa jadi karyawan tetap!” dengus Disra.
Disra mengeluarkan ID Card-nya dan menunjukan pada Suci. Temannya menerima ID Card tersebut dan meneliti ID Card Disra.
“Gua itu bekerja pada anak perusahaan PT Terabig Net. Jika dilihat dari depan ID Card, maka akan tertera PT Terabig Net. Tapi, coba loe balik ID card tersebut, maka akan tertera nama PT Adinaro Media,” seru Disra dan Suci membalik ID Card tersebut.
Disra mulai mengoceh kembali. “Gedung berlantai tiga puluh dengan nama JK. Link Tower tempat kerja gua itu, itu bukan gedung milik PT Adinaro Media. Itu gedung yang disewakan kepada beberapa perusahaan termasuk PT Adinaro Media. PT Adinaro Media adalah anak perusahan dari PT Terabig Net yang bergerak di bidang Business Process Management. Bergerak di bidang service, melayani mulai dari perusahaan induknya yaitu Terabig Net ataupun untuk perusahaan rekanan PT Adinaro Media.” Disra menghela napasnya dan melanjutkan kembali ocehannya.
"PT Adinaro Media pun nggak merekrut karyawan, melainkan menggunakan jasa perusahaan outsourcing. Gue, masuk ke dalam PT Adinaro Media melalui jasa perusahaan outsourcing bernama PT Rafcon Sarana. Jadi, gue terlihat hebat bisa bekerja di perusahaan provider terbesar PT Terabig Net padahal mah bekerja pada outsourcing. Paklaring gua nantinya ya sebagai karyawan PT Rafcon Sarana yang bekerja untuk PT Adinaro Media.”
Hati Disra hanya bisa tertawa getir, menerima kenyataan bahwa dirinya hanyalah karyawan kontrak dari perusahaan Rafcon Sarana. Miris, itu yang dirasakan oleh Disra, Terabig Net membayar Adinaro Media dan Adinaro Media membayar pada Rafcon Sarana. Setelah itu, barulah Disra menerima gaji. Bisa dibayangkan berapa potongan angka yang diterima oleh Disra setiap bulannya. Bisakah dia menyebut bekerja pada perusahaan outsourcing di dalam outsourcing? Ya, itu hanyalah ungkapan dirinya saja. Disra hanya bisa menghela napas mengingat rantai keuangan perusahaan, yang terpenting dia bisa membiayai kuliahnya.
“Duh, gua pusing sama ocehan loe yang belibet!” ejek Suci.
“Ya udah nggak usah dipikirin entar loe tambah tua! Biar gua aja yang mikirin coz muka gue baby face. Mikir banyakan nggak bikin cepet tua!”
“Baby face apa babi face!” seru Suci terkekeh.
“Oh ****!”
“Gue aja mau resign, cari kerja bareng yuk!” seru Suci.
“Boleh!”
“Mau daftar jadi Asdos (Asisten Dosen) nggak? Loe ‘kan lumayan pinter, Dis,” ajak Suci.
“Ogah ah, bergajulan gini!” ujar Disra.
Seorang pria muda masuk ke dalam kelas, seketika kelas menjadi sunyi. “Selamat sore, kita mulai perkuliahan hari ini,” ujar sang dosen muda.
Disra menyenggol Suci. “Mata kuliah keamanan jaringan bukannya Pak Frieyadi?” tanya Disra berbisik. Seharusnya Dosen paruh baya lah yang akan mengisi perkuliahan.
“Minggu kemarin Loe nggak masuk, ini Pak Melvin dosen pengganti. Pak Frieyadi, katanya lagi ngurus Akreditasi kampus yang di Pemalang,” jelas Suci.
“Owh, muda banget, paling cuma selisih beberapa tahun dia atas kita” bisik Disra.
“Masih 24 tahun, Beb.”
“Gila, muda banget!”
“Akselerasi! SD, SMP, SMA semua loncat kelas. Usia 15 tahun dah lulus SMA,” seru Suci.
Mereka berdua diam saat sang dosen muda memulai perkuliahan. Melvin mulai memaparkan matakuliah hari ini. “Kita harus mengenali terlebih dahulu tentang cyber crime.”
Sangat terampil Melvin menjelaskan isi materi perkuliahan, dia melihat Disra yang sedang menguap saat dirinya menerangkan. “Kau, gadis berbaju biru!” panggil Melvin dengan suara cukup tinggi.
Disra mendongak, mencari sumber suara, semua mata menatap padanya. Pada akhirnya, dia tahu bahwa dirinya yang sedang dipanggil oleh dosen muda. “Iya, Pak!” jawab Disra menyibakan rambutnya yang menutupi wajah.
Melvin seketika membeku saat melihat wajah Disra secara jelas. “Kau ….”
dandan yg cantik, pake baju kosidahan buat Dateng kondangan Marvin /Facepalm/