Hai gusy, harap maklum ya novel ini masih banyak typo, karena masih dalam tahap revisi, revisi lambat!
Seorang guru beladiri perempuan termuda yang masih berumur 19 tahun di kota X terpaksa dieksekusi hukum mati, karena dituduh sudah menjual informasi tentang perguruan mereka, dia adalah guru beladiri termuda sepanjang sejarah perguruan mereka, siapa sangka setelah dihukum mati perempuan itu memiliki kesempatan kedua untuk hidup, sayangnya dia bertransmigrai ke dalam tubuh seorang gadis SMA yang cupu dan kerap sekali dibully.
Saat sudah berada di dalam tubuh gadis cupu itu, gadis itu di hadapan dengan dua masalah di dua tempat yang berbeda.
Bersamaan dengan itu Laura bertemu dengan seorang guru muda yang mungkin bisa membantu dirinya keluar dari beberapa masalahnya.
Penasaran dengan kisah Laura? kuy kepoin hanya di Noveltoon!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ilmara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2. Sekolah
Bismillahirohmanirohim.
Berbagai cara Laura lakukan untuk keluar dari dalam gudang, akhirnya usaha yang dia lakukan tidak sia-sia lagi, Laura yang ternyata kini jiwanya sudah bersemayam di dalam tubuh Liana, gadis SMA yang berpenampilan sangat cupu dan memiliki fisik yang begitu lemah, bahkan Liana tergolong salah satu siswi terbodoh di sekolahnya.
Laura tidak tahu dia harus pergi kemana sekarang ini, Laura terus saja berjalan mengikuti kemana kakinya membawa dia melangkah. Sampai di depan gerbang sekolah Laura bertemu dengan seorang .satpam.
"Neng Liana dari mana saja? Kenapa jam segini baru pulang?" tanya satpam sekolah.
Laura tak langsung menjawab dia terdiam sejenak seperti sedang memikirkan sesuatu. 'Liana, benar juga aku bisa pulang ke rumah anak yang bernama Liana, tapi jika seperti ini bukankah sama saja aku membohongi banyak orang?' Laura terus berpikir dalam benaknya.
Sampai suara satpam sekolah membuyarkan semua isi kepalanya. "Neng Liana kenapa bengong?"
"Hag, Eh iya pak boleh saya minta tolong" Laura menatap penuh harapan pada satpam sekolah, dia tidak tahu dimana letak rumah Liana, jadi dengan bantuan satpam sekolah pasti Laura akan sampai di rumah Liana.
"Minta tolong apa neng?"
"Begini pak badan saya semuanya terasa sakit, saya habis terpeleset di kamar mandi, boleh antar saya pulang?"
"Baiklah bapak akan mengantar neng Liana pulang."
Satpam sekolah benar-benar mengantar Laura sampai ke rumah Liana. menggunakan sepeda motor miliki sekolah.
"Terima kasih banyak pak." ucap Laura, setelah sampai di depan rumah Liana.
"Sama-sama neng Liana, bapak pergi dulu ya maaf tidak bisa mampir bapak sedang terburu-buru." Laura mengangguk saja.
Saat ini di depan Laura berdiri sebuah bangunan rumah yang tidak terlalu mewah, tapi juga tidak begitu kecil, Laura bisa menilai jika pemilik rumah ini tak terlalu kaya, tapi sepertinya berkecukupan.
Saat tengah asyik memandangi rumah di hadapannya Laura tiba-tiba melihat seorang wanita paruh baya berparas lumayan ayu keluar dari rumah tersebut dengan muka yang terlihat begitu cemas.
'Apa dia mama Liana?' hanya satu pertanyaan yang muncul di kepala Laura.
"Liana akhirnya kamu pulang juga, mama sangat mengkhawatirkanmu." wanita paruh baya itu cepat mendekati Liana yang di dalam tubuhnya ada jiwa Laura.
Laura terlihat canggung saat ibu dari Liana memeluk dirinya. 'Jadi ini mama nya Liana? ternyata begini rasanya dipeluk sama seorang ibu' pelupuk mata Laura sudah berair.
"Maafkan Liana mama, Liana terjebak di sekolah, Liana harus ke uks terlebih dahulu sebelum pulang sekolah, habis kepleset di kamar mandi" tentu saja Laura berbohong.
Sementara ibu Liana yang bernama Wati menyertikan dahinya kala sang anak bicara panjang lebar dan menjelaskan apa yang terjadi, tapi Wati merasa senang karena sang anak mau bercerita pada dirinya tidak seperti kemarin-kemarin yang banyak diam.
"Ayo masuk." ajak Wati.
"Loh Liana jam segini kenapa baru pulang? gue dari tadi nyariin lo di sekolah, tapi nggak ketemu-ketemu, sebenarnya lo kemana aja sih!" baru saja masuk ke dalam rumah Liana, Laura merasa dirinya sudah mendapat ancaman di rumah itu.
"Vano jangan seperti itu Vano, adikmu baru saja pulang sekolah" tegur Wati.
"Maaf mama, ya sudah Liana kamu istirahat dulu." ucap Vano.
'Jadi dia kakak Liana?' Laura sama sekali tidak merespon ucapan Vano.
"Belagu banget itu anak." dengus Vano saat Laura sudah pergi ke kamarnya diantar Wati.
Pagi hari Laura sudah bersiap sekolah dia akan memainkan perannya sebagai Liana, setelah mencari informasi di internet Laura akhirnya tahu apa yang dia alami, ternyata dirinya bertransmigrasi seperti cerita-cerita di dalam novel, awalnya Laura tak percaya tapi bukti dan kenyataannya sudah ada di depan mata.
Laura dan Vano berangkat bersama diantar oleh papa mereka, menggunakan mobil sederhana yang dimiliki keluarga mereka. Laura merasa senang karena ibu dan bapak Liana ternyata begitu menyayangi Liana, hanya saca Laura merasa ada yang aneh pada Vano, dia seakan tak menyukai Liana sama sekali.
Vano juga bersikap terang-terangan di depan orang tua Liana, jika dia tak menyukai Liana
Laura sengaja tidak merubah penampilan cupu Liana, hanya kacamata yang sudah tidak melekat di wajah gadis itu, Laura ingin melihat siapa saja orang yang membully Liana di sekolah.
Sampai di dalam kelas Liana, Laura disambut dengan seorang yang bersikap begitu baik padanya, hanya satu anak di dalam kelas itu yang memperlakukan dirinya dengan baik.
"Liana akhirnya lo datang juga, bosen tau gue nungguin lo lama." ucap gadis yang duduk di sebelah Laura.
"Siapa suruh kamu nungguin gue." jawab Laura dengan singkat.
Anak perempuan itu mendelik tak percaya. "Tega ih lo ya Li! Sama sahabat sendiri" lalu Laura membaca name tag gadis itu yang bernama Zara.
"Maaf Zara becanda doang kali, ilah sensi amat sih" sekarang Laura tahu jika Liana memiliki sahabat.
Saat sedang asyik mengobrol dengan Zara, tiba-tiba saja ada dua orang yang menghampiri Zara dan Laura, orang itu langsung menarik rambut Laura dengan kuat.
"Woi cupu! Berani lo masih masuk sekolah!"
Jessica dan Gina tentu kaget melihat Liana masih hidup. Padahal kemarin Liana sudah tak bernafas lagi.
"Jessica." ucap Laura pelan yang masih dapat didengar oleh Jessica.
"Iya kenapa hah!? Lo lupa sama gue! tenang aja gue akan selalu membuat lo mengingat siapa Jessica!"
"Woi lepas!" teriak Zara saat melihat sahabatnya disakiti oleh Jessica dan Gina teman karib Jesika.
Sedangkan Laura masih mengingat-ingat dimana sebelumnya dia melihat Laura dan Gina. 'Aku ingat sekarang mereka berdua yang telah mengurung Liana di gudang, sampai gadis itu tak lagi bernyawa' batin Laura merasa kesal sendiri.
Belum sempat Laura menjawab ucapan Jessica dan teriakan Zara sama sekali tidak dipedulikan oleh jessica dan Gina, seorang masuk ke dalam kelas dengan muka marah dan menatap Laura tajam. 'Mau apa Vano kesini' bati Laura saat melihat tatapan tajam yang Vano tunjukkan pada dirinya.
"Au, sakit Liana kenapa kamu menarik legaku dengan kasar."
"Drama!" ketus Zara, dia yakin Jessica ingin mencari perhatian pada Vano.
Melihat hal itu tatapan tajam semakin Vano tunjukkan untuk Liana. "Liana apa yang kamu lakukan!" bentak Vano pada adiknya dia cepat menolong Jesika.
"Kamu tak apa?" suara lembut keluar dari mulut Vano saat bicara dengan Jessica.
"Au, sakit kak" bohong Jessica padahal Laura sama sekali tak menyentuh Jessica.
"Liana! Kamu tega ya nyakitin orang lain!" bentak Vano pada adik sepupunya sendiri.
Laura hanya memutar kedua bola matanya dengan malas, Gina yang melihat hal itu ikut berprotes.
"Lo udah mulai berani sama kita ya Liana!" sentak Gina. Liana sama sekali tidak takut dengan bentakan dari Gina.
ini akun baru ku jd ulang lg level. yg dulu udah level 10