NovelToon NovelToon
Bukan Cinderella-nya

Bukan Cinderella-nya

Status: sedang berlangsung
Genre:Hamil di luar nikah / Diam-Diam Cinta / Dijodohkan Orang Tua / Pembantu
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Nitzz

Nathaniel Alvaro, pewaris muda salah satu perusahaan terbesar di negeri ini, hidup dalam bayang-bayang ekspektasi sang ibu yang keras: menikah sebelum usia 30, atau kehilangan posisinya. Saat tekanan datang dari segala arah, ia justru menemukan ketenangan di tempat yang tak terduga, seorang gadis pendiam yang bekerja di rumahnya, Clarissa.
Clarissa tampak sederhana, pemalu, dan penuh syukur. Diam-diam, Nathan membiayai kuliahnya, dan perlahan tumbuh perasaan yang tak bisa ia pungkiri. Tapi hidup Nathan tak pernah semudah itu. Ibunya memiliki rencana sendiri: menjodohkannya dengan Celestine Aurellia, anak dari sahabat lamanya sekaligus putri orang terkaya di Asia.
Celeste, seorang wanita muda yang berisik dan suka ikut campur tinggal bersama mereka. Kepribadiannya yang suka ikut campur membuat Nathan merasa muak... hingga Celeste justru menjadi alasan Clarissa dan Nathan bisa bersama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nitzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16. Batasan yang Dijaga

Langit mendung sejak pagi, hujan turun deras seperti menumpahkan semua beban langit ke bumi. Udara dingin menyelimuti seluruh rumah keluarga Alvaro. Hari itu, rumah tampak lebih sepi dari biasanya. Clarissa sedang cuti pulang ke rumah neneknya di luar kota, dan Madeline tengah sibuk dengan perjalanan liburannya bersama teman-teman arisannya.

Nathan, di sisi lain, terbaring lemah di tempat tidur. Sejak semalam tubuhnya menggigil, demam naik turun, dan suara seraknya membuatnya sulit berbicara. Biasanya, Clarissa akan menjadi orang pertama yang mengurusnya. Namun kali ini berbeda. Ia sendirian.

Ketukan pelan terdengar di pintu.

“Nathan?” Suara lembut Celeste menyusul dari balik pintu. Tak ada jawaban.

Ia mengetuk sekali lagi. “Aku masuk ya.”

Perlahan Celeste membuka pintu. Saat melihat Nathan terbaring pucat dengan napas berat, ia langsung panik. Gelas air di samping tempat tidur kosong, handuk basah di atas meja sudah kering. Celeste mendekat, menyentuh dahi Nathan dan merasakan panas tinggi menyengat ujung jarinya.

“Demamnya naik,” gumamnya khawatir. Ia segera beranjak keluar untuk mengambil termometer, air baru, dan obat penurun panas.

Tak butuh waktu lama, Celeste kembali dengan perlengkapan. Ia membantu Nathan duduk, menyodorkan air, dan memastikan ia minum obat.

“Pelan-pelan, ya.”

Nathan menatap Celeste, matanya setengah terbuka. “Kamu… ngapain di sini?” suaranya serak.

“Kalau bukan aku, siapa lagi?” Celeste mengangkat alis sambil tersenyum kecil.

Ia mengambil kain basah dan mulai mengompres dahi Nathan. Setiap gerakannya hati-hati, tapi cekatan. Sementara hujan masih turun di luar, kamar itu menjadi tempat penuh ketenangan.

Nathan mengamati Celeste dalam diam. Matanya mengikuti gerakan tangan gadis itu, bagaimana ia mengganti kompres tanpa suara, menata ulang bantal, hingga membereskan bekas makanan yang belum disentuh.

“Clarissa belum pulang?” tanyanya tiba-tiba.

Celeste mengangguk. “Masih di kampung. Katanya mungkin besok pagi baru sampai.”

Nathan mengangguk lemah. “Kamu harusnya nggak repot-repot begini.”

“Aku memang suka merepotkan diri sendiri,” jawab Celeste sambil tertawa kecil.

Mereka terdiam beberapa saat. Hanya suara jam dinding dan hujan di luar jendela yang terdengar.

“Waktu kecil, aku pernah sakit tiga hari penuh,” Celeste membuka cerita tiba-tiba. “Nggak ada yang tahu karena aku dikurung. Aku ngigau, muntah, demam tinggi... sampai akhirnya sembuh sendiri. Mungkin itu sebabnya, aku nggak tahan lihat orang sakit sendirian.”

Nathan menoleh, menatap wajah Celeste. Gadis itu bicara ringan, tapi ada luka dalam di balik suaranya.

“Kamu nggak pernah cerita.”

“Dan kamu nggak pernah tanya,” jawab Celeste tenang. Ia tersenyum, lalu berdiri, mengambil bubur dari nampan.

“Sekarang makan, kalau mau cepat sembuh.”

Nathan menurut. Ia membuka mulut pelan, menerima suapan demi suapan. Celeste duduk di pinggir tempat tidur, jaraknya tetap sopan. Tapi kehadirannya… hangat.

“Terima kasih ya.”

Celeste hanya tersenyum. Setelah memastikan Nathan makan setengah mangkuk, ia berdiri untuk membereskan semuanya.

“Kamu istirahat. Aku jaga dari luar kamar. panggil aku jika kamu butuh sesuatu”

“Celeste…”

Gadis itu menoleh. Ada sedikit keraguan di mata Nathan, seolah ia ingin mengatakan sesuatu. Tapi akhirnya, ia hanya mengangguk pelan.

“Terima kasih,” ulangnya.

Celeste berjalan keluar, menutup pintu perlahan. Di balik pintu, ia bersandar sebentar, menghembuskan napas dalam-dalam.

“Jangan terlalu dekat, Kamu bahagia melihat nathan dan Clarissa bahagia” bisiknya pada diri sendiri.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!