seorang gadis yang terbangun dari tidur dan mendapatkan dirinya berada di tubuh wanita lain.
Geishana Deborah, tujuh belas tahun terkejut ketika bangun dan mendapatkan dirinya di tempat yang asing. Sosok gadis bar-bar hidup sebagai ratu yang dikucilkan karena kebodohannya. Terlebih ia sudah memiliki suami yang tidak mencintainya.
Geisha yang pintar, cekatan dan jago bela diri merubah tubuh kurus dan lemah. Hingga ia sadar jika sang ratu ternyata terlalu baik hati, makanya dimanfaatkan orang banyak.
"Aku bukan ratu kalian yang dulu. Bersiaplah!" gumamnya menyeringai dalam hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERUBAHAN DRASTIS
"Apa kau membenciku?" tanya Raisa lagi.
"Yang—yang Mulia!"
Semua menunduk takut. Raisa atau Geisha begitu kesal bukan main. Ia pun berteriak memanggil menteri atau ajudan istana.
"Siapapun ajudan istana, kemari!"
Tak lama pria yang tadi menegur sang ratu datang dengan langkah tergopoh. Biasanya, pria itu abai jika Raisa atau ratunya memanggil, ia hanya menjawab asal jika ditanya oleh Raisa.
"Apa hukuman bagi pelayan yang mengatai Ratunya terlebih bergosip di belakangnya?" tanya Raisa begitu kuat.
Para pelayan langsung menjatuhkan dirinya ke lantai dan bersimpuh. Sedang ajudan istana menelan saliva kasar.
"Cepat katakan!" bentak Raisa.
"Hukumannya ... hukumannya adalah ...."
"Kau tau jika berbohong, ajudan?" sahut Raisa begitu penuh penekanan.
"Aku bisa saja ke departemen istana dan mencari tau sendiri hukuman apa yang bisa kuambil bagi para pelayan yang berani pada Ratu terlebih pada seorang pembohong?" lanjutnya begitu tegas.
"Hukumannya mati Yang Mulia," cicit pria itu.
"Yang kuat bicaramu. Kau tadi bisa bersuara keras ketika menghalangiku menuju dapur," sahut Geisha santai.
"Hukuman mati Yang Mulia!" sahut pria itu jelas.
Semua pelayan menangis. Mereka meminta ampun pada ratunya.
"Yang Mulia ... hiks ... hiks ... ampuni kami Yang Mulia!"
"Cis ... tadi kau begitu sombong mengatakan tak menyukaiku. Kau memilih selir yang tak memiliki kedudukan apapun di istana," ujar Geisha.
Gadis itu menatap kukunya yang runcing. Dalam pikirannya, ia bisa mencakar seseorang dengan kukunya ini.
"Pergi kalian ke halaman istana, berdiri kalian selama aku memberhentikan hukuman ini!" titahnya.
"Yang Mulia, kasihani kami!' pinta semua pelayan bersujud.
"Lakukan atau kepala kalian lepas dari tubuh!" ancam Geisha membentak.
Semua bangkit dan berjalan dengan terisak. Dua puluh pelayan menuju taman depan dapur yang luas. Cuaca lumayan dingin karena masuk musim dingin.
"Jangan ada yang duduk!" teriak Geisha memperingati.
Tak ada yang berani bergerak. Mereka semua berdiri dan memeluk tubuh diri sendiri karena cuaca yang memang dingin. Ajudan istana ingin pergi meninggalkan dapur.
"Eh ... kau mau kemana?" tanya Geisha.
"Saya ... saya ...."
"Ikut berdiri di sana!" tunjuk Geisha pada ajudan itu.
Pria itu menelan saliva kasar, dengan langkah gontai ia berjalan dan berdiri di sana selama ratunya belum memerintahkan untuk berhenti.
Geisha menatap dapur. Jaman yang sangat bertolak belakang dengan jaman yang pernah ia hidup. Semua serba listrik dan bahkan tinggal pesan saja jika menginginkan sesuatu.
"Tungku kayu bakar dan kuali tanah liat," keluhnya.
Gadis itu memeriksa apa yang tadi sempat di masak oleh beberapa pelayan. Ia pun mencicipinya.
"Lumayan, hanya tinggal menambah beberapa bumbu," ujarnya.
Geisha memang bisa memasak ketika ada di jamannya. Walau ia terlahir dari keluarga kaya raya. Ayahnya seorang pengusaha ternama dan ibunya seorang dokter.
Geisha sangat mandiri akibat didikan sang ayah, ia juga dilatih bela diri dan banyak keahlian lainnya.
Sedang sang ibu melatihnya memasak dan juga akupuntur. Geisha sangat cerdas bahkan cenderung genius.
Memiliki banyak sahabat karena ia adalah sosok yang ramah dan mau berteman dengan siapa saja. Gadis itu juga memiliki kekasih yang sangat tampan.
Dua jam berlalu, masakan sudah selesai. Bau harum tercium hingga membuat perut siapapun berbunyi termasuk para pengawal dan pelayan yang dihukum tadi.
Geisha mengambil piring dan mengambil makanan, setelah itu ia duduk dan memakannya dengan lahap.
Usai makan, gadis itu membersihkan alat makannya. Kebiasaannya setelah menyantap makanan jika lewat jam makan.
Sang ibu mengajarinya untuk tidak bergantung pada pembantu rumah tangga. Kecuali ketika makan bersama, barulah para maid yang membereskannya.
Gadis itu keluar dari dapur. Ia nyaris melupakan semua pelayan dan salah satu ajudan istana dihukum di taman belakang, jika salah satu pelayan tidak jatuh pingsan.
"Eh?" ia kaget sendiri.
Tak ada yang berani bergerak. Semuanya menggigil kedinginan. Geisha tersadar, ia pun bergegas ke arah para pelayan yang dihukum.
"Semuanya, ayo bantu aku mengangkatnya!" titahnya..
Akhirnya semua bergerak, membantu rekan mereka.. Geisha mengikuti mereka ke kamar para pelayan.
Pelayan yang tak sadarkan diri itu diletakkan di ranjangnya. Geisha langsung memeriksa denyut nadi di pergelangan tangan gadis berpakaian pelayan itu.
"Hmmm ... salah satu dari kalian, cepat buatkan air manis!" titahnya.
"A-air manis?"
"Air gula!" sentak Geisha. "Bodoh!"
Tak mau dimarahi. Salah satunya berlari dan mengerjakan apa yang diperintahkan oleh ratunya. Lima menit air manis itu tersedia.
"Minumkan dia perlahan dengan air itu!" titah Geisha lagi.
Salah satu pelayan langsung mengerjakan perintah ratunya. Perlahan, pelayan itu bergerak dan langsung dibantu oleh rekannya. Air manis itu habis.
Tabib istana datang hendak memeriksa. Geisha sedikit heran, kenapa begitu cepat tabib datang hanya memeriksa seorang pelayan.
"Siapa yang menyuruhmu ke sini?" tanyanya.
"Saya ... datang atas perintah dari Yang Mulia Raja!" jawab tabib istana dengan menunduk takut.
Pria paru baya ini terkejut dengan perubahan sang ratu. Geisha baru tau jika kelakuannya menghukum para pelayan sampai di bagian istana paling depan.
"Pasti heboh dan tak seusai fakta," gumamnya sangat jelas terdengar.
"Aku ingin tau, berita apa yang tersebar di istana karena kejadian ini!" ujarnya dengan tatapan tajam.
Geisha, melangkah keluar dari kamar pelayan. Semua menyingkir dan membungkuk hormat. Semua takut dengan ratu mereka yang baru.
Geisha menarik pedang salah satu penjaga istana. Ia bersumpah akan memancung siapa saja yang menggosipinya.
Berita tentang Ratu yang menarik pedang sampai ke telinga Raja.
Raja Henry begitu terkejut mendengar hal itu. Setelah sang ratu menghukum semua pelayan yang tak memiliki salah. Kini ia mendapati ratunya berjalan memegang pedang dan siap memenggal siapa saja yang melawannya. Pria itu berdiri dan mencari tau kebenarannya.
"Yang Mulia!" panggil Marques Albert panglima yang menjadi ajudan pribadinya.
Raja Henry tak menggubris pria yang mengabdi bersamanya ketika masih menjadi seorang pangeran.
Pria itu terus berjalan, ia begitu terkejut mendapati ratunya menendang keras salah satu pengawal yang mencoba menghentikannya.
"Apa kau ingin kupenggal!" teriak Geisha marah.
Wanita itu mengacungkan pedang ke muka sang pengawal yang ketakutan. Henry seperti berlari menuju istri yang tak pernah ia temui itu.
"Ratu apa yang kau lakukan?"
Sebuah suara membuat Geisha menoleh. Sungguh pahatan sempurna tersuguh di depan mata gadis itu.
Raja Henry sangat tampan, hidung mancung, mata gelap dan tajam, bibir tipis kemerahan, rahang yang keras dan tegas. Sungguh Tuhan tengah berbahagia ketika menciptakan sosok yang berdiri menjulang.
Albert hendak menarik pedang yang dipegang Geisha. Tetapi dengan gerakan kilat, pedang itu mengarah wajah Albert.
"Berani kau menurunkan pedang yang diusung ratu, maka kepalamu yang menggantikan semua kepala yang merendahkan Ratu!" tekan Geisha dengan suara mendesis.
Semua bungkam, Raja Henry begitu terkejut melihat perubahan total dari sang ratu.
'Apa yang terjadi pada gadis ini? Apa dia sudah merasa tak sanggup lagi ditekan oleh para pelayan yang merundungnya?' gumam sang raja.
bersambung.
next?