Di dunia yang dikuasai oleh kekuatan, Xiao Tian menolak tunduk pada takdir. Berasal dari alam bawah, ia bertekad menembus batas eksistensi dan mencapai Primordial, puncak kekuatan yang bahkan para dewa tak mampu menggapai.
Namun, jalannya dipenuhi pertempuran, rahasia kuno, dan konspirasi antara alam bawah, alam atas, dan jurang kematian. Dengan musuh di setiap langkah dan sahabat yang berubah menjadi lawan, mampukah Xiao Tian melawan takdir dan melampaui segalanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tian Xuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35: Pertempuran Terjadi, Ular Raksasa dan Burung Phoenix
Setelah berusaha keras mencoba membuka gerbang yang terbungkus cahaya emas, Xiao Tian dan Yan Mei hanya bisa menghela napas. Mereka telah mencoba berbagai cara, tetapi gerbang itu tetap tertutup rapat, seakan ada kekuatan yang jauh lebih besar yang menghalangi mereka. Dengan rasa penasaran yang semakin besar, mereka memutuskan untuk mundur sejenak.
"Ayo, kita naik sedikit untuk mengamati situasi dari atas," kata Xiao Tian, suaranya tenang seperti biasa.
Dengan anggun, keduanya meluncur ke atas dengan pedang terbang mereka. Mereka memilih sebuah tempat yang agak tinggi di antara pepohonan, tempat yang memberikan pandangan jelas terhadap gerbang yang masih tertutup dan hutan yang luas. Dari posisi itu, mereka bisa melihat segala sesuatu yang terjadi di sekitar mereka.
"Sepertinya, banyak orang mulai berkumpul," gumam Yan Mei sambil memandang ke bawah.
Dari kejauhan, mereka bisa melihat sekte-sekte yang mulai datang. Langkah pertama yang terdengar adalah langkah dari sekte yang dipimpin oleh Lan Ruo. Gadis berambut biru keperakan itu meluncur turun dengan kecepatan luar biasa, menuju tempat gerbang yang tersembunyi di pohon raksasa. Lan Ruo segera berhenti dan mengamati gerbang tersebut dengan penuh perhatian.
Tidak lama setelahnya, Li Heng juga muncul dari balik kabut. Sosoknya yang tinggi besar dan berwajah dingin segera tampak jelas. Tongkat iblisnya yang berkilau dengan aura gelap menyertai langkahnya, memberikan tekanan yang terasa di udara. Ia berhenti di samping Lan Ruo tanpa berkata apa-apa, hanya mengamati gerbang yang juga menarik perhatiannya.
Keduanya saling memandang sejenak, seolah saling mengukur kekuatan masing-masing.
"Jadi, ini yang kita tunggu-tunggu?" tanya Lan Ruo, suaranya tenang namun penuh ketegasan.
Li Heng mengangguk sedikit. "Sepertinya ya. Tetapi kita tidak tahu apa yang sebenarnya tersembunyi di balik gerbang ini."
Lan Ruo menghela napas. "Kita harus berhati-hati. Tidak ada yang tahu siapa yang sebenarnya menginginkan gerbang ini terbuka."
Tak lama kemudian, suasana tegang itu berubah menjadi pertempuran. Tanpa peringatan lebih lanjut, Li Heng menyerang dengan tongkat iblisnya, menghantamkan kekuatan iblis yang luar biasa menuju Lan Ruo, yang dengan gesit menangkisnya dengan pedang es raksasa di tangannya. Ledakan energi terjadi, menyebabkan pohon-pohon di sekitar mereka bergetar hebat.
Xiao Tian duduk tenang di tempat yang lebih tinggi, menonton tanpa menunjukkan sedikit pun rasa khawatir. Dengan santai, ia mengeluarkan secangkir teh dari dalam jubahnya, menikmati ketenangan dalam segala kekacauan yang terjadi. Hujan petir yang berasal dari pertempuran terdengar samar di latar belakang, tetapi Xiao Tian tidak terganggu sama sekali.
"Sepertinya ini akan menjadi pertarungan yang menarik," gumamnya, matanya tetap terfokus pada kedua petarung yang tengah bertarung dengan sengit di bawahnya.
Pertarungan antara Li Heng dan Lan Ruo semakin memuncak. Masing-masing menggunakan kekuatan luar biasa mereka, saling bertarung dengan pedang dan tongkat yang menghancurkan segalanya di sekitar mereka. Listrik dan es bersaing memecah keheningan hutan malam itu.
Sementara itu, kelompok-kelompok lainnya yang dipimpin oleh sekte-sekte besar mulai berdatangan, mengelilingi area pertempuran. Mereka berhenti di tempat yang cukup jauh, mengamati dengan penuh kewaspadaan. Mereka tidak ingin terlibat, tetapi juga tidak ingin kehilangan kesempatan jika situasi berubah.
Kemudian, tepat saat pertarungan antara Li Heng dan Lan Ruo mencapai puncaknya, suasana tiba-tiba berubah. Dari arah yang tak terduga, sebuah suara gemuruh yang kuat terdengar, membuat tanah bergetar hebat. Semua mata tertuju pada satu titik di mana ular raksasa muncul dari dalam tanah. Tubuhnya yang besar dan gelap seperti bayangan yang menjalar, merayap melintasi area tersebut, menghancurkan segala hal yang ada di jalannya.
Ular raksasa itu melintas tepat di depan Xiao Tian, yang tetap duduk tenang tanpa menunjukkan reaksi. Para sekte lainnya langsung terkejut dan mundur, tapi tak ada yang berani langsung menyerang.
Tak lama kemudian, dari udara, seekor burung Phoenix yang indah dan penuh dengan cahaya emas muncul, terbang tinggi dan mendekat dengan kecepatan yang luar biasa. Burung Phoenix itu melayang rendah, mengeluarkan api yang membakar segala sesuatu yang disentuhnya, dan langsung bertarung dengan ular raksasa tersebut.
Pertempuran antara ular raksasa dan burung Phoenix sangat luar biasa. Ular itu mengayunkan tubuh besarnya, mencoba menggigit dan menelan Phoenix, namun burung itu dengan gesit menghindar dan meluncurkan bola api yang menghancurkan segalanya. Hutan di sekitar mereka terbakar hebat, dan angin dari tubuh mereka yang bertarung menambah kekacauan.
Di tengah pertempuran antara makhluk raksasa tersebut, beberapa orang dari sekte-sekte jahat dan baik mencoba masuk ke dalam pertempuran, masing-masing memiliki niat dan tujuan mereka sendiri. Sebagian besar hanya mengamati dengan hati-hati, menunggu waktu yang tepat untuk bertindak. Beberapa lainnya berusaha mengambil keuntungan dari kekacauan yang ada, berusaha mencari cara untuk membuka gerbang yang tertutup.
Sementara itu, Xiao Tian tetap duduk dengan tenang, menikmati secangkir teh yang telah disiapkan. Ia tidak terganggu oleh pertempuran di sekitarnya, meskipun suasana penuh dengan energi yang mengguncang tanah.
"Sepertinya, ini baru permulaan," gumamnya pelan, tatapannya fokus pada pertempuran yang semakin intens di bawahnya.