NovelToon NovelToon
Selingkuhan Om Tiri

Selingkuhan Om Tiri

Status: tamat
Genre:Romantis / Petualangan / Tamat / Romansa-Tata susila
Popularitas:15.7M
Nilai: 4.9
Nama Author: Clarissa icha

Davina memergoki pacarnya bercinta dengan sahabatnya. Untuk membalas dendam, Davina sengaja berpakaian seksi dan pergi ke bar. Di sana dia bertemu dengan seorang Om tampan dan memintanya berpura-pura menjadi pacar barunya.

Awalnya Davina mengira tidak akan bertemu lagi dengan Om tersebut, tidak sangka dia malah menjadi pamannya!

Saat Davina menyadari hal ini, keduanya ternyata sudah saling jatuh cinta.Namun, Dave tidak pernah mau mengakui Davina sebagai pacarnya.

Hingga suatu hari Davina melihat seorang wanita cantik turun dari mobil Dave, dan fakta mengejutkan terkuak ternyata Dave sudah memiliki tunangan!

Jadi, selama ini Dave sengaja membohongi Davina atau ada hal lain yang disembunyikannya?

Davina dan Dave akhirnya membangun rumah tangga, tetapi beberapa hari setelah menikah, ayahnya menyuruh Davina untuk bercerai. Dia lebih memilih putrinya menjadi janda dari pada harus menjadi istri Dave?!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2

Davina Pov

Aku hanya bertahan selama 1 jam di club malam. Minuman alkohol yang aku beli bahkan cuma di teguk secuil, itupun langsung ku muntahkan lagi karna rasanya sangat pait dan membuat lidah seperti terbakar. Entah minuman macam apa yang digemari banyak anak muda itu.

Aku bahkan tak habis pikir dengan orang-orang yang ada di dalam sana. Mereka terlihat enak sekali meneguk minuman itu layaknya sirup yang manis.

Aku buru-buru keluar, tak betah berlama-lama di dalam sana karna terlalu bising dan banyak laki-laki yang datang ke mejaku.

Sepertinya memang image pengunjung club malam selalu buruk, sampai semua laki-laki yang datang menghampirku tanpa basa basi mengajak untuk menghabiskan malam dengannya. Untuk melakukan hubungan intim tentunya.

Rasanya aku akan gila jika setiap hari datang ke tempat ini dan menghadapi orang-orang itu.

Mungkin lain cerita jika Bianca yang ada disini, dia pasti dengan senang hati akan melempar tubuhnya pada laki-laki yang mengajaknya untuk bersenang-senang.

"Sial.!" Ku tendang pintu bar sembari keluar. Muak rasanya mengingat mantan sahabatku itu. Benar-benar tak tau malu. Masih punya muka untuk mencibirku setalah tertangkap basah sedang berbuat mesum dengan kekasihku.

"Sh- it.!"

"Apa yang kamu lakukan.?!"

Aku mengangkat kepala saat mendengar suara teguran tepat di depanku. Mataku menelusuri wajah laki-laki dewasa yang berdiri sangat dekat denganku. Tubuhnya yang tinggi membuatku harus mendongak untuk menatapnya.

"Siapa Om.? Aku.?" Ku tunjuk wajahku sendiri, takut bukan aku yang sedang di ajak bicara olehnya.

"Memangnya siapa lagi yang ada disini selain kamu.?!" Bentaknya. Dia lalu membungkuk dan mengusap bagian bawah lutut.

"Kaki Om kenapa.? Kena pintu ya.?" Tebakku dengan rasa tak bersalah sedikitpun. Kalaupun benar, itu bukan sepenuhnya salahku kan.? Harusnya dia yang hati-hati saat akan masuk.

"Ngapain nanya kalau udah tau.!" Dia menjawab ketus. Menjengkelkan sekali, tapi anehnya aku malah menatap tak berkedip karna ekspresi wajahnya sangat cool saat sedang mode marah seperti itu.

"Yaudah sih Om, enggak usah marah-marah kaya gitu."

"Aku minta maaf." Kataku sembari berlalu dari hadapannya.

"Dasar bocah aneh.!"

Aku menghentikan langkah mendengar cibirannya.

Bocah.? Om itu menyebutku bocah.? Apa sebocah itu penampilanku.?

Bianca juga bilang seperti itu, bahkan lebih parah dengan menyebutku anak ingusan.

"Om bilang apa tadi.?!" Aku jadi kembali menghampirinya.

"Aku bukan bocah, umurku sudah 20 tahun.!" Seruku yang ditanggapi seulas senyum geli olehnya.

Tentu saja aku tak mau di sebut bocah. 20 tahun bukankah sudah cukup untuk dibilang dewasa.

"Terserah kau saja." Jawabnya, Om tampan itu kemudian masuk ke dalam club dan mengabaikan ku.

Tampan.? Aku tersenyum dalam hati sembari memuji fisiknya. Om itu memang jauh lebih tampan dan berkharisma dari pada Arga, walaupun postur tubuhnya hampir sama.

"Huufftt,," Aku menghela nafas berat, mengingat kembali tentang laki-laki pengkhianat itu yang membuat hatiku terasa sakit.

Cinta pertamaku hanya menyisakan luka.

Aku lalu bergegas ke mobil dan meninggalkan tempat hiburan malam yang tak memberikan hiburan sedikitpun untukku. Yang ada malah membuatku semakin kesal karna mendapat tawaran gila dari banyak laki-laki di dalam sana. Belum lagi harus bertemu Om-Om tadi yang mencibirku dengan sebutan bocah.

Aku jadi memikirkan kembali cibiran Bianca. Mungkin memang sifatku ini yang akhirnya membuat Arga berpaling.

...****...

Ku parkiran mobil mewah ku di garasi. Papa menyediakan banyak mobil mewah di garasi rumah.

Aku tak kekurangan apapun dari segi materi, begitu juga dengan kasih sayang dan perhatian dari Papa.

Walaupun Papa seorang pemimpin perusahaan, dia selalu meluangkan waktu di tengah-tengah kesibukannya. Papa memang selalu menjadikanku sebagai prioritas dalam hidupnya.

Sejak kepergian Mama, Papa memang lebih mencurahkan seluruh hidupnya untukku. Kehidupannya seolah-olah hanya tentangku dan untukku saja. Papa bahkan selalu menuruti apapun yang aku katakan dan aku inginkan.

"Kamu kemana saja.? Kenapa baru pulang.?"

Sebelumnya aku tak pernah mendengar pertanyaan itu dari mulut Papa. Mungkin karna sebelumnya aku tak pernah pulang lebih dari jam 10 malam. Sedangkan kali ini aku pulang pukul 11 malam sejak keluar dari rumah sore tadi.

"Aku udah dewasa Pah, tolong rubah aturannya."

"Teman-temanku saja nggak masalah kalau mereka pulang jam tengah malam, sekarang baru jam 11 Pah." Aku mengajukan protes, hal yang tak pernah aku lakukan sebelumnya. Sepertinya karna efek dari pengkhianatan mereka berdua, aku jadi ingin lebih bebas dan mengetahui dunia luar agar tak tertipu lagi dengan jenis manusia munafik seperti mereka. Sekaligus ingin membuktikan pada Bianca kalau aku bukan anak kecil.

"Davina, ini bukan perkara sudah dewasa atau belum. Kamu itu perempuan dan anak Papa satu-satunya, Papa harus ekstra menjaga kamu."

"Pergaulan anak muda sekarang semakin meresahkan, mana mungkin Papa membiarkan kamu bebas pulang malam."

Tutur Papa dengan nada bicara yang lembut dan berwibawa.

Selalu nasehat itu yang terucap dari mulutnya. Aku mengerti semua itu karna Papa terlalu menyayangiku dan menganggap ku sangat berarti untuk hidupnya. Tak mau melihat putri tercintanya tergores sedikitpun di luar sana.

"Papa nggak usah khawatir, aku bisa jaga diri kok,,"

"Putri kecil Papa nggak mau di bilang kayak anak kecil lagi." Rengekku sembari bergelayut di tangan Papa.

"Aku malu di ledek sama temen-temen." Aku memasang wajah memelas. Papa sudah tau hal itu, bukan rahasia kalau teman-teman dekatku meledekku seperti itu. Mereka bahkan tak sungkan mengatakannya di depan Papa ketika mereka main ke rumah ku.

Papa lalu merangkul pundakku. Beliau menarik nafas dalam.

"Maafkan Papa kalau sikap Papa membuat kamu mendapat cibiran dari temen kamu. Papa nggak bermaksud menjadikan kamu terlihat seperti anak kecil di depan mereka."

"Kamu anak Papa satu-satunya, Mama kamu menitipkan kamu pada Papa. Mana mungkin Papa bisa mengecewakan mendiang Mama kamu."

"Tapi tanpa sadar Papa terus-terusan seperti ini, Papa jadi lupa kalau putri kecil Papa sudah besar dan dewasa."

"Papa akan merubah aturan dan membebaskan kamu, asal kamu bisa menjaga kepercayaan Papa. Jangan mengecewakan Papa dan selalu ingat batasan."

Aku tersenyum bahagia mendengar ucapan Papa. Setelah bertahun-tahun memiliki banyak aturan yang membuatku tak tau dunia luar, akhirnya aku akan menghirup dunia luar dengan lebih bebas.

...****...

Pagi ini aku menyiapkan mental dan hati untuk berangkat ke kampus. Kalau aku tidak sanggup melihat Bianca setiap hari, sepertinya aku akan memilih untuk pindah kampus.

Muak rasanya harus melihat wajah Bianca di kelas. Pasti akan membuatku teringat dengan adegan ranjangnya bersama Arga.

Aku keluar dari mobil setelah memarkirkan mobil. Rupanya bersamaan dengan itu, Arga dan Bianca juga baru saja keluar dari mobil yang sama.

Belum sempat membuang pandangan ke arah lain, Bianca sudah lebih dulu memergoki ku. Dia tersenyum meledek ke arahku.

"Pagi anak kesayangan Papa,," Sapa Bianca sembari berjalan mendekati Arga dan menggandeng lengannya.

Nada bicara Bianca yang di buat-buat, seolah mengundang tanganku untuk menampar mulutnya.

"Pagi juga jal- lang,,,"

"Upss,, sorry keceplosan,,!" Seruku.

Wajah Bianca langsung memerah, kedua matanya terlihat ingin keluar dari tempatnya.

Aku tau Bianca marah dan tak terima dengan hinaanku, tapi bukankah hinaan itu pantas untuknya.? Dia tega merebut kekasih sahabatnya sendiri, bahkan sudah tidur dengannya.

Tak mau lama-lama melihat wajah keduanya, aku berlalu dari sana. Tak peduli dengan teriakan Bianca yang marah padaku.

1
Visencia Alingga
Lumayan
Ratniatin Ginoga
thor itu cerita si Aditya dan aurelia kapan di upnya
Sopiah Azzahra
Lumayan
Arma Dwi
suka bgt dg karakter dave😍
pejuang rupiah😶‍🌫️
Luar biasa
Sri Noviawati
Biasa
Hesti Pramuni
diiih..yg polooss...😣😣
Mei Prw
luar biasa
Thiva ShiRegarr II
Luar biasa
mama fia
quote yg bagus Devina..
mama fia
udah baca berulang ulang..
mama fia
Kecewa
sashi kirana
Luar biasa
Christy Ling
sangat bagus
Diedie
Luar biasa
aryuu
bener gitu orang orang di club malam sebangsat itu??
aryuu
suka sama ceritanya ya cuman agak sedikit kecewa sama karakter utamanya ... polos polos murahan gitu
aryuu
ni cewe polos tapi kok ga kapok ya diselingkuhi
Nieno Pay
Luar biasa
3sna
farel gk tau gimn rsny diposisi daviana
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!