🌹Lanjutan Aku Bukan Wanita Penggoda🌹
Awas baper dan ketawa sendiri! 😁
Ayesha Putri Prayoga, seorang gadis bertubuh gemuk itu menyaksikan langsung kekasih yang sangat ia cintai tengah bercinta dengan sahabatnya sendiri.
Sakit hati Ayesha membuatnya menepi hingga bertemu dengan Kevin Putra Adhitama, pria dingin kaku dan bermulut pedas.
Dan, takdir membawa mereka menjadi sepasang suami istri karena dijodohkan.
Sikap Kevin yang menyebalkan selama pernikahan membuat banyak perubahan dalam diri Ayesha termasuk tubuh gemuknya, hingga semakin hari Kevin pun semakin terpesona dengan kepribadian sang istri.
Namun di saat benih cinta itu muncul, Ayesha kembali dekat dengan mantan kekasihnya yang muncul sebagai partner kerjanya di kantor.
"Ayesha, aku masih mencintaimu dan ingin memilikimu kembali," gumam Tian, mantan kekasih Ayesha dulu yang membuatnya sakit hati.
Mampukah Kevin mempertahankan pernikahannya? Siapa cinta yang Ayesha pilih? Suami atau cinta pertama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Kurniasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kevin Putra Adhitama
"Bagaimana, Ay? Tugasnya beres? Butuh referensi apa lagi?” tanya Tian pada Ayesha.
Mereka saat ini tengah duduk di perpustakaan dengan posisi Tian yang berada di depan Ayesha. Gadis gempal berkacamata itu pun hanya fokus dengan layar laptopnya.
“Sejauh ini bahan referensi udah oke. Reset juga udah. Tinggal dikembangin aja kata-katanya, Yan.”
“Kamu aja yang buat, Ay. Aku mohon! Soalnya nanti sore aku ada acara di KBRI,” ucap Tian.
“Oh, gitu. Oke.” Dengan polosnya, Ayesha menganguk setuju. Apapun permintaan Tian, pasti Ayesha kabulkan.
“Hai, Ay. Hai, Tian.” Sapa Jessi dari kejauhan.
Jessica langsung duduk di sebelah Tian. “Masih sibuk, Ay?” tanyanya basa basi.
“Eum ...” Ayesha tersenyum dan melirik ke arah Jessi. “Iya nih Jes.”
“So, kamu ga bisa hadir ke acara di KBRI, Yan?” tanya Jessi pada kekasih Ayesha.
“Oh, kamu ikut ke acara itu, Jes?” tanya Ayesha polos.
Jessica mengangguk. “ya, kebetulan aku juga panitianya.”
“Ayo, Ay. Kamu juga ikut yuk. Acaranya seru loh. Kamu kan ngga pernah hadir ke acara KBRI,” bujuk Jessi pura-pura.
“Yah, ini tugasnya ga bisa di tinggal, Jess.”
“Yah, ga asyik kamu, Ay. Tian, ajak Ayesha dong,” ucap Jesi dengan engedipkan satu matanya ke arah Tian.
Tian hanya tersenyum. “Ya udah tugasnya besok di lanjut lagi aja.”
“Tapi minggu depan deadline-nya, Yan.”
Jessi masih santai. Ia memang belum niat untuk mulai melakukan reset akhir, karena masih ada beberapa mata kuliah yang belum ia penuhi.
“Ya udah, kamu aja yang pergi, Sayang. sekalian temani Jessi, kasihan dia sendirian,” ucap Ayesha.
Sontak Jessi dan Tian pun tersenyum ke arah Ayesha yang tengah fokus pada layar laptopnya. Sesekalil Jessica dan Tian pun saling melirik.
“Kamu beneran ga apa-apa, Sayang?” tanya Tian dengan suara manja. “Aku lebih baik ga usah ikut ke acara itu. Masa aku senang-senang sementara kamu di sini pusing ngerjain tugas sendiri.”
Ayesha mengalihkan pandangannya ke arah sang kekasih dan tersenyum. “Tidak apa, Sayang. itu kan acara besar kamu dan kamu ketua panitianya. Masa kamu ga ada. Udah ga apa-apa. Aku di sini kerjain tugas kamu dan kamu di sana penuhin kewajiban kamu. Jadi semuanya beres. Oke!”
“Hmm ... makin sayang sama kamu.” Tian berdiri dan langsung memeluk Ayesah, membuat senyum Jessi pun hilang.
“Iya, Sayang. Aku juga saaayaang banget sama kamu.” Ayesha menerima pelukan itu.
“Kalau begitu aku jalan ya. Maaf ya sayang aku jadi tinggalin kamu di sini,” kata Tian.
“It’s oke.” Ayesha tersenyum.
“Kalau gitu, aku juga pergi ya, Ay,” ucap Jessi dengan senyum terpaksa.
Ayesha tersenyum ke arah Jessi. “Oke Jes. Titip Tian ya. Kalau dia macem-macem sama cewek, lapor ke aku ya Jes.” Ayesha tertawa. Tawa yang sangat manis bagi orang yang melihatnya tanpa fisik.
“Aku ga mungkin berpaling dari wanita sebaik kamu.” Tian mengecup pipi kanan dan kiri Ayesha sebelum pergi.
Ayesha kembali tertawa.
“Dah, Ay.” Jessi melambaikan tangannya setelah ia mengecup pipi Ayesha.
“Dah.” Ayesha pun melakukan hal yang sama.
Ia tersenyum ke arah Jessi dan Tian yang sedang berjalan keluar ruangan itu. Lalu, ia menghelakan nafasnya kasar dan kembali fokus pada benda elektronik di meja itu.
****
“Hai, Vin. Apa kabar?” tanya Vicky pada pria tampan yang saat ii berdiri di hadapannya.
Dia adalah Kevin Putra Adhitama, putra pertama Kenan, mantan bos Vicky, ayahnya Ayesha ketika ia masih bekerja di Indonesia sekaligus sahabat Kenan.
“Baik, Om. Om apa kabarnya?”
“Baik.”
Mereka pun saling berjabat tangan, lalu Vicky memeluk tubuh kekar Kevin dan mereka duduk berhadapan. Vicky duduk di kursinya sedangkan Kevin di seberangnya.
“Makin ganteng aja kamu Vin,” ujar Vicky.
“Ah, om bisa aja.” Kevin tersenyum.
“Papa dan Mama mu apa kabar?”
“Baik. Alhamdulillah semua baik. Papa titip salam untuk Om.”
“Oh iya, kalau Keanu apa kabar? Dia masih di Cambridge?” tanya Vicky lagi.
Kevin mengangguk. “Ya, masih Om. Sepertinya Keanu masih lama di sana, katanya dia masih ingin main-main di sana."
Untung saja di sana, Keanu ditemani oleh Oma nya, sehingga sang adik tidak begitu nakal walau ia agak sedikit liar.
Vicky tertawa. “Dia memang berbeda denganmu. Kalau kamu sama persis dengan Papamu.”
“Oh ya?” Kevin ikut tertawa.
Kevin memang memiliki gaya dan karakter yang sangat mirip dengan Kenan muda. Berbeda dengan sang adik Keanu, yang lebih humble, supel dan mudah bergaul. Kevin justru kebalikannya. Ia serius, tidak mudah dekat dengan orang lain apalagi lawan jenis, dan hidupnya berjalan sesuai rencana.
“Oh, ya. Kabarnya Papamu ikut di pemilihan Gubernur tahun ini. benar?” tanya Vicky.
Mengingat hal itu, Kevin pun menghela nafasnya kasar sambil memijat kening. “Entahlah, Om. Kevin juga pusing dengan keinginan Papa itu.”
“Loh, bagus dong. Papa mu ingin mengabdi pada negara. Itu bagus. Lagi pula Papa mu memiliki talent untuk itu. Kamu harusnya bangga, Vin.”
“Ya, sih. Tapi masalahnya. Kevin ikut kena imbas dari keinginan Papa itu.”
“Apa?” tanya Viciky.
“Papa maksa Kevin untuk nikah, karena satu-satunya syarat untuk menggantikan posisi Papa di perusahaan sebagai CEO itu harus sudah menikah.”
Vicky tertawa dan mengangguk. Memang sejak sepuluh tahun terakhir dan sejak perusahaan Kenan menjadi Go publik, ada beberapa peraturan baru di sana. termasuk dalam memilih pemimpin. “Ya memang sudah waktunya bukan?”
“Ah, Om. Jangan seperti Papa? Kevin lelah ditanya hal itu. Jangankan menikah, dekat dengan wanita aja ngga.”
Vicky kembali tertawa. Ia ingat kelakuan Kenan dulu. “Kamu persis Papamu, Vin.”
“Hai, Vin,” sapa Vinza yang baru saja memasuki ruang ayahnya.
“Hai, Za.” Kevin berdiri dan menerima pelukan kakak Ayesha.
“Kapan datang?” tanya Vinza.
“Baru semalam.”
“Sama Sean?” Vinza menanyakan asisten Kevin, putra dari Riza dan Vanesa.
“Nggak. Kebetulan aku sendirian. Sean ngurus yang lain.”
Vinza emngangguk.
“So, Saya ke sini ingin meminta bantuan untuk dapat orang progamer yang handal. Perusahaan sedang krisis di bagian itu, Om. Apalagi ini era digital. Sistem harus semakin dipermudah, right?” kata Kevin.
Vicky dan Vinza pun mengangguk. Kebetulan mereka kini memang bebrisnis di bidang itu. bidang yang biasa dikenal dengan sebutan star up. Vicky dan Dave menekuni bidang sistem yang menjadi jembatan untuk para sistem aplikasi berbasis jual beli dan pemberian diskon secara digital. Perusahaan yang dibangun oleh Vicky dan Dave yang dikelola oleh putra mereka kini sudah merambah ketiga negara yaitu, Thailand, dan Singapura. Recananya ia juga akan membangun bisnis ini di Indonesia. Oleh karena itu Kevin di sini, selain untuk mencari programer handal untuk perusahaannya, Kevin juga akan ikut andil dalam permodalan awal bisnis Vicky yang akan dibangun di Indonesia.
“Ada, sih yang handal. Tapi orangnya belum lulus. Maksudnya sedikit lagi lulus,” ujar Vinza.
Vicky dan Kevin melirik ke arah pria itu.
“Siapa?” tanya Vicky yang tidak sadar bahwa Vinza mengarah pada putrinya sendiri.
“Ayesha, Pa.”
“Ah, ya.” Vicky menepuk jidatnya. “Papa hampir lupa. Dia cukup cerdas di bidang itu. Tapi sayang Ayesha belum lulus.”
“Siapa Ayesha, Om?” tanya Kevin.
“Putri, Om. Vin. Adik Vinza,” jawab Vicky.
“Oh.” Kevin hanya membulatkan bibirnya dan menganggukkan kepalanya.
Ia tak cukup mengingat Ayesha. Kebetulan Ayesha dan Kevin memiliki jarak usia yang cukup jauh yaitu lima tahun. Ketika Ayesha kecil pun, mereka hanya bertemu beberapa kali dan sejak kecil Kevin memang selalu menghindari diri dari yang namanya wanita. Menurut Kevin wanita adalah makhluk merepotkan kecuali ibunya.
itu sih namanya bukan cinta tapi nafsu, cinta itu melindungi bukan merusak.