PROSES REVISI TYPO DAN TANDA BACA!!!
Jin Lien adalah seorang Jenderal Muda yang sangat berbakat. Di usianya yang ke-21 tahun, dia telah menyelesaikan banyak misi berbahaya.
Jin Lien dibesarkan oleh Kakeknya yang saat ini telah menjadi pensiunan Militer. Dia sedari kecil telah dididik dengan cara militer hingga membuatnya menjadi Jin Lien yang saat ini. tidak hanya mempelajari Strategi Militer tapi juga mempelajari Ilmu kedokteran. di waktu luangnya dia juga mempelajari cara menjadi pengusaha sukses, puisi, Kaligrafi. karena itulah, Jin Lien tidak memiliki banyak teman, dia hanya bergaul dengan rekan sesama Prajurit.
Suatu hari, dirinya menjalankan misi yang akhirnya merenggut nyawanya, dan hari itu juga dirinya yang tidak pernah tersenyum, untuk pertama kalinya menampakkan senyum manis nan tulus.
..
Saat membuka matanya lagi, Jin Lien tidak berada di tempat yang seharusnya. melainkan di Jaman dan Masa yang berbeda serta di dalam gendongan seorang Pelayan yang menangisi seorang Wanita cantik yang tidak lagi memiliki Napas.
Dia menebak jika dirinya yang sekarang merupakan seorang bayi yang berusia 1 tahun dan memiliki nama yang sama dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Askaori, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AGA 2
Sekelompok orang dengan 2 orang pemuda gagah berani duduk di kuda yang berada paling depan.
"Sayang sekali, Jenderal Jin yang terkenal paling setia pada Kerajaan Ming harus mati karena di jebak. Aku bahkan tidak tahu bagaimana keadaan keluarganya saat ini, apakah ada yang selamat atau semua telah binasa?"
"Yang mulia, berharap saja jika beberapa keluarga Jenderal Jin ada yang selamat."
"Ya, aku mendengar dia memiliki 2 orang putri, tapi tidak pernah menampakkan diri di masyarakat, sehingga tidak ada yang mengetahui rupa mereka."
Keduanya asik berbicara, hingga pandangan mereka terfokus ke depan yang bertebaran banyak mayat, bahkan sebagian telah hancur akibat ledakan granat.
Di tengah-tengah mayat, duduk seorang gadis yang bersandar pada tubuh kuda yang juga tidak lagi bernyawa, memeluk gadis kecil yang masih berusia 3 tahun.
Pakaian mereka tidak lagi rapi, melainkan memiliki banyak sobekan serta beberapa luka menghiasi kulit gadis yang tengah memeluk gadis kecil.
Melihat penampakan tersebut, membuat kedua pemuda itu mempercepat laju kuda mereka.
Keduanya terperangah melihat mayat yang berserakan, hingga pandangan kedua pemuda itu terpaku pada gadis yang tengah tak sadarkan diri sambil memeluk gadis kecil.
Pemuda yang di panggil Yang Mulia beberapa saat lalu mendekati gadis yang tengah pingsan, dan mengambil denyut nadinya.
Dia menghela nafas lega, karena gadis itu tidak lah mati dan hanya pingsan.
"Yang mulia, mayat-mayat yang berserakan merupakan bandit Black Scorpion yang selalu meresahkan dan menjadi sakit kepala Kaisar."
Pemuda itu memandang rumit pada gadis yang tak sadarkan diri itu.
Jin Lien yang merasakan sesuatu yang aneh di sekelilingnya, membuka mata. Dia memandang dengan polos sekelompok orang baru itu, pandangannya jatuh pada prajurit yang menggali tanah, mungkin berniat menguburkan jasad mayat para perampok.
Pandangannya kembali pada Niu'er, lalu menepuk pipinya.
"Jiejie bangun! Kau tidak matikan?"
Sudut mulut kedua pemuda yang menemukan mereka berkedut mendengar pertanyaan gadis kecil itu.
"Gadis kecil, siapa namamu?"
Jin Lien menatap pemuda itu, lalu memberitahu namanya.
"Namaku Lien, dia kakakku Niu."
"Bisa ceritakan apa yang kalian alami pada Gege?"
Jin Lien memutar bola matanya bosan di dalam benaknya.
"Tadi kami dihadang oleh perampok ini, dan Jiejie bertarung sambil melindungi ku, karena perampok ini tidak ada habisnya, sehingga jiejie mengalami luka-luka. Beruntung ada seseorang yang mengenakan topeng perak setengah wajah menolong kami, setelah membunuh para perampok, orang itu pergi begitu saja tanpa mengobati Jiejie, jadi akulah yang berusaha keras membalut beberapa luka jiejie." ujar Jin Lien dengan polos dan menggembungkan pipinya lalu kembali bergumam pada dirinya sendiri.
"Seharusnya kalau menolong itu jangan setengah-setengah dong."
Karena menurut mereka, Jin Lien yang mungkin berusia 3 tahun tidak akan berbohong, maka mereka mempercayai apa yang di katakan nya. Terlebih saat mendengar penjelasan Jin Lien yang mengatakan seseorang dengan topeng perak setengah wajah menolong mereka.
Mereka tahu betul siapa sosok yang di sebut Jin Lien, dan tidak ada yang berani memprovokasinya.
Keduanya tidak tahu, jika sosok tersebut hanyalah karangan Jin Lien untuk membohongi mereka.
Jin Lien juga tidak pernah mengira, jika sosok karangannya adalah orang yang sangat di takuti di empat kerajaan besar.
Jin Lien yang merasa cerita karangannya di percaya, tertawa terbahak-bahak dalam benaknya dan bersorak penuh kemenangan, kemudian dia kembali menoel-noel pipi Niu'er.
"Little Lien, biarkan Jiejie mu beristirahat! Jangan dibangunkan!"
"Tapi kalau tidak dibangunkan, Jiejie akan tertidur seperti b*bi."
Kedua pemuda itu kembali berkedut, kemudian tersenyum lembut.
"Yang Mulia, bisakah aku mengangkat mereka menjadi adik Perempuanku? Lihat, mereka terlihat imut."
Jin Lien menatap polos pemuda yang berniat mengangkat mereka menjadi adik perempuan, kemudian menatap pemuda yang disebut yang mulia.
"Gege, boleh aku mengetahui nama kalian?"
Kedua pemuda itu saling memandang, lalu tertawa canggung.
"Aku Xiao An, pangeran ketiga Kerajaan Nancheng. Dia adalah Feng Zhixing Jenderal muda kerajaan Nancheng, tapi Lien, kemana orang tua kalian?"
Jin Lien manggut-manggut mendengar penjelasan Xiao An, dan saat mendengar pertanyaan Xiao An, dia menunduk sedih.
"Ibu telah meninggal saat aku berusia 1 tahun sedangkan ayah baru sebulan lalu telah menyusul ibu." dalam sekejap aura membunuh menyelimuti Jin Lien saat mengingat ayahnya Jin Tian dieksekusi oleh Kaisar.
"Suatu hari nanti, aku akan menghancurkan kerajaan Ming yang telah merenggut Ayah dari kami." gadis kecil berusia 3 tahun memancarkan dendam yang teramat, hingga Xiao An dan Feng Zhixing menyadari jika kedua gadis di depan mereka saat ini adalah anak perempuan Jenderal Jin.
Jin Lien kemudian memandang Feng Zhixing dengan sorot mata tegas.
"Xing Gege maaf, meskipun Anda meminta kami menjadi adik angkat mu, tapi kami tidak bisa tinggal di kediaman Jenderal Feng."
Feng Zhixing menghela napas dan memandang Xiao An. Xiao An tersenyum kemudian mengatakan sesuatu yang membuat Jin Lien tersenyum lebar.
"Karena kalian telah memberantas Bandit Black Scorpion, aku akan mengatakan pada Ayah Kaisar untuk memberi kalian gelar."
"Baik." tatapan polos dan naif kembali di wajah imut Jin Lien, membuat keduanya terperangah.
Jin Lien kembali menoel-noel pipi Niu'er.
"Jiejie kau masih hidupkan? Jadi bangunlah!"
Tidak ada gerakan dari Niu'er yang tidur seperti b*bi.
Jin Lien semakin jengkel, karena kalau sang kakak sekali tidur akan sulit untuk dibangunkan.
"Baiklah jika jiejie tidak mau bangun, jangan salahkan aku karena kejam."
Sudut mulut kedua pemuda itu kembali berkedut.
Perkataan Jin Lien seolah seorang yang memperingati musuhnya, hingga Jin Lien mengeluarkan bulu burung dari dalam lengannya.
Dia menyeringai dan mulai menggelitik Niu'er menggunakan bulu burung tersebut.
Sebelum bulu burung itu mencapai hidung Niu'er, Niu'er tiba-tiba membuka mata dan melototi Jin Lien.
"Apa yang ingin kau lakukan hmmp?"
"Tidak ada."
Dengan cepat Jin Lien menyembunyikan bulu burung tersebut.
"Gadis, bisakah kau bergerak?" Niu'er melihat kearah suara, dan mendapati Xiao An yang tersenyum lembut.
Seketika Niu'er terpesona, tapi dengan cepat mengalihkan pandangannya.
"Ini hanya luka kecil, aku tidak selemah itu." Jin Lien dan Feng Zhixing terkekeh melihat kelakuan Niu'er.
"Jiejie, kata An Gege, kita akan mendapat gelar karena membasmi bandit Black Scorpion ini." Niu'er menatap adiknya sejenak, dia bingung dengan pemberian gelar tapi tidak ingin bertanya.
"Ayo kita tinggalkan tempat, ini dan kembali ke Ibukota!" Feng Zhixing menyadarkan Niu'er yang tampak berpikir.
"Beri mereka kuda!" Salah satu prajurit langsung memberikan kuda yang tidak memiliki penunggang, kebetulan ada 1 kuda yang tidak ada yang menunggangi.
Niu'er tanpa aba-aba langsung menggendong Jin Lien, dan menaiki kuda tersebut.
Melihat cara Niu'er menaiki kuda, Xiao An dan Feng Zhixing tahu jika Niu'er selalu berlatih dengan rutin.
Tidak banyak Nona muda yang dapat menunggang kuda di Kerajaan Ming, karena Niu'er adalah seorang putri dari Jenderal Jin, maka tidak di ragukan lagi jika dia di didik layaknya prajurit.
Namun, keduanya tidak tahu jika Niu'er hanyalah anak angkat, semua orang di berbagai kerajaan tidak mengetahui fakta tersebut.
Jin Tian juga tidak selalu mengumbar kehidupan keluarganya, terlebih Istrinya yang 14 tahun tidak bisa hamil hingga mereka mengambil Niu'er yang merupakan bayi yang mereka temukan dan menjadikannya pelayan, karena banyak pejabat pemerintah yang tidak menyetujui mereka mengangkat anak.
Kelompok tersebut ditambah sepasang kakak beradik menuju ibukota kerajaan Nancheng.
....
Sosok pria dengan topeng perak duduk dengan elegan di kursi tertinggi. Dia menatap tajam pada para bawahannya yang kini tengah berlutut.
"Apakah kalian telah menemukan informasi tentang keberadaan keponakanku?"
"Ya Yang Mulia, Nona muda kini berada di Kerajaan Nancheng bersama kakak perempuan angkatnya."
Senyum lembut terukir di bibir pria tersebut.
"Pastikan mereka tidak menemukan kecelakaan apapun. Juga, kirimkan surat keputusan pada Kaisar Nancheng untuk memperlakukan keduanya dengan baik."
"Ya Yang Mulia, bawahan juga membawa Informasi lain, bahwa tubuh kakak Anda di pemakaman khusus jenderal merupakan tubuh palsu dan itu bukan tubuh Putri Pertama."
Pria itu melirik bawahannya dengan dingin.
"Kau bisa pergi!"
Setelah memerintahkan para bawahannya pergi, pria itu tersenyum misterius, ada jejak kelicikan di kedua matanya.
"Little Lien, bahkan di usiamu yang 1 tahun kau telah memiliki kecerdasan, hingga membawa tubuh ibumu kedalam dimensi milikmu. Kita lihat seberapa kuat kau akan menjadi."
sosok itu teringat kejadian 2 tahun lalu, saat melihat batu jiwa sang kakak perlahan melemah, dia segera mendatangi Mu Xue, tapi saat sampai di sana, ia di kejutkan dengan Jin Lien yang membuat Niu'er linglung dan melambai hingga Mu Xue menghilang, dan digantikan dengan sosok palsu.
Dia kembali melihat batu jiwa Mu Xue yang perlahan meredup tampak mulai stabil, dan memandang Jin Lien dengan rumit, hingga dia sadar jika keponakan kecilnya adalah jenius tak terbantahkan, dan telah memiliki ruang dimensi pribadi, meski dia tidak tahu asal ruang itu, tapi setidaknya kakak perempuan satu-satunya tidak akan mati dan tetap aman.
Pria itu masih memiliki senyum misterius di bibirnya, topeng perak setengah wajah masih dengan apik terpasang di wajahnya.
"Ayah, paman Tian telah siuman." seorang bocah berumur 10 tahun berlari dengan semangat kearah pria bertopeng itu."
"Benarkah?"
"Tentu saja dan itu berkat aku."
"Putra ayah memang yang terbaik, bagaimana dengan kultivasi mu?"
"Ayah bisa tenang, aku tidak akan melupakan untuk berkultivasi."
"Ayo ayah! Ibu dan Meimei juga telah menunggu."
"Baik."
Sepasang ayah dan putra berjalan menuju bangunan di mana Jin Tian di rawat.
Saat itu sebelum eksekusi, Jin Tian disiksa oleh Kaisar. Tepat saat Kaisar ingin memenggalnya, pria bertopeng perak itu muncul menyelamatkan Jin Tian.
Jin Tian yang berada di ruangan asing menatap wanita luar biasa dengan gadis kecil yang tampak berusia 7 tahun.
"Di mana ini?"
Wanita itu masih tersenyum lembut memandang Jin Tian yang masih tampak kebingungan.
"Kakak Ipar, saat ini kau berada di Istana Bintangku." Jin Tian menoleh ke asal suara dan mendapati pria dengan topeng perak setengah wajah.
Jin Tian tampak bodoh dengan sebutan yang disematkan pria tersebut, dan lagi dirinya berada di Istana seseorang yang sangat bermartabat di daratan Lijing.
"Kakak Ipar?"
Pria itu tersenyum lembut dan membuka topengnya.
"Mu Xue Jie adalah kakak Perempuanku, secara alami kau adalah kakak ipar ku."
Jin Tian terkejut dengan mulut menganga, dia tidak pernah tahu, jika identitas istrinya akan demikian mulia ini.
"Maaf, aku tidak bisa menjaga Xue'er."
"Kakak Ipar, simpan rasa bersalah mu, karena Jiejie tidak meninggal dan hanya memulihkan dirinya di suatu tempat. Anda hanya perlu menunggu dirinya kembali, dan untuk Niu'er serta Lien'er, mereka berdua saat ini aman dan berada di Kerajaan Nancheng. Saat ini fokuslah untuk berkultivasi, sehingga di masa depan ketika anda bertemu mereka, mereka akan sangat bersyukur, dan jika keluarga telah berkumpul, kita akan kembali daratan atas daratan Jiangnan."
Istana bintang, berada di pulau melayang di kelilingi oleh pelindung kuat dengan energi Spiritual yang sangat pekat.
Pulau melayang adalah artefak surgawi milik Mu Jing Yu dan menjadikannya Istana bintang di daratan Lijing yang sangat di sembah oleh beberapa kerajaan di daratan Lijing.
Melihat wajah cemas Jin Tian, wanita lembut yang merupakan Istri Mu Jing Yu tersenyum lembut, tapi tidak bisa menyembunyikan kebanggaan di matanya.
"Kakak Tian, jika anda masih khawatir dengan mereka berdua. Anda bisa mengawasi mereka melalui ini." Bai Xun mengeluarkan cermin ilusi dan memberikannya pada Jin Tian.
"Paman, Biaojie dan Biaomei akan baik-baik saja." suara gadis kecil itu jernih dan berhasil menenangkan Jin Tian.
"Kakak Ipar, setelah Anda pulih, aku secara pribadi akan membimbing anda di jalan Kultivasi. Daratan Lijing ini terlalu miskin dan hanya sebatas membudidayakan energi internal dan bukan Qi."
Jin Tian tidak menjawab dan hanya tersenyum.
"Aku ingin beristirahat!"
Keluarga kecil itu memaklumi dan keluar dari kamar rawat Jin Tian.
Setelah keempat orang itu tidak terlihat, Jin Tian memasang pesona di sekitar kamarnya.
Perlahan wajah pria berumur 30 berubah menjadi pria yang berusia 20an.
"Kembali ke daratan Jiangnan? Setidaknya belum saatnya. Untuk saat ini, biarkan orang-orang munafik itu menikmati kehidupan mewah untuk sementara." seringai jahat tampak jelas di bibirnya.
Dia awalnya merupakan orang dari daratan Jiangnan, tapi harus turun ke daratan Lijing untuk bersembunyi, dan bertemu Mu Xue yang akhirnya dia tahu, jika Mu Xue juga berasal dari daratan Jiangnan dari mulut Mu Jing Yu.
Jin Tian kembali menutup mata dan mulai berkultivasi, energi spiritual di sini sangat membuatnya bernostalgia.
Setidaknya dia harus menjadi kuat, dan tidak lagi bersembunyi. Dia harus melindungi keluarga kecilnya.
...
Ruang belajar Kaisar.
Kaisar memandang orang yang berdiri di depannya dengan keringat dingin.
"Tolong terima keputusan!" meskipun Kaisar Nancheng tidak berlutut, tapi dia sedikit membungkuk.
Setelah memberikan surat tersebut, orang misterius segera menghilang. Kaisar Nancheng juga dengan cepat membaca isi surat tersebut, seketika ada jejak kegembiraan di wajahnya.
Keturunan sahabatnya yang ditemui saat muda masih hidup, dan saat ini sedang bersama pangeran ketiga menuju Ibukota Kekaisaran.
"Baiklah, aku akan memperlakukan mereka dengan baik seperti anak-anak perempuan ku sendiri."
....
ga bosen 👍👍👍
sehat kah? kok lama nggak update perjalanan terakhir
ayo lanjut...
kapan dilanjut perjalanan terakhirnya...
beda dari yang lain