Ella Dan Emma adalah anak kembar dari sepasang keluarga terpandang yaitu Arkatama. Banyak dari orang orang yang merasa iri dengan keluarga yang terlihat cemara itu, padahal nyatanya salah satu dari anak mereka selalu disiksa baik fisik maupun batinnya. Namun setelah jiwa asing masuk keraga Emma justru semuanya terbongkar satu persatu dan kemudian menjadi rebutan dua pria yaitu kakak beradik, yang manakah salah satu dari mereka yang membuat Emma luluh? Baca kelanjutannya yuk
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alizar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19
'Euw! Jangan mau berteman dengannya, dia sudah tidak peraw*n lagi'
'Menjijikkan sekali, ada ya orang begitu, padahal dia orang kaya tapi masih aja nggak cukup dengan harta yang dia punya'
'Manusia yang tidak pernah bersyukur memang seperti itu. '
'Anak durhaka'
'Berapa 1 jam neng, boleh kali'
'Fiwiit! Pengen dong digoyang'
'Main sama gue yok, punya gue masih kencang dan nggak keriput. Dari pada sama om om'
Dan masih banyak lagi cemoohan para purid yang tertuju pada Ella. Pagi ini tak seperti biasanya yang dimana Ella selalu jalan dengan penuh percaya diri, kini hanya berjalan menundukkan kepala karena malu.
Ia malu karena pagi ini dia mulai menjadi bulan bulanan seluruh murid. Apalagi masalah nya jika bukan karena kejadian semalam.
"Diam kalian semuaa! Gue muak dengarnya! " Teriak Ella kesal bukan main dengan tangan yang menutup telinga
"Sayangnya kami nggak bisa diam, jalang! Padahal orang kaya tapi masih aja cari uang tambahan dengan cara kayaK gitu. Dasar nggak tahu malu, "
Huuuuuuu!!!
"Sialan! " Ucap Ella kemudian berjalan dengan cepat menuju kelasnya.
Telinganya sudah panas mendengar sorak sorakan para murid yang terus saja meledek dirinya.
***
Di tempat lain, di salah satu gedung perusahaan ada seorang pria yang tengah sibuk dengan berkas berkas pekerjaan nya. Sedari tadi ia sibuk memeriksa berkas tersebut hingga membuat nya terus menerus menghembus nafas dengan kasar.
Ia sebagai CEO di sana membuat nya harus bekerja dengan lebih teliti mengingat tanggung jawab yang harus ia pegang teguh.
Tok!
Tok!
Tok!
"Masuk! " Terdengar titah dari dalam membuat si pengetuk pintu membukanya dan masuk.
"Permisi, tuan. Saya ingin memberikan info yang kemarin tuan minta, " Ujarnya seraya menyerahkan satu lembar kertas
"Hmm, sini. " Ucapnya menerima kertas tersebut kemudian membaca nya dengan teliti
Alisnya bertaut ketika membaca isi dari kertas tersebut. "Hanya ini? Apa kau sudah yakin? " Tanya nya kepada sang asisten
Sang asisten mengangguk mantap. "Sudah tuan, hanya itu yang saya temukan. Tidak ada informasi khusus lainnya tuan, " Jawabnya tenang
Si pria yang dipanggil tuan itu terdiam dengan mata yang fokus pada satu lembar kertas ditangan nya. 'Emma Arkatama, yang dulunya gadis kutu buku kini berubah semenjak tragedi pembullyan di toilet yang ia alami? Kenapa aku merasa ada yang janggal dengan perubahan nya yang tiba tiba itu? ' batin pria itu dengan alis yang bertaut
Sang asisten yang melihat tuannya terdian dengan ekspresi yang ber ubah ubah pun bersuara" Maaf tuan, apa anda merasa ada yang aneh dengan laporan itu? "Tanya nya
" Kau juga merasakan nya? "Jawab pria itu
Sang asisten itu menggeleng " Saya rasa tidak ada yang aneh tuan. Menurut saya perubahan itu hal yang wajar mengingat selama ini ia selalu dibully. Bisa saja ia merasa lelah dan mulai berani menunjukan diri, orang gila mana yang tahan dengan bully-an yang ia dapatkan setiap harinya tuan? bahkan jika itu orang gila pun pasti akan melawan siapa saja yang berani mengganggunya. "Jawab sang asisten memberikan pendapatnya
Bahkan jika ia yang berada diposisi itu pasti akan melakukan hal yang sama, yaitu berubah dan melawan balik orang yang telah membully nya.
"Kau benar, aku pun jika berada diposisi yang seperti itu pasti akan melawan, " Jawab sang tuan setuju
"Baiklah, kau bisa kembali ke meja mu. " Lanjutnya kembali
"Baik tuan, saya permisi. " Sang asisten pun beranjak dari tempat nya dan keluar dari ruangan tersebut meninggalkan si pria itu dengan pikiran nya
"Apa yang dikatakan oleh Matteo benar, aku pun jika berada diposisi nya akan melakukan hal yang sama. Tapi jika dia berani menantang orang seperti itu, kenapa tidak sedari dulu saja ia lakukan? Kenapa justru dia malah terlihat pasrah dan berujung masuk rumah sakit. "Ucapnya lagi terheran
Semenjak kejadian dipesta semalam membuatnya terus mengingat kejadian itu hingga tidak tidur sepanjang malam. Dari beberapa potong video dimalam itu, tak membuat nya puas hingga akhirnya memilih untuk mencari tau lebih lanjut, namun justru info yang ia dapatkan hanya itu seolah olah ada sesuatu yang belum diketahui entah apa itu ia sendiri juga bingung.
"Sepertinya aku harus datang ke tempat dia bekerja, gadis kecil ini benar benar membuat ku terus memikirkan nya. " Ujarnya seraya tersenyum sendiri
Ia mengakui jika selama ini ia tidak tertarik sama sekali oleh para gadis, karena menurut nya para gadis itu membosankan dan juga terlalu cerewet. Tapi bocah SMA ini justru berbeda dari yang lain. Buktinya bisa membuat dirinya yang tidak tertarik dengan seorang wanita kini justru terus memikirkan dirinya.
Sikap anggun, cuek dan tenang gadis itu sungguh mengusik dirinya. Persetan dengan adiknya yang mengatakan jika perempuan itu adalah miliknya.
Selagi janur belum melengkung gadis itu bukan lah milik siapa siapa, ia masih memiliki kesempatan untuk mendekati gadis itu dan menjadikannya miliknya seutuhnya, oh memikirkan itu saja sudah membuat dia seperti orang gila yang terus tersenyum tanpa henti.
"Maafkan aku Alkairo, kita memang kakak adik. Tapi untuk urusan ini, mari bersaing! " Ucapnya tersenyum smirk
***
Haacih!
"Kenapa tiba tiba bersin? " Ucap Alkairo pada dirinya sendiri dengan alis bertaut
Ceklek!
"Diem aja dikamar bro, nggak ikutan gabung di bawah? " Tanya Samudra pada Alkairo
"Bahas? " Tanyanya singkat
Untung Samudra paham dan dengan segera menjawab "kayanya sih, perihal balapan lagi. Anak anak pada mau bahas pas ada lo. Katanya biar lo tau juga, " Ucap Samudra duduk di sisi ranjang
Mereka saat ini tengah berkumpul di basecamp, kegiatan rutin yang selalu mereka lakukan setiap kali pulang sekolah. Oh iya, hari ini mereka full masuk sekolah tanpa bolos sedikitpun. Ide siapa itu? Tentu saja ide si ketua mereka, Alkairo.
Awalnya mereka heran karena tumben sekali Alkairo menjadi anak yang rajin dan baik. Biasanya jika sudah masuk sekolah maka orang pertama yang mengajak bolos sudah pasti dia.
Sebenarnya ada sisi senang nya juga ketika mereka hari ini melakukan hal normal seperti yang lainnya, yaitu bangun pagi dan berangkat sekolah. Ya itung itung otak mereka pintar sedikitlah. Berbeda dengan Alkairo yang memang sudah terlahir dengan otak jenius tanpa bersekolah pun pria itu sudah pintar jadi melihat Alkairo menjadi anak baik membuat mereka heran sekaligus senang sedikit, ingat hanya sedikit dan lebih cenderung ke rasa heran sih.
Padahal Alkairo sendiri menjadi rajin hari ini tentu saja karena alasan lain, siapa lagi jika bukan Emma penyebabnya. Para inti Beaver sempat bertanya alasan nya apa tapi Alkairo memilih cuek dan hanya menjawab "hanya ingin, " Padahal aslinya ia gengsi untuk berkata jujur
Namun sialnya justru yang ditunggu tunggu tidak masuk sekolah. Padahal hari ini ia sudah berniat untuk memulai mendekati Emma.
"Oh, oke. " Jawab Alkairo kemudian keluar dari kamar disusul oleh Samudra dibelakang nya.
***
Tok!
Tok!
Tok!
Ceklek!
"Anda memanggilku? " Tanya Emma kepada Gustaf
Gustaf yang berada di ruang kerjanya menghela nafas. "Ya, masuklah nak. " Jawabnya
Emma masuk dan berjalan menuju dimana Gustaf berada, ia duduk tepat dihadapan Gustaf. Sorot matanya datar tanpa emosi terlihat tenang namun terlihat juga didalam sana ada sesuatu yang tengah Emma rasakan.
Gustaf dapat melihat dari bola mata nya yang bergerak ketika ia bersitatap, dan Emma menyadari hal itu mungkin saja itu adalah reaksi tubuhnya mengingat jika Emma asli begitu menyayangi pria yang berada dihadapan nya saat ini. "Ada perlu apa anda memanggil saya, " Ucap Emma membuka suaranya
Jujur saja, Emma merasa mulai jengah terlalu lama berada satu ruangan dengan Gustaf. Tidak! Emma A. K. A. Hanna tidak membenci Gustaf, ia hanya hilang rispek kepada Gustaf mengingat semua kejadian yang menimpa Emma asli.
Karena Gustaf yang gila kerja terus menerus tanpa henti ia sampai melupakan jika ada istri dan anaknya yang butuh perhatian serta kasih sayang darinya juga. Bukankah alasan Laras berselingkuh karena kekurangan kasih sayang dari sang suami? Lalu pergaulan bebas Ella yang juga haus akan kasih sayang. Ella melakukan hal menjijikkan seperti itu bukan hanya uang semata, melainkan ia mendapatkan perhatian dari pria tua yang memanjakan dirinya layaknya seorang anak. Membelikan apapun yang dia inginkan dengan menggantikan tubuhnya sebagai bahan nafsu, yang tentunya semua perlakuan buruk mereka selama ini ditutup dengan rapi oleh orang kepercayaan Laras.
Sedangkan Emma? Ia terlantar karena sang ibu justru lebih sibuk dengan urusan dunianya sendiri, dan lebih percaya perkataan Ella ditambah lagi kejadian dimasa lalu yang membuat Laras buta akan segalanya dan menyalahkan Emma atas apa yang telah terjadi.
Sementara Gustaf yang gila kerja itu tak tau menau soal semua yang sudah terjadi. Baginya dengan transferan uang yang ia kirim ke rek sang istri semua sudah cukup tanpa tau jika apa yang ia lakukan itu justru membuat boomerang sendiri untuk nya.
Emma A. K. A Hanna begitu miris dengan kehidupan Emma asli. Orang tuanya jika sama sibuknya hanya saja yang membedakan nya Andre Dan Liora selalu menyempatkan waktu untuk quality time kepada keluarga nya.
"Huft, Emma. Bisakah kamu berhenti memanggil papa dengan kalimat 'anda'? Ini papa nak, tidak perlu berbicara formal seperti itu. " Lirih Gustaf menatap Emma dengan pandangan nanar
Emma masih dengan ekspresi datar namun tenang. "Jangan terlalu basa basi, katakan ada perlu apa anda memanggil saya. " Jawab Emma tenang
Lagi. Gustaf lagi lagi menghela nafas dengan kasar melihat perubahan sang anak. Entah kesalahan yang mana yang sudah ia perbuat hingga sang anak bersikap acuh tak acuh seperti ini padanya. Apakah karena semuanya? Tapi bukankah dirinya sudah meminta maaf kemarin malam? 'Ah bodoh! Kau sungguh bodoh sekali Gustaf. Permintaan maaf saja tentu tidak akan cukup bukan? Lalu apa yang harus aku lakukan agar putriku mau memaafkan semua kesalahan ku, 'batin Gustaf melamun
"Jika tidak ada yang ingin anda bicarakan, saya permisi. Saya harus mengerjakan tugas sekolah. " Ucap Emma bangkit dari duduknya
Gustaf yang tengah melamun pun tersadar. "Eh maaf nak, sebentar. Maafin papa yang sudah melamun. Duduklah sebentar nak, "ucap Gustaf tersadar
Emma memutar bola matanya dengan jengah, ia pun kembali duduk dan menatap malas ke arah Gustaf. " Maafkan papa nak, papa tau karena kesibukan papa yang gila kerja papa jadi lupa sama kalian. Papa kira dengan uang yang selalu papa kirim itu sudah lebih dari cukup. Tapi ternyata tidak, ada kalian yang sudah papa terlantarkan, ada kalian yang papa abaikan hingga membuat kalian seperti ini. Terlebih kamu Emma, kamu harus bekerja part time demi biaya sekolah yang seharusnya itu adalah tugas papa untuk memenuhi nya. Maafin papa hiks! Papa salah nak, papa mohon maafin papa, jangan perlakukan papa seperti ini, tolong nak. Maafin papa, apapun akan papa lakukan agar kamu mau memaafkan papa. "Ucap Gustaf dengan air mata jatuh berderai
Untuk pertama kalinya ia menangis seperti ini. Biasanya ia akan selalu bersikap tegas dan selalu percaya diri. Tapi untuk kali ini ia justru lemah dan menangis dihadapan putrinya sendiri.
Emma yang melihat itu jujur merasa tak tega, ia kasihan dengan Gustaf yang memohon seperti ini. Emma rasa sudah cukup untuk nya bersikap cuek seperti ini. Toh Gustaf sudah merasa begitu bersalah! Baiklah Emma mengalah "baiklah. Saya hmm, Emma akan memaafkan papa dengan catatan papa harus berubah. Jangan menjadi seorang ayah terus bekerja hingga lupa keluarga. Ada aku, bukan hanya aku saja. Ada Ella juga yang harus papa perhatikan. Lihatlah kondisi Ella sekarang pa, bimbing dia agar kembali menjadi gadis yang baik dan patuh. Jangan biarkan dia salah jalan lagi. "Ucap Emma panjang lebar.
'Huh! Baru ini gue ngomong panjang lebar, sampe sakit rahang gue. Biasanya banyak juga sih, tapi nggak panjang begini. 'Batin Emma bermonolog
Gustaf yang semula menunduk, perlahan mengangkat kepalanya dan menatap Emma dengan lekat. Dirinya tidak salah dengarkan? Emma nya, putrinya mau memaafkan nya. Gustaf bangkit dari duduknya lalu memeluk Emma dengan sayang.
"Makasih nak, makasih sudah mau memaafkan papa. Papa janji akan berubah, papa akan selalu berada di sisi kalian dan papa juga janji untuk membimbing adik kamu agar kembali menjadi gadis baik dan patuh. " Ucap Gustaf begitu senang
Emma membalas pelukan Gustaf dan tersenyum tipis, sangat tipis sekali. Ia tak menyangka hanya dengan kata maaf yang keluar dari mulutnya membuat Gustaf senang seperti ini. 'Gue akan jaga bokap lo Emma. Meskipun dia bukan bokap kandung gue, setidaknya dengan lo ngasih raga lo ke gue berarti gue juga mengangap bokap lo bokap gue juga kan? Mulai sekarang gue bakal menyayangi bokap lo sama seperti lo sayang dengannya dulu. ' batin Emma bermonolog