NovelToon NovelToon
Dengki

Dengki

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Balas Dendam / Lari dari Pernikahan / Konglomerat berpura-pura miskin / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:26.1k
Nilai: 5
Nama Author: Yenny Een

Siapa yang tidak menginginkan harta berlimpah. Segala keinginan dapat diraih dengan mudah. Tak heran banyak orang berfoya-foya dengan harta.

Berbeda dengan keluarga Cherika. Mereka menggunakan hartanya untuk menolong sesama dan keluarga.

Tapi tidak disangka, karena harta lah Cherika kehilangan harta keluarganya. Orang tuanya menghilang sejak mendapatkan kecelakaan. Hanya Cherika yang selamat.

Cherika kemudian tinggal bersama saudara ibunya. Dan tanpa sengaja, Cherika mendengar penyebab tentang kecelakaan orang tuanya.

Kabar apakah itu?

Ikuti jalan ceritanya !

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1 Musibah

🌑 Beberapa tahun yang lalu.

Cherika Nayyara, anak tunggal dari ibu yang bernama Tamara Salma dan ayah yang bernama Arvin Ashar Mufid. Keluarga mereka terkenal ramah, sangat peduli terhadap sesama. Cherika dididik tidak sombong walaupun hidup berkecukupan

Arvin mempunyai usaha konveksi dan Tamara mempunyai toko karpet yang besar pada masa itu. Bisa dibilang keluarga Cheri keluarga kaya. Arvin dan Tamara tidak pelit kepada keluarga. Mereka selalu saja membantu perekonomian keluarga mereka dengan cara memperkerjakan anggota keluarga.

Arvin mengajak keluarganya bekerja di konveksinya, Tamara juga begitu. Tapi, ketika Cherika beranjak remaja, usaha Arvin maupun Tamara mengalami kemunduran. Pelanggan Arvin yang biasa memesan seragam kantor di tempatnya berpindah ke konveksi lain.

Toko karpet Tamara yang setiap hari padat pembeli, membayar gaji karyawan saja tidak mampu. Ada yang mencuri uang toko. Tamara sempat menanyakan kepada keluarganya. Bukannya mendapat jawaban, semua keluarga Tamara yang bekerja di sana merasa tersinggung, marah dan memutuskan keluar dari toko Tamara.

Semakin hari, penjualan toko Tamara semakin sepi. Karyawan Tamara yang masih setia bersamanya adalah Iwan dan Budi yang bukan anggota keluarganya. Iwan dan Budi memberanikan diri untuk memberitahu sesuatu.

"Maaf Bu, uang hasil penjualan barang, selama ini disimpan Bu Susi," kata Iwan.

"Ada beberapa barang yang diambil Bu Susi di gudang. Sewaktu ditanya, Bu Susi marah dan mengancam akan memecat kami," tambah Budi.

Betapa terkejutnya Tamara mendengar pengaduan dari Budi dan Iwan. Mereka juga membawa Tamara ke dalam gudang. Karpet-karpet model terbaru banyak diambil Susi dan dijual di luar toko.

Susi sebelumnya saudara Tamara yang paling pengertian, baik. Susi selalu membantu Tamara. Semenjak orang tua mereka meninggal, Susi yang membiayai sekolah Tamara.

Dan kemalangan menimpa Susi. Suaminya dipecat bekerja. Kesulitan ekonomi dialami Susi. Dan sekarang Tamara yang membantu perekonomian Susi. Ternyata sifat Susi berubah.

Tamara menyesal selama ini menuruti perintah Susi kakak kandungnya untuk tidak memasang CCTV di dalam toko dan di dalam gudang. Dengan alasan, sama saja Tamara tidak percaya dengan keluarga sendiri. Karena yang bekerja di toko, Susi dan beberapa sepupu mereka.

Tamara dengan motornya langsung pergi ke rumah Susi. Sesampainya di sana, Susi dan beberapa orang sepupu menyambutnya. Mereka beranggapan, Tamara akan meminta maaf dan mengajak mereka untuk kembali bekerja di tokonya.

Dengan sopan dan penuh hati-hati Tamara menanyakan uang penjualan karpet kepada Susi. Tamara ingin membayar gaji karyawan.

"Tolong Mba, kasian mereka belum gajian," ucap Tamara.

"Kamu, menuduh Mba ngambil uang! Dasar kamu ya! Mentang-mentang kaya!"

"Mba, tolong. Bukannya selama aku gak ada, Mba yang menghandle keuangan toko."

Sepupu-sepupu Tamara saling berpandangan. Mereka sama sekali tidak mengetahui, Susi juga memegang keuangan toko. Mereka pernah meminjam uang tapi tidak pernah diberikan Susi.

"Mba Tamara, maaf lho ya. Kami sudah tiga bulan belum digaji," Uci mengatupkan kedua tangannya.

Sepupu-sepupu Tamara yang lain juga mengatupkan kedua tangannya. Mereka ingin menagih langsung kepada Tamara tapi selalu saja dihalangi oleh Susi.

"Kok bisa? Semua gaji kalian sudah saya bayar. Waktu itu Mba Susi sendiri yang meminta. Dan untuk bulan ini, mohon maaf agak terlambat karena uang penjualan di tangan Mba Susi," Tamara juga mengatupkan kedua tangannya meminta pengertian dari sepupunya.

"Benarkah? Mba Susi bilang, Mba Tamara dalam kesulitan uang. Mba Tamara terlilit hutang," kata Uci.

"Semua itu bohong. Gaji kalian sudah aku bayar. Semua ada bukti transaksinya. Mba Susi, aku gak mau tau. Cepat bayar gaji mereka!" Tamara dengan cepat meninggalkan rumah Susi.

Uci dan tiga orang sepupunya meminta Susi membayar gaji mereka. Terdengar suara kegaduhan di dalam rumah. Susi tetap bersikeras tidak ingin membayar gaji sepupunya. Mereka harus minta kepada Tamara.

Tamara melajukan motornya ke tempat konveksi suaminya. Tamara mengadu keluh kesahnya. Tamara sama sekali tidak pernah menyangka, Susi tega berbuat curang. Arvin menenangkan Tamara.

"Sayang, sabar. Mungkin ini cobaan bagi kita. Coba lihat, usahaku juga lagi sepi," Arvin memegang jemari Tamara.

Di saat itu, Cherika berlari masuk ke dalam toko Arvin. Cherika menangis, sewaktu di sekolah, Laudya anak dari Tante Susi menyebar isu bahwa toko Tamara terlilit hutang. Tamara tidak pernah lagi menggaji karyawannya. Toko Tamara hampir bangkrut.

"Laudya ngomong begitu?" Tamara tidak percaya.

"Dia bilang, Tante Susi yang membayar gaji karyawan karena karyawan yang bekerja di toko kita sebagian adalah keluarga. Tante Susi menjual semua perhiasannya demi membayar gaji karyawan. Laudya juga bilang, Mama sombong, demi gaya hidup melupakan gaji karyawan."

Tamara memegang dadanya yang tiba-tiba sakit. Sakit hati Tamara mendengar itu semua. Ternyata kebaikannya selama ini tidak dihargai Susi. Laudya juga memfitnah dirinya.

"Cheri, semua itu tidak benar. Beberapa minggu terakhir, penjualan Mama sepi dan uang hasil penjualan karpet, raib entah ke mana. Oleh karena itu, bulan ini Mama belum bisa membayar gaji karyawan. Papa akan menjual emas untuk membantu Mama."

Telepon Tamara berbunyi. Tamara mendapatkan kabar dari Iwan, toko karpet Tamara terbakar. Arvin, Tamara dan Cherika masuk ke dalam mobil. Arvin segera menuju toko Tamara.

Raungan sirine memecah jalan raya. Mobil pemadam kebakaran melewati jalan. Beberapa petugas pemadam kebakaran menjulurkan kepala mereka sambil berteriak meminta pengendara kendaraan memberikan jalan.

Arvin menginjak gas mengikuti mobil pemadam kebakaran. Satu persatu pengendara jalan membuka jalan. Terlihat kobaran api dan asap hitam dari kejauhan. Tamara menangis histeris.

"Oh tidak," Tamara merasakan seluruh tubuhnya lemas.

Arvin terus melaju di belakang mobil pemadam kebakaran. Mereka tiba di lokasi kejadian. Arvin sengaja memarkirkan mobilnya sedikit menjauh karena jalanan penuh sesak mobil pemadam.

Arvin, Tamara, Cherika berlari masuk menerobos kerumunan. Mereka dihalangi petugas kepolisian dan juga pemadam kebakaran.

"Toko kami terbakar Pak!" Teriak Arvin.

"Serahkan semuanya kepada kami Pak," kata Petugas pemadam kebakaran.

Arvin, Tamara dan Cherika memandangi toko mereka yang hangus terbakar api. Kobaran api semakin besar. Terdengar suara ledakan kecil di dalam toko.

"Bos, bos!" Budi dan Iwan terengah-engah menghampiri Tamara.

"Maaf Bos, hanya ini yang bisa saya selamatkan," Budi memberikan kotak besi kepada Tamara.

"Maaf Pak Arvin, semua habis terbakar. Api dengan cepat menjalar dan berkobar. Saya sempat melihat seseorang berlari di belakang gudang. Ketika saya kejar, api sudah membakar toko," lapor Iwan.

Pemadam kebakaran terus berjuang menaklukkan si jago merah. Hampir satu jam lamanya, perjuangan memadamkan kobaran api akhirnya berhasil. Toko dan gudang Tamara habis terbakar. Kerugian berkisar milyaran. Arvin dan Tamara duduk terdiam, menangisi usaha mereka yang dalam sekejap ludes dimakan api.

"Dek, Arvin apa yang terjadi! Astaghfirullah!" Susi dan suaminya tiba-tiba ada di lokasi kebakaran.

Susi memeluk Tamara dan menenangkannya. Susi juga menangis histeris ketika melihat toko Tamara hancur menjadi arang.

Telepon Arvin berdering. Musibah kembali terjadi. Arvin mendapatkan telepon dari tetangga sebelah rumahnya. Rumah Arvin dirampok dan dibakar.

"Sayang, rumah kita dirampok dan dibakar," Arvin dengan nada yang bergetar memberitahu Tamara.

"APAAAAAAAAAAA!"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
Mauk
😭
Mauk
Laudya blm move on
Al!f
😱😱😱😱😱😱
Fang
Tunangan gadungan 🤣
Al!f
🤣🤣🤣🤣
Al!f
Pasti Nyai lagi
Fang
Anak haram ?
Al!f
ngaku² tunangan , pdhl bukan
Al!f
cemburu
Fang
😍
Fang
Kasian Abang bakso
Al!f
Laudya terhindar dari bencana 🤭
Al!f
😭😭😭😭😭😭
Mauk
Dhika kumat
Mauk
Kalo ada CCTV dlm toilet bahaya
Mauk
Balas dendam di mulai
Mauk
Waaaaaw🤭
Tuti
Dijinakkin pake black magic 🤭
Baby
Syukur in
Al!f
😱😱😱😱
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!