Bagi Fahreza Amry, hinaan dan cemoohan ayah mertuanya, menjadi cambuk baginya untuk lebih semangat lagi membahagiakan keluarga kecilnya. Karena itulah ia rela pergi merantau, agar bisa memiliki penghasilan yang lebih baik lagi.
Namun, pengorbanan Reza justru tak menuai hasil membahagiakan sesuai angan-angan, karena Rinjani justru sengaja bermain api di belakangnya.
Rinjani dengan tega mengajukan gugatan perceraian tanpa alasan yang jelas.
Apakah Reza akan menerima keputusan Rinjani begitu saja?
Atau di tengah perjalanannya mencari nafkah, Reza justru bertemu dengan sosok wanita yang pernah ia idamkan saat remaja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1. Kegelisahan Reza
"Kamu itu ayah sekolahkan tinggi-tinggi buat apa!" kata seorang pria paruh baya dengan suara yang sangat keras pada putrinya. "Tentu bukan untuk menjadi istri laki-laki tak berguna macam si Reza itu."
Sang putri yang bernama Rinjani itu hanya bisa menundukkan kepala. Ayahnya marah besar karena malam ini ia datang ke rumah orangtuanya untuk meminjam uang.
Sudah beberapa hari ini, Reza-suami Rinjani menganggur setelah terkena PHK dari pekerjaan sebelumnya sebagai karyawan pabrik.
"Nih, uangnya!" kata Pak Bondan ketus sambil melempar uang itu ke hadapan anak perempuannya.
Beberapa lembar uang itu berhamburan di udara dan jatuh berserakan di lantai serta kaki Rinjani. Melihat itu Rinjani lekas memungut semuanya. Sekali lagi ia menundukkan kepala dan berterima kasih pada sang ayah.
"Terima kasih, Pak. Mas Reza janji akan mengembalikan secepatnya," ujar Rinjani.
"Heleh, janji-janji. Dasar mantu tidak berguna. Lebih baik kamu ceraikan saja dia dan menikah dengan pria yang jauh lebih mapan."
Deg
Rinjani terkejut bukan main saat mendengar ucapan sang ayah yang memintanya berpisah dengan suami yang sangat dicintainya.
"Tapi...Jani masih mencintai Mas Reza, Pak. Lagipula kami juga sudah punya Dhea," sahut Rinjani.
"Memangnya ber-rumah tangga cukup hanya dengan makan cinta, hahhh! Pikir pakai otak kamu itu-- jangan bodoh jadi perempuan. Apalagi kalian sudah punya anak---butuh biaya, bukan cuma makan tapi juga biaya pendidikan anak-anakmu nantinya." tegas Pak Bondan dengan lantang.
"Mas Reza lagi usaha buat nyari pekerjaan yang lebih baik kok, Pak," ucap Rinjani membela suaminya.
"Kerja yang lebih baik apa'an! Sekolah saja enggak, paling juga jadi buruh kasar lagi," tukas Pak Bondan.
"Suami seperti itu masih saja dipertahankan," lanjutnya menggerutu dengan wajah sinis.
Ucapan itu terdengar begitu pedas, menusuk hingga ke relung hatinya yang terdalam. Terutama bagi seseorang yang saat ini berdiri di balik pintu.
Reza tertegun. Tubuhnya bahkan menegang. Niatnya hanya ingin menyusul sang istri. Namun, langkahnya tertahan ketika akan masuk ke dalam rumah mertua dan mendengar semua ucapan ayah mertuanya.
*
*
*
"Huft..." Reza menghela napas panjang, sambil menengadahkan wajahnya. Beberapa kali ia mengerjapkan mata. Kenangan masa lalu itu begitu lekat terekam dalam ingatan. Ucapan yang menyakitkan sekaligus menjadi alasan kuat bagi Reza hingga kini dirinya berada di perantauan jauh dari anak dan istrinya.
Fahreza Amry atau biasa disapa Reza, memang tengah merantau di Kalimantan. Sudah hampir setahun ini dia bekerja di perkebunan kelapa sawit guna mencari nafkah demi kehidupan yang lebih baik bagi anak dan istri tercinta.
Di sana Reza tinggal di mess bersama para pekerja yang lain. Hari-harinya diisi dengan rutinitas seperti biasa, bangun pagi, sarapan, dan berangkat bekerja. Dia bekerja selama beberapa jam, bahkan sering meminta lembur agar mendapatkan uang tambahan. Dan dengan uang itu, Reza bisa mengirimkan uang lebih pada Rinjani.
Tidak masalah jika berpisah sementara, tidak apa-apa juga jika dirinya sendiri harus berhemat. Yang penting kebutuhan anak dan istri tercukupi, dan demi kehidupan yang lebih baik. Reza ingin mewujudkan impian Rinjani untuk memiliki rumah yang indah juga kendaraan roda empat.
Meskipun Reza tidak bisa memungkiri bahwa jauh dari keluarga, membuatnya sering kali merasa kesepian dan selalu dilanda kerinduan. Reza selalu berusaha untuk tetap terhubung dengan anak dan istrinya. Dia merindukan kehangatan dan kebersamaan dengan keluarganya.
Untuk itu, dia sering menelepon Rinjani dan anaknya, guna mengusir rasa kesepiannya serta mengobati kerinduannya. Reza bahkan mengirimkan foto serta video tentang kehidupannya di rantau orang.
Namun, akhir-akhir ini ketika Reza menelpon Rinjani, dia mulai merasa ada sesuatu yang tidak beres. Seperti sekarang, sudah berulang kali Reza menghubungi istrinya, tetapi panggilannya tidak kunjung diterima.
Reza kembali melirik ponselnya. "Mungkin dia lagi tidur," gumamnya menghibur diri sendiri. Ia lalu mengetik pesan singkat, berharap sang istri akan membalasnya nanti.
["Sayang, aku rindu. Bagaimana kabarmu dan Dhea"]
Reza pun melanjutkan kembali pekerjaannya dan akan menghubungi Rinjani lagi nanti.
Malam harinya sepulang kerja, Reza mencoba menghubungi Rinjani lagi dan terhubung.
"Hallo, Sayang. Semalam aku menelponmu tapi tidak kamu angkat. Apa kamu baik-baik saja?" tanya Reza dengan khawatir.
"Maaf, Mas. Aku sedang tidak enak badan, makanya tidur lebih cepat. Uhuk...uhuk..." jawab Rinjani dari seberang telepon. Suara Rinjani terdengar pelan, tidak seperti biasanya.
"Sayang, apa kamu sakit? Suaramu terdengar berbeda?" tanya Reza lagi.
"Hanya batuk sedikit, kok. Nggak usah khawatir gitu, aku bisa menjaga diriku sendiri. Sudah ya, Mas. Kepalaku sedikit pusing, aku mau lanjut istirahat," kata Rinjani langsung memutus sambungan teleponnya.
"Aneh," gumam Reza dengan dahi berkerut. "Rinjani seperti menghindariku?" tanyanya semakin heran pada diri sendiri seraya menatap telepon yang sambungannya sudah diputuskan oleh sang istri.
Reza mencoba untuk berpikir positif dan tidak memikirkan hal itu, tetapi dia tidak bisa menghilangkan perasaan curiga yang mulai merasuki pikirannya.
Reza merasa bahwa Rinjani seolah sedang menyembunyikan sesuatu darinya, tetapi dia tidak tahu apa.
Reza tidak bisa tidur malam itu. Dia terus memikirkan tentang Rinjani dan apa yang mungkin terjadi. Dia berpikir-- mungkin saja istrinya itu sedang mengalami kesulitan atau memiliki masalah yang tidak bisa dia selesaikan sendiri.
Keesokan harinya, Reza memutuskan untuk menghubungi saudara Rinjani, yaitu Rani, untuk bertanya tentang keadaan Rinjani.
"Hallo, Za. Ada apa, ya? Tumben telepon?" tanya Rani.
"Aku mau tanya keadaan Jani, Ran. Apa keadaannya sudah membaik? Soalnya aku telepon semalam dia bilang kurang enak badan," kata Reza.
"Ah... iya. Tapi sudah baikan, kok. Sudah dikerik dan minum obat. Kamu tidak usah khawatir." Rani meyakinkan.
"Oh, ya, Ran. Apa kamu tahu-- mungkin Rinjani punya masalah atau mengalami kesulitan?"
"Maaf ya, Za. Kalau soal itu aku kurang tahu,"
"Ya sudah...terima kasih ya, Ran." Reza langsung memutus panggilan teleponnya.
Reza semakin didera rasa curiga. Rani juga sepertinya menutupi sesuatu darinya.
Reza memutuskan untuk menghubungi Dimas-temannya yang merupakan tetangga di kampung-- untuk meminta bantuan. Dimas pun setuju untuk menyelidiki Rinjani dan memberikan laporan kepada Reza.
Beberapa hari kemudian, Dimas menghubungi Reza dan memberikan laporan yang mengejutkan.
"Hallo, Za. Beberapa hari yang lalu, aku melihat istrimu bersama dengan pria lain di tempat wisata, dan sepertinya dia bukan warga kampung kita," tutur Dimas.
Duuaarrr!!!
Reza merasa seakan tersambar oleh petir di siang bolong. Dia tidak percaya sang istri bisa melakukan hal seperti itu. Namun, dia kembali bertanya untuk meyakinkan bahwa pendengarannya tidak salah.
"Apa kamu yakin, Dim? Atau mungkin orang yang mirip?"
"Oh iya... sebentar. Aku kirim foto juga video mereka yang sempat aku rekam," kata Dimas.
Ting
Begitu pesan masuk, Reza segera membuka video itu. Dia diam terpaku, tubuhnya menegang seketika dengan rahang yang mengeras. Namun kemudian matanya menyipit tajam saat mengetahui siapa pria itu. "Tidak mungkin kan, mereka tega...?
...----------------...
Gagal... Coba lagi, usaha lagi sampai mencapai retensi. Tetap semangat jangan menyerah. Tapi kalau masih gagal lagi terpaksa hapus lapak seperti sebelumnya.
Mohon kerja sama dan dukungannya ya, gaes🙏 Tolong jangan skip atau lompat bab dalam membaca cerita ini.
Bagi kami author amatir yang hanya memiliki segelintir pembaca setia, kami hanya mengandalkan pembaca yang bersedia mampir agar tetap semangat melanjutkan cerita.
Terima kasih 🫰🫶
masih mending Sean berduit, lha Farhan?? modal kolorijo 🤢
Siapa yg telpon, ibunya Farhan, Rinjani atau wanita lain lagi ?
Awas aja kalau salah lagi nih/Facepalm/
maap ya ibuu🙈🙈
Rinjani....kamu itu hanya dimanfaatkan Farhan. membuang Reza demi Farhan dan ternyata Farhan sudah mencari mangsa yang lain😂