Lanjutan If I Met You First...
- Jessica adalah seorang sarjana sejarah dan harus bekerja di museum New York di bulan Desember dimana semua orang antusias dengan natal. Kedatangan Nick yang seorang pemilik restauran halal untuk menumpang di museum karena lebatnya salju, membuat keduanya menghabiskan malam itu sambil melihat-lihat museum. Hingga Jessica harus mencari artifak yang hilang dan Nick membantunya. Lama-lama keduanya pun jatuh cinta.
- Joy bekerja sebagai konsultan finance ketika hendak ke Washington DC, terjebak dengan salju dan terpaksa tinggal di kota kecil bernama Crystal Valley. Disana joy bertemu dengan Ben, seorang pemilik rumah sakit kecil dan juga toko roti di kota itu. Joy yang tidak bisa kemana-mana, mau tidak mau membantu Ben membuat cookies untuk Natal. Ben pun semakin tertarik dengan Joy tapi saat gadis itu harus kembali ke Washington DC, Ben bisa melihat bahwa dirinya tidak pantas dengan gadis kota yang kaya raya seperti Joy.
7th generation of klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jessica O'Grady
American Museum Of Natural History, 22 Desember
"Jessica! Jess!" panggil seorang gadis dengan mantel tebal dan topi berbulu di depan lobby museum.
"Joy! Ini tuh museum! Bukan hutan!" balas gadis yang dipanggil namanya sambil berjalan menuju lobby. "Ada apa?"
Gadis yang bernama Joy itu hanya memberikan paper bag kepada Jessica. Wajah kedua gadis itu sangat mirip dan itu wajar karena mereka memang kembar identik! Jessica yang lebih dulu keluar sepuluh menit sebelum Joy, adalah seorang pegawai di museum. Gadis yang memegang gelar sejarah itu lebih suka hal-hal yang berhubungan dengan ancient. Berbeda dengan Jessica, Joy sangat suka bidang finance dan tak heran dia memilih kuliah di Harvard Business School di bidang bisnis dan keuangan. Sekarang Joy bekerja di konsultan keuangan di sebuah perusahaan investasi New York.
"Apa ini?" tanya Jessica sambil melongok ke dalam tas. "Makanan?"
"Iya. Ini musim salju dan aku tahu kamu bertugas di museum menggantikan para pegawai yang liburan natal, karena kamu merayakan idul Fitri." Joy menatap kembarannya yang lebih kalem dibandingkan dirinya yang gedubrakan.
"Thanks Joy. Kamu mau kemana?" tanya Jessica yang melihat outfit kembarannya.
"Washington. Aku harus menyetir kesana karena semua penerbangan, kereta, ditunda karena salju."
Jessica menatap horor. "Kamu naik mobil kesana?"
"Pelan-pelan saja. Kamu tenang ya Jess." Joy mencium pipi Jessica. "Aku pergi dulu."
"Hati-hati, Joy ! Saljunya semakin deras!" ucap Jessica cemas.
"Don't worry." Joy pun keluar dari museum itu menuju parkiran.
Jessica mengantarkan saudara kembarnya yang masuk ke dalam mobil Mini Cooper nya. Entah mengapa keluarganya sangat suka mobil compact seperti itu. Joy memencet klaksonnya dan melambaikan tangannya ke saudara kembarnya.
Jessica pun masuk ke dalam museum dan tersenyum saat melihat satpam Maurice, yang berkulit hitam dengan badan besar itu datang ke lobby usai patroli di belakang.
"Saljunya bakalan tebal ini, Jess," ucap Maurice.
"Yep. Sepertinya aku akan menginap disini mengingat saljunya cukup deras," jawab Jessica. "Meskipun apartemen aku dekat, bukan berarti aku akan nekad."
Maurice tertawa. "Jangan Jess. Nanti kamu akan mati kedinginan. Aku harus bilang apa sama paman dan ayahmu nanti?"
Jessica tersenyum. Siapapun tahu keluarga O'Grady New York dan Boston. Keluarga O'Grady New York adalah pemimpin PRC Group sementara O'Grady di Boston dikenal pemilik pabrik bir hitam khas Irlandia dan pabrik baja. Maurice tidak habis pikir melihat Jessica memilih bekerja di museum dengan gaji seperti uang jajan gadis itu.
"Janganlah Maurice. Papa dan Oom Bayu bisa ngereog." Jessica lalu ke meja resepsionis dimana tas berisikan makanan terdapat disana. "Yuk, kita makan. Joy membawakan banyak makanan."
"Thanks God, kita tidak kelaparan," senyum Maurice.
Keduanya menikmati makanan yang dibawakan Joy hingga tiba-tiba terdengar suara seperti tabrakan.
"Apa itu Maurice?" tanya Jessica.
"Aku akan memeriksanya!" ucap Maurice sambil membawa senter dan berjalan ke depan pintu masuk museum. Jessica pun berjalan di belakang Maurice sambil membawa senter juga.
Keduanya pun membuka pintu masuk museum dan melihat sebuah mobil van menabrak pot yang ada di depan tangga. Seorang pria pun turun dengan wajah gusar dan melihat kondisi mobilnya.
"Damn it ! Penyok!" umpatnya.
"Are you okay?"
Pria itu menoleh dan melihat seorang gadis berdiri disana mengenakan jaket tebal bersama dengan seorang satpam yang juga berjaket tebal.
"I'm fine. Tapi mobil dan pot bunga museum tidak aman," jawab pria itu.
Salju semakin deras membuat Jessica mendongakkan wajahnya. "This is not good. Mobilmu dikunci saja, kita ke dalam museum yang hangat. Kamu butuh kopi panas tampaknya," ajak Jessica.
"Sorry tapi kamu siapa mengajak aku ke dalam museum?" tanya pria itu.
"Jessica O'Grady, salah satu kurator di museum ini," jawab Jessica sambil mengulurkan tangannya dan disambut pria itu.
"Nick Perrelli. Sopir catering," senyum pria itu sambil memperlihatkan nama cateringnya.
"NP's Halal Food?" baca Jessica. "Apakah ada makanan di dalam? Takutnya basi nanti."
"Ada sih. Sisa jualan tadi. Apa aku ambil saja ya? Buat makan kita di dalam karena aku tidak yakin akan bisa pulang."
"Lebih baik begitu. Biar aku bantu," ucap Maurice. "Oh aku Maurice, by the way."
"Hai Maurice, aku Nick," senyum pria itu sambil membuka pintu belakang Van nya. Mereka pun membawa beberapa kotak makanan dan botol air mineral untuk dibawa ke dalam museum. Nick mengunci pintu mobilnya dan masuk ke gedung besar itu.
"Museum ini memangnya buka?" tanya Nick ke Jessica.
"Buka tapi tetap sepi karena cuaca," jawab gadis itu.
"Ini musim dingin terparah sih menurut aku," timpal Nick.
Mereka pun masuk ke dalam museum dan suasana hangat pun terasa.
"Hai Dino," sapa Nick ke kerangka dinosaurus yang ada disana.
"It's T-Rex, actually," senyum Jessica.
"Ah ...." Nick mengangguk.
"Kita piknik disini saja. Saljunya semakin tebal," ucap Maurice yang melihat dari jendela. "Lalu lintas pun lengang dan jarak pandang juga tidak bagus."
"Sementara kita aman disini." Jessica tersenyum ke arah Nick.
"Kita tidak kekurangan makanan juga," kekeh Nick yang memperlihatkan kotak-kotak makanan sisa jualannya tadi.
"Alhamdulillah ...," jawab Jessica membuat Nick menoleh.
"Kamu ... Muslim?" tanya Nick dengan wajah terkejut.
"iya. Kamu?"
"Alhamdulillah sama."
Keduanya saling tersenyum.
***
"Jadi kamu ada keturunan Belanda dan Indonesia dari ayahmu?" tanya Jessica saat mereka makan makanan buatan Nick.
"Yes. Aku bisa bahasa Belanda, sedikit Indonesia dan fasih bahasa Jepang, tulisan dan spoken karena ayahku dulu ditugaskan di Okinawa. Dia seorang tentara angkatan darat dan sekarang tinggal di Bronx bersama anjing kesayangannya."
"Ibumu?"
"Meninggal saat aku kuliah culinary disini. Pneumonia yang terlambat ketahuan."
"I'm so sorry to hear that," ucap Jessica tulus. "Lalu bagaimana kamu bisa berjualan makanan halal?"
"Aku suka memasak dan tidak mudah mendapatkan makanan halal bukan? Jadi kenapa tidak aku sendiri yang memulai. Aku mulai empat tahun lalu dan Alhamdulillah berjalan dengan baik."
Jessica mengernyitkan dahinya. "Kenapa aku tidak tahu ya?"
"Kamu tinggal di daerah mana?"
"Dekat the plaza."
Nick tersenyum. "You're rich!"
"Tidak seperti itu. Yang kaya orang tuaku, aku hanya mendapatkan lungsuran dari mereka," kekeh Jessica.
"Apa maksudmu?"
"Itu apartemen bekas dipakai ibuku."
"Tetap saja, kamu gadis kaya," senyum Nick.
"Ayo, aku ajak untuk melihat-lihat museum," ajak Jessica.
"Oke. Aku rasa aku ingin melihat semuanya." Nick pun berjalan berdampingan dengan Jessica.
Visual Jessica dan Nick.
***
Yuhuuuu up malam Yaaaaa gaeeesss
Akhirnya setelah menunggu setahun, anak Shane O'Grady dan Apsarini Neville launching juga.
Thank you for reading and support author
don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️ 🙂 ❤️
tinggal Ben nih yang belum dites....
harusnya yang ngetes om eagle ato fesya ya
warisan budaya Indonesia yang sarat makna dan filosofi hanya senjata
monggo persiapkan dan tunjukan kemampuan tembak menembak nya....