NovelToon NovelToon
Asi Babysitter Penggoda

Asi Babysitter Penggoda

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Ibu susu / Fantasi / Duda / Harem / Konflik etika
Popularitas:20.6k
Nilai: 5
Nama Author: Nuna Nellys

Ketika Naya, gadis cantik dari desa, bekerja sebagai babysitter sekaligus penyusui bagi bayi dari keluarga kaya, ia hanya ingin mencari nafkah jujur.

Namun kehadirannya malah menjadi badai di rumah besar itu.

Majikannya, Ardan Maheswara, pria tampan dan dingin yang kehilangan istrinya, mulai terganggu oleh kehangatan dan kelembutan Naya.

Tubuhnya wangi susu, senyumnya lembut, dan caranya menimang bayi—terlalu menenangkan… bahkan untuk seorang pria yang sudah lama mati rasa.

Di antara tangis bayi dan keheningan malam, muncul sesuatu yang tidak seharusnya tumbuh — rasa, perhatian, dan godaan yang membuat batas antara majikan dan babysitter semakin kabur.

“Kau pikir aku hanya tergoda karena tubuhmu, Naya ?”

“Lalu kenapa tatapan mu selalu berhenti di sini, Tuan ?”

“Karena dari situ… kehangatan itu datang.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuna Nellys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21. Pagi penuh ++

...0o0__0o0...

...Jam menunjukkan pukul enam pagi....

...Cahaya matahari merayap masuk melalui celah gorden kamar Karan, jatuh tepat di atas wajah kecil bayi itu....

...Naya masih terlelap, napasnya teratur, bibirnya sedikit terbuka karena kelelahan. Semalam tubuh-nya di peras habis—secara energi, emosi, dan kesabaran....

...Di kanan, Karan meringkuk manis. Di kiri, bayi Dugong sudah bangun sejak entah kapan, menatap karan dengan muka datar seperti hakim tanpa belas kasihan....

...Arya terbaring sambil memandang Naya dan Karan bergantian....

...Sialnya....

...Kalau orang luar melihat ini, mereka pasti mengira ini keluarga kecil yang utuh, lengkap, dan berbahagia....

...Padahal semalam ?...

...Yang terjadi tak seindah pemandangan pagi ini, tapi perang dunia mini perebutan ASI....

...Perebutan antara laki-laki dewasa dengan bayi mungil—yang keduanya sama-sama keras kepala, sama-sama tidak mau kalah, dan sama-sama melekat pada satu perempuan yang sama....

...Arya memicingkan mata saat mengingat detik-detik memalukan itu....

...“Bayi kurang ajar…” gumam-nya rendah, masih kesal....

...Bagaimana tidak ?...

...Saat Naya meringis—hanya sedikit—karena hisapan Arya terlalu bersemangat, Karan langsung bereaksi seolah ayahnya adalah penjahat kelas kakap....

...Bocah itu tidak ragu menarik rambut Arya dengan genggaman mungil-nya sampai kulit kepala Daddy-nya terasa panas. Membuat Duda itu berteriak hampir hilang wibawa....

...Belum selesai, Karan menatap-nya dengan mata bundar penuh kemarahan bayi, lalu—tanpa ampun—mencolok mata Arya dengan dua jari mungil....

...Refleks, Arya membentak....

...Dan tentu saja, putranya langsung menangis meledak-ledak seperti sedang di khianati secara emosional....

...Tangis mode terluka batin dan tidak akan pernah memaafkan yang bikin Naya langsung panik. Pening. Kelabakan....

...Kini, pagi ini, Arya menatap Karan yang masih terlelap dengan pipi menggembung lucu dan bibir sedikit manyun. Seolah-olah dia korban tersakiti semalam. Seolah-olah Daddy-nya lah yang bersalah....

...Arya berdecak pelan, menggerakkan matanya yang masih nyeri akibat colokan jari mini itu....

...“…Kurang ajar memang kamu, Karan.”...

...Bayi itu mengedip sekali. Seolah setuju....

...Lalu Arya menoleh ke Naya....

...Wajah perempuan itu terlihat damai. Sangat damai. Sangat… tidak sadar bahwa ‘laki-laki’ itu berperang hebat demi dirinya....

...Arya memiringkan tubuhnya, merapikan posisi tidur Naya, lalu menarik turun selimut yang menutupi pundak polosnya....

...Dan saat gerakan kecil itu membuat Naya sedikit merintih halus—nyaris tak terdengar—Arya langsung menegang....

...Karena suara itu, sekecil apa pun… menyulut sesuatu yang jauh dari damai di diri lelaki itu. Apalagi saat tubuh Naya masih polos dan hanya mengenakan celana dalam saja....

...Arya mendekat. Mengamati bibir gadis itu. Lehernya. Dadanya. Bekas-bekas merah semalam....

...Terlalu banyak yang terjadi. Terlalu banyak yang belum selesai. Dan pagi ini…...

...Hal terakhir yang di rasakan Arya adalah tenang. Terlalu tenang saat gairahnya kembali tersulut....

...Pagi itu seharus-nya tenang. Namun yang terdengar hanyalah napas berat Arya yang mengalir di sepanjang leher Naya—hangat, terarah, dan sangat sengaja....

...“Semalam belum selesai,” bisiknya. Suaranya rendah, nyaris seperti ancaman yang di bungkus kelembutan. “Dan aku tidak suka ada yang berani menunda kegiatan ku.”...

...Dalam satu gerakan, Arya mengurung tubuh Naya. Bukan sekadar mendekat—dia menguasai ruang, membuat tubuh gadis itu seolah terkunci di tempatnya. ...

...Napas mereka saling berbenturan, menciptakan ketegangan yang terlalu padat untuk di tolak....

...Naya menggeliat kecil. Napasnya tersengal, wajahnya memerah. Arya memperhatikan semuanya dengan tatapan gelap yang tak berpaling sedetik pun....

...Arya mendekat, bibirnya hampir menyentuh bibir Naya. “Berapa lama kau mau berpura-pura tidur ?” bisiknya lembut namun nada dingin di baliknya cukup untuk membuat jantung gadis itu berdegup lebih cepat....

...Mata Naya akhirnya terbuka. Terperangkap....

...“T-Tuan… kalau kau terus seperti ini… putra Anda bisa bangun…” suaranya pecah, memohon namun tidak benar-benar menolak....

...Arya menatap tanpa emosi. Semakin menekan tubuhnya hingga membuat aset keduanya saling bersentuhan meski dari luar celana dalam. ...

...“Tujuan ku bukan membuat Karan bangun.” Ia mendekat sedikit lagi. “Tujuan ku adalah kau.” Arya meng-gerakkan tubuh'nya pelan. Ritmis. penuh tekanan terkontrol....

...Keheningan memenuhi kamar....

...Namun ketegangan di udara begitu pekat hingga Naya hampir kesulitan bernapas....

...Tubuh Arya condong ke depan, membuat jarak di antara mereka tinggal beberapa inci saja. Tatapan-nya tidak bergerak dari wajah Naya—bukan secara cabul, tetapi seperti seseorang yang sedang menilai sumber kekuatan dan kelemahan lawan-nya dalam satu waktu....

...Naya menggenggam seprei, gugup. “T-Tuan… jangan menatap seperti itu.”...

...“Seperti apa ?” Arya mengangkat alis, wajahnya mendekat sedikit. “Seperti aku sedang menunggu sesuatu yang hanya kau bisa berikan ?”...

...Nada suaranya terlalu rendah, terlalu licin, membuat kulit Naya meremang....

...Gadis itu tidak menjawab dan itu kesalahan besar. Arya langsung menangkap itu sebagai bentuk persetujuan dalam diam....

...Arya mengarahkan tangan-nya ke bahu Naya, ibu jarinya menyentuh kulitnya perlahan. Hanya sentuhan ringan… tapi cukup untuk membuat napas Naya tersengal....

...“Asi mu sedang penuh pagi ini,” gumam Arya, matanya turun sesaat ke area dada sintalnya yang polos. ...

...Nada suaranya tenang, seolah dia menyatakan fakta biologi—tapi ketegangan dalam tatapan Arya berkata lain. “Dan aku tahu itu membuat mu sensitif.”...

...Naya menggigit bibir. “Tu-Tuan… jangan di bahas…”...

...Arya menurunkan wajahnya ke leher Naya, napasnya menyapu kulit itu—hangat, menggetarkan, membuat gadis itu otomatis menegang....

...“Aku bahas,” ucapnya pelan. “Karena setiap kali asi mu penuh… kau semakin sulit menjaga dirimu tetap waras.”...

...Naya memejam. Kata-kata itu terlalu tepat....

...Arya kemudian menggeser ibu jarinya, menyentuh tepi atas dada Naya. Tidak menekan, tidak meremas—hanya mengusap garis itu dengan tekanan pelan tapi menghukum....

...“Kau bilang butuh waktu untuk menjawab tawaran ku semalam, bukan ?" Arya menatapnya dari dekat, tatapan-nya tajam dalam dan gelap. “Baik. Aku menunggu.”...

...Naya menahan napas. Arya terlalu dekat… terlalu intens....

...“Tu-Tuan… aku belum—”...

...“Belum bisa memutuskan,” Arya menyelesaikan kalimat-nya. “Tapi tubuh mu sudah bereaksi.”...

...Arya menurunkan tangan-nya turun ke bawah sedikit demi sedikit, hanya sampai area intim-nya, tetapi gerakan jari telunjuk itu cukup untuk membuat Naya hampir tersentak. Tersengat aliran listrik....

...“Apa kau tahu, Naya,” bisiknya, “setiap kali aku dekat dengan bagian intim mu… tubuh mu langsung bereaksi seolah memanggil ku ?”...

...Naya meremang hebat....

...Arya menyentuh sisi intimnya, memutari lembut dengan jari telunjuk-nya—bukan area sensitif, hanya tepiannya—tetapi sensasi-nya menjalar ke seluruh tubuh Naya....

...“T-Tuan…” Suara Naya pecah. “Jangan goda aku seperti ini…”...

...Arya tersenyum samar. “Justru itu. Aku ingin melihat sampai mana kau bisa bertahan.” Ia mencondongkan tubuh, bibirnya hampir menyentuh kulit Naya....

...Hanya hampir....

...Justru jarak tipis itu membuat tubuh Naya bergetar lebih keras....

...“Aku menunggu jawaban mu sambil…” Arya berhenti sesaat, jarinya menelusuri garis tepi bagian bawahnya perlahan, “…menilai seberapa cepat kau kehilangan kendali.”...

...Naya mencengkram seprei, wajahnya merah, napasnya berantakan....

...“Tu-Tuan Arya…” Suara Naya bergetar keras. “Kau membuat ku… tidak bisa berpikir.”...

...Arya mengangkat wajahnya perlahan, menatap tepat ke mata Naya. “Bagus.” Ia menyentuh dagu Naya, memaksa tatapan mereka terkunci. “Karena begitu kau berhenti berpikir… kau mulai jujur.”...

...“O-oke…” bisiknya akhirnya. “Tapi hanya… dengan cara yang aku pilih.”...

...Arya mengangkat dagunya, memerhatikan ekspresi Naya dari ujung rambut sampai pelupuk mata yang bergetar....

...“100 juta,” sahutnya tenang, tanpa ragu. “Manjakan Asetku.” Tangan satunya meremas dada sintal Naya. Gerakan-nya. Lembut. Pelan...

...Napas Naya tercekat. Ada rasa gelayar aneh… dan sesuatu yang bukan sekedar rasa ingin. “Kau sengaja membuat ku tidak punya pilihan…” gumam-nya....

...Arya menyeringai kecil—dingin, puas, mematikan. “Itu namanya strategi menaklukkan lawan.”...

...Ucapan itu membuat tubuh Naya merespons lebih cepat daripada logikanya. Ia mendorong Arya hingga laki-laki itu terbaring di samping-nya. ...

...Tatapan-nya kabur, napasnya pendek-pendek. Naya mengukung tubuh Arya. Menyelusuri wajahnya. Dadanya... Jari telunjuknya terus turun ke bawah. Semakin ke bawah hingga berhenti tepat di tengah-tengah selangkangan-nya....

...Arya terkekeh rendah, melihat bagaimana kendali sudah benar-benar berada di tangan-nya....

...Ruangan hening....

...Terlalu hening....

...Ketegangan di antara mereka terasa hampir seperti listrik yang menggerayangi kulit....

...Naya membeku ketika menatap bagian bawah Arya—bukan secara detail, tapi cukup untuk membuat wajahnya seketika memanas dan tubuhnya gemetar....

...Apalagi pagi-pagi begini setiap aset laki-laki pasti bereaksi, di tambah di suguhi ikan segar di depan matanya yang siap untuk di santap....

...Arya tiba-tiba menarik pinggang Naya, membuat gadis itu terjatuh kembali ke tubuhnya. Hingga tubuh mereka saling menempel. Hangat. Meremang dan membuat darah berdesir cepat....

...“Lakukan tugas mu,” bisiknya datar namun dalam. “Waktu ku tidak banyak.”...

...Naya menelan ludah. “Aku… mengerti,” suaranya lirih, nyaris tak terdengar. Ia mendekat. Mereka begitu dekat hingga napas mereka saling membentur. ...

...“Gaya enam-sembilan,” bisik Naya akhirnya, wajahnya merah penuh rasa malu dan keberanian sekaligus....

...Arya menatap-nya lama, gelap, penuh penguasaan. “…Kita lihat seberapa jauh kau bisa menepati tawaran mu.” Tangan'nya meremas pantatnya dengan gemas. "Cepat Balik tubuh mu, Naya". ...

...Naya mengangguk, bangkit. Menarik lepas celana dalam-nya. Lalu melemparkan-nya ke wajah Arya. Membuat laki-laki itu memejam dan menghirup aroma yang tertinggal di sana....

..."Aroma yang membuat ku seketika menjadi kecanduan dan juga penasaran akan rasanya." Ucap Arya serak. Ia membuka matanya melempar ke lantai celana dalam Gadis itu....

...Sedangkan Naya di bawah sana menarik lepas boxer Arya. Memutar-mutar dengan jarinya. Bibirnya menyeringai tipis. Di sertai tatapan menggoda. Sedangkan tangan satunya bergerak mengelus Asetnya yang menjulang tinggi. Kokoh....

...Mata Arya terpejam, menikmati sensasi lembut gerakan tangan Naya di bawah sana. ...

..."Eurghhh, Naya... cepat balik posisi mu." Desak-nya benar-benar tidak kuat lagi....

...Naya terkekeh kecil, melihat wajah Arya yang sudah di ambang kehilangan kendali. Ia mengocok Asetnya sebentar. Lalu membalik tubuhnya menjadi gaya 69....

...Ada sesuatu pada senyum Naya—tantangan, godaan, dan kemenangan kecil....

...Arya menahan napas. “Naya…” suaranya berat, nyaris geraman....

...Gadis itu hanya membalas dengan lirikan nakal sebelum tangan-nya bergerak, perlahan, sengaja mengocok Asetnya… membuat Arya semakin frustrasi. ...

...Bukan sekedar tindakan vulgar —lebih kepada permainan jarak dan kedekatan yang membakar kesabaran satu sama lain....

...Arya mengeras-kan rahangnya, tubuhnya menegang karena godaan yang Naya buat sama sekali tidak adil. Dan membuat kewarasan-nya semakin menipis....

...Hening....

...Satu detik....

...Dua detik....

...Lalu— Tangisan Karan menggema keras....

...Suasana kamar langsung pecah. Seperti di renggut dari pusaran gairah yang sedang menarik mereka masuk....

...Arya menutup mata sejenak, mencoba mengembalikan napasnya yang tak beraturan....

...Naya mematung, pipinya memerah, detak jantung-nya kacau oleh adrenalin dan gairah yang belum sempat mereda....

...Mereka saling menatap. Setelah merubah posisinya kembali....

...Gairah masih berputar liar di udara—belum padam, hanya tertunda. Dan itu justru membuat semuanya terasa lebih berbahaya. Lebih menantang....

...0o0__0o0...

1
Ita rahmawati
makanya babby karan titipin dulu ke omanya biar kalian tenang dn oma nya tantrum 🤣🤣
Merey Terias
wkwkwk gagal lagi kan kalian berdua ? 🤣🤣🤣🤣 makanya nikah dulu baru main esek-esek 🤭🤭🤭
Ita rahmawati
sampe lupa kan jatah anaknya,,hampir saja 🤣🤣
Nuna Mochi: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
ASHLAN DINENDRA
kak karyamu yang baru kenapa dihapus? cuma up 2 ditunggu malah hilang
ASHLAN DINENDRA: ditunggu kakk semangat
total 2 replies
Nuna Mochi
jangan lupa tinggalkan jejak
Yuyun Yunaas
Arya sudah berada di ujung, Naya. jadi bergeraklah 🤣🤣🤣🤣💪
Nuna Mochi: 🤭🤭🤭🤭🤭 xixi kakak
total 1 replies
Sunarmi Yati
Gerakan tubuhmu Naya, pak duda udah pening 🤣🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: 🤭🤭🤭🤭🤭 xixi kakak
total 1 replies
Merey Terias
🤣🤣🤣🤣 gak tahan juga kan kau duda
Nuna Mochi: 🤭🤭🤭🤭🤭 xixi kakak
total 1 replies
Merey Terias
gas Thor 🤭🤭🤭
Merey Terias
semakin bikin gregetan 🤣🤣🤣🤣
Yuyun Yunaas
ku nantikan kelanjutan kalian berdua, 🤣🤣🤣🤣
Yuyun Yunaas
mau aku bantu dorong gak kalian berdua 🤣🤣🤣🤣👍
Sunarmi Yati
lanjutkan Thor 🤣🤣🤣💪💪💪
Nuna Mochi: asiap kak 😍😍😍😍😍
total 1 replies
Sunarmi Yati
aku yang greget sama kalian berdua🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: aku juga kak 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Sunarmi Yati
sikat aja 🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: 🤣🤣🤣🤣🤣entar dulu ya kak
total 1 replies
Sunarmi Yati
lanjutkan Thor 🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: asiap kakak 🤭🤭beradik yang
total 1 replies
Sunarmi Yati
Minimal nikah dulu lah 🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: 🤣🤣🤣🤣🤣 masih belum kepikiran kayaknya mereka kak
total 1 replies
Sunarmi Yati
masih ku pantau kalian berdua 🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: 🤣🤣🤣🤣🤣 jangan sampai kedip ya kak.
total 1 replies
Sunarmi Yati
meresahkan, yak kan ? duda ? 🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: 🤣🤣🤣🤣🤣 pastinya dong kak
total 1 replies
Sunarmi Yati
kesempatan dalam kesempitan ya pak duda 🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: 🤣🤣🤣🤣🤣 ya dong kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!