NovelToon NovelToon
Asi Babysitter Penggoda

Asi Babysitter Penggoda

Status: sedang berlangsung
Genre:Satu wanita banyak pria
Popularitas:60.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nuna Nellys

Ketika Naya, gadis cantik dari desa, bekerja sebagai babysitter sekaligus penyusui bagi bayi dari keluarga kaya, ia hanya ingin mencari nafkah.

Namun kehadirannya malah menjadi badai di rumah besar itu.

Majikannya, Arya Maheswara, pria tampan dan dingin yang kehilangan istrinya, mulai terganggu oleh kehangatan dan kelembutan Naya.

Tubuhnya wangi susu, senyumnya lembut, dan caranya menimang bayi—terlalu menenangkan… bahkan untuk seorang pria yang sudah lama mati rasa.

Di antara tangis bayi dan keheningan malam, muncul sesuatu yang tidak seharusnya tumbuh — rasa, perhatian, dan godaan yang membuat batas antara majikan dan babysitter semakin kabur.

“Kau pikir aku hanya tergoda karena tubuhmu, Naya ?”

“Lalu kenapa tatapan mu selalu berhenti di sini, Tuan ?”

“Karena dari situ… kehangatan itu datang.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuna Nellys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

31. Bermain dengan Asisten Arya

...0o0__0o0...

...“Kau yang memancingku, Naya.”...

...Suara Firan rendah, nyaris menggeram....

...Tak menunggu jawaban, bibirnya melumat bibir gadis itu—rakus, menuntut. Seolah ingin menghukum sekaligus menikmati....

...Naya justru menyeringai tipis. Tangan-nya terangkat, mengalung malas di leher Firan, membiarkan ciuman itu berlangsung tanpa benar-benar membalas. Diamnya bukan penolakan—melainkan tantangan....

...“Mmpt—”...

...Firan menggigit bibir bawahnya, cukup keras untuk membuat napas Naya tercekat. Panas itu menjalar cepat. Lidahnya menelusup, mendominasi, menyapu tanpa izin. Sementara jemarinya menekan tengkuk Naya, memaksa gadis itu menerima irama yang ia tentukan....

...“Eurghh…”...

...Desahan lirih lolos dari bibir Naya. Sekilas—sangat singkat—cukup untuk membuat darah Firan mendidih. Remasan di pinggang gadis itu mengeras, menahan tubuh Naya agar tak melarikan diri....

...Namun justru di situlah Firan berhenti. Ia menarik wajahnya mundur, memutus ciuman dengan napas memburu. Kening mereka hampir bersentuhan....

...“Apa saja yang sudah kau lakukan dengan Pak Arya ?” Nada itu tidak bertanya—menuntut....

...Naya mendorong dadanya pelan, membuat jarak. Senyum kecil mengembang saat ia melangkah ke arah ranjang....

... Dengan gerakan santai, dress itu melorot, jatuh ke lantai tanpa penyesalan. Naya membiarkan dirinya hanya tersisa balutan dalaman tipis, lalu menjatuhkan tubuhnya terlentang....

...“Menyusui-nya,” jawabnya ringan. “Dan memanjakan asetnya.”...

...Tatapan Firan berubah gelap. Lapar. Matanya menyapu tubuh Naya seolah menilai—atau mengklaim. Setiap langkahnya ke arah ranjang terasa berat oleh keinginan yang di tahan paksa....

...“Dia sudah menyentuh milikmu ?” Nada Firan rendah, berbahaya....

...Naya terkekeh kecil. Ia mengangkat kepala sedikit, menarik dasi Firan hingga wajah mereka kembali dekat....

...“Aku menjualnya satu triliun,” bisiknya. “Tapi dia belum menyantap hidangan utama.”...

...Tarikan itu membuat Firan kehilangan keseimbangan....

...Bruk—!...

...Tubuhnya jatuh menimpa Naya....

...Napas keduanya bertabrakan....

...Mata Firan terpejam sesaat saat menyadari betapa dekat—terlalu dekat. Tubuh mereka saling menekan, gairah tak lagi bisa di sangkal....

...Dan di antara detik yang menggantung itu, tak ada yang benar-benar tahu… siapa yang sedang menguasai siapa....

...“Naya… apa pun rencana mu,” suara Firan jatuh rendah, hampir seperti sumpah yang di batalkan. Jemarinya menahan pipi gadis itu—lembut, tapi tak memberi pilihan. “Aku tidak akan ikut campur.” Ia mendekat. Terlalu dekat. “Tapi kau tetap milikku.”...

...Naya tidak mundur. Senyum tipisnya muncul—dingin, tahu persis apa yang ia lakukan. Jarinya membuka kancing kemeja Firan satu per satu, lambat, terukur, seolah menghitung detik....

...“I am yours, Kak,” bisiknya. Ada keyakinan di sana. Juga ancaman....

...Sret..!...

...Satu kali tarikan, Kain itu terlepas. Bra milik Naya melambung tak tentu arah. Hingga kini bagian atas tubuh gadis itu polos tanpa penutup....

...Udara terasa menegang....

...Firan menangkap wajah Naya dan melumat bibirnya—bukan untuk memohon, melainkan menuntut. Rindu yang di pendam berubah jadi desakan yang membuat kepala pening....

...Naya membalas, napasnya menyambar, jaraknya hilang. Ia menarik Firan mendekat, sengaja—membiarkan panas itu tumbuh sampai tak bisa di abaikan....

...“Ah… Kak Fir…” desahnya tertahan ketika Firan menunduk, menyapu, menghisap, meninggalkan jejak panas di lehernya yang membuat nadi berdenyut cepat....

...Setiap sentuhan lidah Firan yang menari liar di leher jenjang Naya, terasa seperti batas yang di langgar… dan sengaja di langgar....

...Firan berhenti. Mengangkat wajah. Tatapan-nya gelap, penuh hasrat yang di tahan paksa. “Aku mau jatah ku,” ucapnya serak—klaim tanpa kompromi....

...Naya memejam sejenak. Saat membuka mata, senyum-nya tipis, berbahaya. Ia mengusap dada bidangnya, dari atas merambat turun ke bawah....

...“Ambillah,” bisiknya lirih. “Sekarang.” Ia mengelus lembut perut Firan, membiarkan kalimat terakhir menggantung di antara mereka. “Karena waktu mu… tidak banyak.”...

...Firan menahan pergelangan tangan Naya, menghentikan-nya tepat sebelum gerakan tangannya melampaui batas. Tatapan-nya mengeras—bukan ragu, melainkan keputusan....

...Firan menunduk, hingga hidungnya hampir bersentuhan, suara seraknya jatuh di antara napas mereka. “Kau tahu apa artinya kata-katamu,” bisiknya. “Sekali aku ambil… tak ada jalan kembali.. Sebelum usia."...

...Naya tidak menarik diri. Ia justru menantang jarak itu, menempelkan hidung mereka. “Aku tahu,” jawabnya lirih. “Dan aku tetap di sini sampai usai.”...

...Detik seakan runtuh. Firan menghela napas panjang, lalu merengkuh Naya dengan kuat—bukan sekadar hasrat, tapi kepemilikan yang lama di pendam....

...Ciuman-nya turun perlahan, meninggalkan panas yang membuat tubuh Naya gemetar menahan desah....

...Pintu terkunci. Waktu menipis....

...Di luar, dunia masih berjalan....

...Di dalam, keputusan telah di buat....

...Dan saat Firan akhirnya membungkuk, menghisap ASI-nya, menelan sisa jarak di antara mereka, Naya menutup mata—menyambut apa pun yang akan di ambil darinya....

..."Ah, kak, jangan di gigit."...

...Gairah menelan ruangan....

...Panas tinggal sebagai gema....

...Firan abai, menikmati kegiatan-nya, menghisap rakus sumber ASI-nya. Tangan-nya meremas dada sintal satunya, sesekali memilin-milin puting-nya....

...Serangan datang bertubi-tubi, membuat tubuh Naya melengkung menahan napas. Namun ia bukan tipe yang menyerah....

...Dengan gerakan cepat dan nekat, jemari Naya menarik turun resleting celana Firan, membuka pengaitnya, lalu menyeret kain itu hingga menggantung di paha—seolah menantang batas terakhir....

...Waktu terasa menipis....

...Firan yang sadar waktunya semakin menipis, menyudahi permainan mulutnya di dada sintal Naya, yang terlalu lama di biarkan. Dan memakan waktu....

...Suaranya rendah, tertahan, penuh perintah. “Puaskan milikku… seperti caramu memuaskan milik Pak Arya.”...

...Naya tersenyum tipis. Senyum yang ambigu. “As you wish, baby,” bisiknya—ringan, tapi menusuk....

...BRUK!...

...Dengan dorongan tiba-tiba, Naya menjatuhkan Firan ke samping. Ia bangkit seketika, gerakan-nya cepat, nyaris tanpa ragu. Menarik lepas celana beserta boxernya....

...Tuing..!...

...Seketika pusaka Firan langsung berdiri. Menjulang tinggi. Terlihat besar, panjang, kokoh dan bengkok....

...Detik berikutnya, udara di antara mereka menegang....

...Naya langsung memegang pusaka-nya, mengocok pelan. Meng-goda. Menatap milik Firan. "Wow, punya kakak tidak kalah besar dengan milik duda berbuntut satu itu."...

...Firan mengumpat lirih. Napasnya memburu, matanya gelap....

..."Eurghhh, Naya… jangan main-main. Waktu kita tidak banyak.” Tatapan-nya menuntut, bercampur frustasi dan gairah yang tak terkendali....

...Naya paham—dan justru menikmati-nya. Ia bergerak santai, melepas celana dalamnya sendiri, seolah waktu berhenti hanya untuk mereka....

...Bruk..!...

...Sebuah benda cd tipis, berenda kecil melayang dan jatuh tepat ke wajah Firan....

...Kini tubuh keduanya sama-sama polos, tanpa sehelai benangpun....

...“Gaya enam sembilan,” kata Naya tenang. Tanpa senyum, tanpa ragu....

...Hening menyergap....

...Hanya napas mereka yang saling bertabrakan, panas, berat, berbahaya....

...Firan mengendus sisa aroma cd itu sesaat sebelum melemparkan-nya ke samping. Tangan-nya mencengkeram pinggang Naya kuat-kuat, nyaris kasar, ketika gadis itu dengan sengaja meng-gerakkan tubuhnya—tepat di titik paling sensitif....

...“Shit, Naya…”...

...Firan benar-benar di ujung batas gairah. Frustasi bercampur nikmat, kepala pening oleh hasrat dan di buruh waktu yang datang bersamaan....

...“Kak… mau masuk ke dalam milik ku ?” goda Naya pelan. Suaranya rendah, menggoda, seolah pisau yang menggesek kulit. Tawanya kecil, puas melihat ekspresi Firan yang goyah....

...Saat Firan hendak menjawab—...

...Drrt. Drrt....

...Ponsel berdering....

...Sekejap, dunia membeku....

...Nama itu muncul di layar. Bos Arya....

...“Shit…” Firan mengumpat, rahang-nya mengeras. “Sepertinya urusan Bos sudah selesai.” Wajahnya menegang. Gairahnya belum padam, tapi realita menghantam tanpa ampun....

...Berbeda dengan Naya. Ia tetap tenang. Terlalu tenang. Tubuhnya terus bergerak perlahan, ritmis, seperti sengaja memperparah siksaan itu....

...Bibirnya mendekat, menghisap puting kakak tirinya bergantian, membuat Firan hampir kehilangan akal....

...“Angkat saja, kak,” bisik Naya santai di sela hisapan-nya. “Kamu selalu pintar cari alasan.”...

...Dan di antara dering ponsel yang tak henti, Firan tahu— ini bukan lagi sekadar permainan....

...Firan mengeram pelan, menggeser tombol hijau ke atas. "Eum, Hallo, bos." Jawabnya berusaha tetap terkontrol. Matanya melirik Naya yang tengah asik mengulum pusaka'nya....

...Arya yang memiliki pendengaran tajam, jelas peka ada yang tidak beres. "Dimana ?" Tanyanya datar, singkat....

..."Eurghhh," Firan mengerang pelan. "Di toilet, bos. Saya lagi sembelit." Bohongnya. Dengan suara bergetar menahan sesuatu....

...Naya menyeringai, melepas kulumanya. Ia langsung membalik tubuhnya menjadi gaya 69. Ia sengaja menekan tubuhnya ke bawah, hingga bagian intim-nya menyentuh mulut Firan....

...Sambungan teleponnya masih terhubung dan terdengar dengusan singkat. "5 menit tidak lebih." Kata Arya datar....

...Tut..!...

...Panggilan berakhir....

...Firan melempar ponselnya ke sisi ranjang. Ia langsung menyesap milik Naya. Lidah terjulur ke dalam, dengan jari membuka area intim-nya dari kedua sisi....

...Sedangkan Naya mengulum, mengocok. Cepat. Kepala dan tangan-nya bergerak naik-turun dengan lihai....

...Hening....

...Hanya ada erangan lirih, dan suara decapan yang saling bersahutan....

...0o0__0o0...

...Di lorong lantai dua mansion, langkah kaki itu terdengar pelan namun tegas....

...Arya menggendong putranya yang sudah terlelap, tubuh kecil itu bersandar tenang di dadanya. Wajah sang anak damai—berbanding terbalik dengan hawa rumah yang entah kenapa terasa berat sore itu....

...Arya berhenti di depan satu pintu....

...Kamar Naya....

...Di balik pintu itu, dua orang sibuk memuaskan satu sama lain dan mengejar kepuasan-nya masing-masing....

...Naya menutup mulut Firan dengan telapak tangan-nya, matanya melebar....

...Detik berikutnya, mereka sama-sama membeku saat suara langkah Arya berhenti tepat di depan kamar....

...Tok..!...

...Ketukan pertama terdengar....

...Jantung Firan hampir meloncat keluar. Napasnya tertahan, tubuhnya tegang, sementara Naya justru bergerak perlahan—terlalu tenang untuk situasi seberbahaya ini....

...Gadis itu mendekat ke telinga Firan, berbisik nyaris tanpa suara. “Tenang,” ucapnya ringan. “Pakai baju mu sekarang.”...

...Tok..! Tok..!...

...Ketukan kedua, lebih tegas....

...“Naya, buka pintunya,” suara Arya terdengar dari balik pintu. Datar....

...Di dalam kamar, waktu seolah melambat. ...

...Naya meraih kimono, menyampirkan-nya asal, lalu melangkah ke pintu dengan langkah yang masih sedikit goyah—entah karena tergesa atau karena sesuatu yang belum benar-benar selesai....

...Ceklek..!...

...Naya membuka pintu hanya sedikit....

...“Ada apa, Tuan ?” suara Naya terdengar tenang. Terlalu tenang....

...Arya menatapnya sekilas. Tajam. Seperti sedang menimbang—bukan apa yang ia lihat, tapi apa yang ia curigai....

...Pandangan itu meluncur ke dalam kamar: cahaya lampu yang redup, tirai yang setengah terkatup, dan ranjang yang terlalu “hidup” untuk disebut sekadar berantakan....

...“Apa yang kau lakukan, Hem ?” tanyanya rendah. Geramnya di tahan rapi....

...Hanya jeda sepersekian detik....

...Naya tersenyum kecil. Bukan senyum bersalah—lebih seperti senyum yang sengaja di biarkan terbaca ganda....

...“Menurut Tuan Arya ?” balasnya ringan, tangan asal mencepol rambut, seolah tak ada apa-apa yang perlu di jelaskan....

...Arya mengamati-nya lebih lama dari yang perlu. Lalu pandangan-nya turun, menyapu tubuh Naya sekilas sebelum ia menghela napas pelan dan menyerahkan Karan ke pelukan gadis itu....

...“Jaga putraku dengan baik,” katanya datar. “Hari ini aku lembur.”...

...Naya menerima Karan, menggeser berat tubuh bayi itu ke gendongan-nya. ...

...“Baik, Tuan.” Ia hendak menutup pintu. Namun tangan Arya menahan-nya....

...Napas Naya tertahan sepersekian detik. “Apa ada yang ha—”...

...Kalimatnya terpotong saat Arya sudah melangkah masuk, seolah kamar itu memang miliknya sejak awal....

...“Kemarilah,” ucap Arya tanpa menoleh. “Aku butuh asupan nutrisi.” Nada suaranya tenang. Terlalu tenang....

...Naya menutup pintu dengan cepat, lalu menghampiri Arya sambil tetap menggendong Karan. Dengan gerakan hati-hati, ia meletakkan bayi itu ke dalam box di sudut kamar....

...Arya berdiri tenang, sorot matanya menyisir setiap sudut. Kamar itu rapi. Terlalu rapi. Kecuali ranjang....

...“Tempat tidur mu,” katanya pelan, dingin, “seperti habis di terpa angin puting beliung.”...

...Sret…!...

...Tangan Arya mencengkeram pergelangan Naya. Tarikan singkat itu membuat tubuh gadis itu terhuyung, lalu menabrak dada bidangnya....

...Hening....

...Tatapan mereka saling mengunci. ...

...Terlalu dekat untuk pura-pura tak terjadi apa-apa, terlalu berbahaya untuk diberi nama. ...

...Naya tak berusaha menjauh—juga tak mendekat. Ambigunya justru menjadi tantangan....

...Di balik gorden yang bergetar tipis, Firan berdiri kaku....

...Kamar yang tadi hanya panas, kini berubah mencekam. Menegangkan....

...0o0__0o0...

1
Merey Terias
lanjutkan keliaran mu Naya 🤣🤣🤣🤣
Merey Terias
lanjutkan Thor 💪💪💪
emak gue
naya nantang banget😄
Yuyun Yunaas
lanjutkan 🤣🤣🤣👍
Yuyun Yunaas
lanjutkan 😄
Maulana Abraham
aku mau komentar buruk, tapi gak jadi.... teringat sama judul novelnya. 🤣🤣🤣 Asi baby sitter penggoda...jadi wajar jika PU nya menggatal 🤣🤣🤣🤣
Maulana Abraham
waaaah ada afair ternyata 🤭🤭🤭🤭
Maulana Abraham
kasihan juga pak duda 🤣🤣🤣🤣
Maulana Abraham
aku padamu thor 🤣🤣🤣🤣
Maulana Abraham
anjai lah kau thor 🤣🤣🤣🤣
Maulana Abraham
definisi saingan sama anak sendiri 🤣🤣🤣🤣
Maulana Abraham
tuyul kali ini kamu pintar 🤣🤣🤣🤣
Maulana Abraham
gas thor🤣🤣🤣🤣
Maulana Abraham
Arya bikin gelang kepala 🤣🤣🤣
Maulana Abraham
rsesiko punya bocil🤣🤣🤣🤣
RaveENa
jalang
Maulana Abraham: wajar kak, sesuai judul novelnya. jika judul asi untuk hot duda...mungkin naya hanya menggatal dengan Arya 🤣🤣🤣🤭
total 1 replies
Ita rahmawati
kalo cuma jual diri ke arya masih ok lah mahal pula kan 🤣
tp kalo udah sasimo gini mah murahan dong namanya,,mana sm kakak tirinya juga 🤦‍♀️🙄
Maulana Abraham: wajar kak, sesuai judul novelnya. jika judul asi untuk hot duda...mungkin naya hanya menggatal dengan Arya 🤣🤣🤣🤭
total 1 replies
sasip
widih, sungguh sangat menegangkan ya ep ini thor.. 😉😅🤭 resiko main 2 seh itu mc kitah..
Ita rahmawati
apakah si naya ada hubungan dg firan 🤔
apakah keduanya emang udh punya rencana sejak awal pada arya,,niat balas dendam atau apa gtu 😂
jd kemana² mikirnya 🤣
Yuyun Yunaas
Pak duda bisa pening juga ternyata 🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!