Namanya Kanaka Harvey, dia anak keduanya Letta dan Devano, sejak awal bermimpi jadi pembalap, tapi apa daya takdir menuntunnya untuk masuk ke perusahaan peninggalan kakeknya. Terkenal dingin dan tak tertarik dengan perempuan manapun, nyatanya Kanaka justru terperangkap pada pesona bawahannya di kantor yang bernama Rere (Renata Debora) , cewek itu terkenal jutek dan galak sama siapapun. Kanaka yang tak pernah berpacaran itu begitu posesif dan overprotective terhadap Rere.
IG : 16_rens
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rens16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1 : Kemenangan Pertama
Letta menatap ke atas sana, tangan perempuan cantik berusia akhir empat puluhan tahun itu tak berhenti menengadah ke atas.
Di depan sana, anak keduanya Kanaka Harvey sedang bersiap memutar gas dan melakukan balapan profesionalnya untuk pertama kalinya.
Sudah jadi kesepakatan bersama dengan Devano suaminya untuk membebaskan semua anak-anak nya memilih masa depan sesuai impian mereka masing-masing.
Kanaka melihat ke arah tribun, menatap keluarganya yang duduk disana memberi dukungan kepadanya.
Sejak Naka masuk ke garis start, ia sudah melihat Mimo nya mengangkat tangan memohon perlindungan dari Yang Maha Kuasa untuknya.
Satu anugerah terbesar untuk mereka memiliki orang tua sehebat Pipo dan Mimo, mereka.... mengerti keinginan anak-anaknya.
Pemimpin balapan sudah memberi sinyal bahwa balapan segera akan dimulai, om Ali selaku pelatih dan juga managernya pun sudah memberi aba-aba melalui mic wireless yang terpasang di telinganya untuk alat komunikasi mereka.
Kanaka menegang, lampu tanda start sudah dinyalakan dan wusss.... Kanaka melesat menunggangi kendaraannya dengan kecepatan maksimal.
Kali ini dia harus menyelesaikan lima belas putaran untuk sampai ke garis finish dan Kanaka bertekad akan membuktikan diri ke Mimo nya bahwa ia tak salah memilih jalan.
Putaran terakhir dan Kanaka masih berada di posisi ketiga, dua lawannya hanya berjarak beberapa meter di depannya.
Kanaka menatap kedepan dan sekali lagi dia menarik gasnya dan melesat cepat bahkan melewati kedua pembalap senior yang berada di depannya itu.
Wussss.... dan Kanaka jadi pembalap pertama yang memasuki garis finish, dia mengangkat ban depan motornya dan melakukan selebrasi kemenangan.
"Yes.... yes, good job son." Suara Ali terdengar di wireless yang Kanaka pakai.
"Amazing om, amazing!" balas Kanaka dengan suara penuh euforia.
Yah sejak menjejakkan kaki di dunia balap selama dua tahun, baru kali ini Kanaka meraih kemenangannya, memang di kelas amatir Kanaka sudah membuktikan diri, tapi disini? Ia akhirnya membuktikan diri sebagai yang tercepat.
Di tribun, Devano memeluk sang istri dengan bahagia karena kemenangan Kanaka, Letta dan Keiko bahkan sudah jingkrak-jingkrak karena torehan prestasi ini.
Sedang Kenzo si kakak pertama yang irit bicara itu hanya bertepuk tangan dan menatap adiknya yang sedang melakukan selebrasi itu dengan menggelengkan kepala dan..... kagum tentu saja.
Tak lama setelah semua pembalap memasuki pit, Kanaka dan kedua pembalap yang finish sebagai terdepan itu, berdiri di atas panggung dan menerima piala.
"Mo... mas Naka keren!" teriak Keiko melihat kakak kesayangannya itu sedang mengangkat pialanya tinggi-tinggi.
Sekali lagi Letta terharu, ibu tiga anak itu sampai meneteskan airmata melihat keberhasilan Kanaka.
Malam harinya, keluarga Devano merayakan kemenangan Kanaka dengan makan malam bersama.
"Mimo bangga sama kamu mas," puji Letta menatap anak keduanya itu dengan tatapan bangga.
"Thanks ya Mo, udah mendoakan Naka sejak Naka start tadi," ucap Kanaka tulus.
Mimo hanya tersenyum tipis, dia pasti mendoakan keselamatan keluarganya apalagi karier yang diambil Kanaka adalah jalan ini, meskipun Letta juga tahu bahwa Kanaka diperlengkapi dengan perlengkapan keselamatan tapi tetap saja sebagai ibu, Letta tentu khawatir.
"Sekarang mas Kenzo ada saingannya," ledek Keiko kepada si kakak kedua.
"Saingan apa?" tanya Kenzo datar.
"Ada yang nyaingin mas Kenzo naruh piala di lemari Mimo," jawab Keiko santai.
"Cckk apaan sih nggak jelas!" omel Kenzo kesal, pasalnya dia kan memang tak berniat memperoleh piala terus, maklumlah otaknya memang seencer itu hingga membuat dia menang lomba cerdas tangkas terus.
"Gimana mas, masih enjoy di dunia ini, belum mau bergeser ke dunia bisnis?" tanya Letta mengalihkan pembicaraan.
"Nanti ya Mo, setelah aku lulus kuliah, aku baru join ke perusahaan peninggalan opa, sekarang pengen puas-puasin di balap dulu," jawab Kanaka diplomatis.
"Ya asal jangan keterusan aja ya mas," sahut Letta cepat.
Devano hanya bisa menipiskan bibir melihat Letta mulai menagih janji kepada Kanaka saat dulu anak keduanya itu menyediakan diri untuk masuk ke perusahaan opanya.
Kanaka hanya mengulas senyum manis, tentu ingat akan janjinya dulu kepada orang tuanya.
Jika nanti tiba saatnya dia akan bergabung di perusahaan itu tapi bukan saat ini, saat ini dia ingin puas-puasin balapan dulu.
***
Pagi ini di kampus tempat Kanaka menimba ilmu, kabar tentang Kanaka Harvey yang kemarin memenangkan perlombaan balap tingkat nasional itu telah menyebar.
Kalau biasanya saat Kanaka belumlah se terkenal sekarang saja, dia sudah jadi primadona di kampus ini, lalu bagaimana dengan sekarang saat dia sudah jadi juara?
Lihat saja orang-orang yang bergelar 'mahkluk Tuhan paling seksi' itu sontak menatap kemanapun kaki Kanaka melangkah.
"Ash* berasa jadi artis gue!" umpat Sensen emosi melihat teman-teman perempuan di kampusnya menatap penuh pemujaan terhadap Kanaka.
"Anggep aja patung yang ngeliatin kita, santuy!" sahut Kanaka santai.
"Bangsa*! Enak banget ngomongnya Ka, patung mana ada yang kecentilan kayak gitu!" sahut Aldi emosi melihat betapa cuek dan santainya Kanaka itu sambil menunjuk gestur adik kelas yang blingsatan kayak cacing kepanasan.
"Terus mesti gimana? Namanya juga hak asasi manusia mas, masak kita larang mereka ngeliatin pakai mata mereka sendiri?" tanya Kanaka sambil menautkan alis, tak peduli meski dia jadi bahan omongan orang-orang itu.
"Susah kalo ngomong sama orang ganteng yak?!" ketus Arlan.
"Makanya Lan, kita kudu sering-sering ke salon agar kita nggak kebanting sama temen kita yang satu itu," ucap Sensen kemudian.
"Biar nggak kebanting mending kita oplas aja nyok?" ajak Aldi membuat dia dianiaya oleh teman-teman nya karena ke-absurd-tan nya itu.
Brug.... kopi di tangan Kanaka terjatuh karena disenggol seseorang.
"Eh maaf, maaf nggak sengaja," ucap cewek dengan dandanan sederhana dan rambutnya dicepol tinggi, agaknya dia buru-buru hingga menabrak Kanaka.
"Woi mata kalo jalan dipakai dong!" ketus Aldi kesal.
"Sorry, gue buru-buru mau ketemu pembimbing, nanti gue ganti ya." Lalu cewek itu melesat pergi meninggalkan mereka.
"Woi.... Woi.... jangan kabur lo!" teriak Arlan yang tidak dipedulikan oleh cewek itu.
"Udahlah, timbang kopi doang kok," tegur Kanaka pelan.
"Halah, pura-pura aja sih dia, palingan emang disengaja biar besok bisa nemuin lo lagi!"
"Udah ah biarin aja!"
Kanaka melihat ke arah cewek tadi menghilang, rasanya tuh..... um, aneh saja!
_________
Hai-hai semua, nih aku terbitin cerita khusus Kanaka Harvey ya guys.
Semoga saja ceritanya lebih menarik dari novel ku sebelumnya.
Thanks untuk semua yang sudah mengikuti aku di IG, di novel toon, pokoknya kalian the best deh.
Salah sayang buat kalian semuanya yah.....
cerita nya bagus tapi jadi ngeh setiap bab gini mulu