Selama hidupnya Lesya memang selalu licik dan tak terkalahkan hanya demi mempertahankan warisan sang ibu. Tetapi dia mengalami kecelakaan dan terjun ke jurang. Lesya dinyatakan meninggal dan harta warisan miliknya dikuasai oleh pamannya yang serakah.
Siapa sangka dia kembali hidup dan memiliki kesempatan untuk membalas dendam. Tetapi Lesya dibangkitkan pada tubuh seorang gadis lemah bernama Yiesha yang di biarkan terkurung dan kelaparan berhari-hari. Jiwanya yang penuh dendam ingin Lesya bisa membalaskan perbuatan keluarga tiri dan teman-temannya yang jahat kepadanya. Lesya berjanji.
Hingga Lesya bertemu dengan atasan sekaligus orang yang membantunya untuk membalaskan dendam. Kenzo pewaris keluarga Will yang buruk rupa. Ingin membuktikan jika dia pewaris yang sah atas kekayaan milik ayahnya.
Bagaimana cara Lesya membalaskan dendamnya? Yukkk... mari kita simak bersama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss_Dew, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1+1x0
Braaakkkkkk
Yiesha yang sedang beristirahat di kamarnya terbangun saat Davinka menendang pintu kamarnya dengan sangat keras.
"Enak banget ya hidupnya, bisa santai seperti ini. Memangnya kamu nyonya di rumah ini hah!! Cepat bangun dan siapkan cemilan dan minuman. Teman-teman aku datang. Ingat, jangan berbuat ulah," ucap Davinka memperingatkan.
Sejujurnya Yiesha masih merasakan lemas di tubuhnya, semalam Yiesha membereskan rumah hingga hampir tengah malam, kekacauan yang di buat ibu tirinya akibat acara arisan harus dibereskan oleh Yiesha.
Setelah ayah kandung Yiesha meninggal karena sakit, ibu dan saudaranya tirinya Davinka sering memperlakukan Yiesha dengan semena-mena. Seluruh pekerjaan rumah tangga dipikul seluruhnya oleh Yiesha seorang, belum lagi Yiesha harus bekerja demi memenuhi kebutuhan rumah tangga padahal ayah Yiesha meninggalkan uang pensiun yang jumlahnya lebih dari cukup.
Sayangnya ibu dan saudara tirinya tidak menganggap Yiesha sebagai bagian dari keluarga. Status Yiesha tak ubahnya seperti pembantu. Terkadang Yiesha tak diberi makan dengan layak, nasi putih dan lauk telur ceplok atau dadar sudah hal yang mewah bagi Yiesha.
Usai menyiapkan beberapa camilan yang masih tersedia dan sirup sebagai minumanya, Yiesha mengantarkannya ke ruang tengah untuk temen-temen Davinka yang datang.
Tatapan mencemooh selalu di terima olehnya karena penampilannya yang lusuh. Belum lagi baju tak layak pakai yang digunakan oleh Yiesha lebih pantas dijadikan kain lap karena sudah bekel dan banyak jahitan.
"Aaahhhhh," pekik seseorang.
Tak sengaja tangan Yiesha menyenggol gelas dan menyebabkan minumannya tumpah dan mengotori baju teman Davinka.
"Kurang ajar, apa Lo ga pernah bisa berhati-hati. Bajuku jadi kotor seperti ini, apa kamu sanggup ganti," bentak Bella dengan mata melotot.
"Ma-maaf, aku tidak sengaja. Sekali lagi maaf, akan aku bantu bersihkan," ucap Yiesha dengan bibir bergetar.
Plaaakkkk
Bella menangkis tangan Yiesha yang hendak mengelap bajunya dengan kain lap yang dia bawa.
"Apa-apaan kamu!!! Ini kain kotor, yang ada bajuku semakin kotor. Kamu jual diri saja belum tentu bisa menggantikannya," hina Bella.
Kata-katanya sangat merendahkan Yiesha, tak sekalipun teman-teman Davinka menghargainya. Terkadang mereka justru ikut menyiksa Yiesha setiap kali ada kesempatan.
"Aaaaahhhkkkk, sakit Ka. Ampun!!" pekik Yiesha kesakitan, Davinka menarik rambutnya dan menyeretnya ke halaman belakang.
Kepala Yiesha langsung pusing dan pening seakan-akan kulit kepalanya terlepas. Teman-teman Davinka justru puas menertawakannya, sama sekali tak memiliki rasa iba maupun peduli.
Bbyyyuuurrrr
Seketika seluruh baju Yiesha basah karena disiram seember air bekas pel oleh Davinka. Tidak hanya basah, kotor dan bau cairan pembersih lantai dirasakan oleh Yiesha.
"Itu hukuman buat kamu yang sudah bikin temanku marah Yiesha. Ini belum ada apa-apa. Tunggu setelah temanku pulang akan aku berikan hukuman yang sesungguhnya!!!" Hardik Davinka dengan puas.
Lelehan air mata tak kuasa dibendung oleh Yiesha, adik tiri yang dulu dia bawa dan lindungi ternyata telah berubah. Davinka kecil selalu di bully oleh teman-temannya disekolah karena tidak memiliki ayah. Merasa kasihan Yiesha sering menolong Davinka dan membawanya ke rumah.
Hingga akhirnya Yiesha meminta sang ayah untuk menikah dengan ibu Davinka agar memiliki keluarga yang lengkap. Ibu Davinka berbuat baik kepada Yiesha untuk menarik perhatian ayah Yiesha dan mau menikah dengannya.
Yiesha pada akhirnya merasakan kebahagian dalam bentuk keluarga yang lengkap. Meskipun ibu tirinya sering kali lebih memanjakan Davinka dibanding dirinya. Yiesha masih menganggapnya wajar, bahkan saat sang ayah lebih membela Davinka. Yang terpenting kebahagiaan sang ayah yang sudah mendapatkan pendamping hidup dan melupakan kesedihannya atas kehilangan ibu kandung Yiesha.
.
.
Yiesha lebih memilih menghabiskan waktu liburnya dengan beristirahat di dalam kamar. Apalagi untuk urusan membersikan rumah dan memasak sudah dikerjakan sejak pagi. Keberadaan teman-teman Davinka membuatnya malas keluar, setelah membersihkan diri Yiesha berdiam dikamarnya.
Namun perutnya tak dapat berkompromi, sejak pagi hanya diisi oleh sebungkus roti dan teh tawar nyatanya tidak mampu menahan lapar hingga sore. Setelah memastikan teman -teman Davinka sudah pulang, barulah Yiesha keluar dari kamarnya.
"Bu, bolehkah Yiesha minta makan? Yiesha lapar Bu, pekerjaan rumah juga semuanya sudah beres," pinta Yiesha sambil menundukkan kepalanya.
Belva, ibu tiri Yiesha sedang bersantai sambil menonton acara di televisi merasa terganggu dengan kedatangan Yiesha.
"Bu.. bu. Sudah saya bilang berulang kali saya bukan ibu kamu. Panggil saya Nyonya!! Lagi pula ayah kamu sudah mati, kenapa sih tidak ikut mati saja!!" Seru Belva tanpa memperdulikan perasaan Yiesha.
Deg
Seperti sebuah pisau tertancap, hatinya begitu sakit mendengar ucapan sang ibu tiri. Yiesha hanya bisa menahan tangisnya di pelupuk mata, Yiesha tak menyangka Belva akan mengeluarkan kata-kata seperti itu.
"Maaf Nyonya," ucapnya dengan lirih.
Jika bukan karena pesan almarhum ayahnya sebelum meninggal, sudah sangat lama Yiesha pergi dari rumah itu. Ayahnya menginginkan Yiesha menjaga Belva dan Davinka hingga akhir hidupnya dan tidak melupakan jasa Belva yang sudah bersedia merawat ayahnya dan Yiesha selama ini.
"Sekali lagi saya mendengar kamu memanggil saya dengan sebutan selain Nyonya, kamu akan menerima hukuman. Kamu hanya boleh makan nasi putih dan sayur saja. Ikan dan ayam yang di atas meja tidak boleh kamu ambil, itu untuk Davinka. Nasinya tidak boleh lebih dari tiga centong. Minumnya juga air putih, bukan teh manis, kopi atau susu. Kamu paham???" Seru Belva, kedua tangannya dilipat di depan dadanya dan memperlihatkan sikap angkuh nya
"Baik nyonya, terima kasih," ucapnya dengan sendu.
Yiesha tak banyak protes, masih bersyukur bisa mendapatkan makan. Apapun yang diberikan oleh Belva, Yiesha selalu menerimanya denga ikhlas. Padahal Yiesha juga bekerja dan menghasilkan uang, terlebih dia juga yang membersihkan dan membereskan pekerjaan rumah. Sungguh apa yang di terima Yiesha tidak sebanding dengan apa yang sudah dia korbankan.
.
.
.
Dengan langkah yang terburu-buru, Lesya menuju ke ruang kerja Brata, paman kandungnya. Kali ini perbuatan Brata tak bisa di maafkan.
Tok
Tok
Tok
Dengan cukup kuat, Lesya mengetuk pintunya. Emosi yang dia tahan selama ini harus dia luapkan saat ini juga. Karena tak kunjung dibukakan pintu akhirnya Lesya memilih untuk menendang pintu tersebut hingga terbuka.
Braaakkkkk
Kedua orang yang terdapat didalan ruang terkejut saat pintu tiba -tiba terbuka. Buru-buru mereka merapikan pakaian mereka yang terbuka. Lesya yang melihat hal tersebut tak bisa menyembunyikan kemarahannya.
"Ini kantor bukan losmen yang bisa kalian pakai buat bertindak me-sum. Dan kamu, mulai besok tidak perlu datang kembali ke kantor ini. Kamu saya pecat!!" ucap Lesya sambil menunjuk kearah perempuan yang ada di samping Brata.
"Ma-maaf kan saya Bu. Saya terpaksa," kilah Sinta.
Dia adalah sekertaris Brata, wanita cantik dan seksi. Bukan sekali dua kali mereka bermain di kantor, banyaknya kesempatan mereka menghabiskan waktu bersama membuat keduanya semakin leluasa bermain api.
"Ciihhh terpaksa atau tidak tapi kamu menikmatinya bukan. Memangnya saya ini atasan yang bodoh dan bisa kamu bohongi begitu saja. Cepat kemasi barang-barang kamu dan keluar dari kantor ini sebelum saya berbuat kasar dan menyuruh security untuk menyeret paksa kamu keluar!!!" Ancam Lesya, sudah cukup muak dengan wanita penggoda yang ada dihadapannya saat ini.
Sinta tak lagi membalas perkataan Lesya, dia memilih keluar dari ruangan tersebut daripada dipermalukan di hadapan rekan kerjanya yang lain.
Lesya menatap nyalang paman yang masih terlihat biasa saja paska kepergok berbuat tidak se-nonoh di kantor. Dia begitu yakin keponakannya itu tidak akan tega memecat apalagi mengusirnya dari kantor almarhum kakaknya.
Lesya melemparkan berkas ke meja kerja Brata hingga beberapa lembar kertas berhamburan ke lantai. Itu adalah bukti Brata telah melakukan penggelapan dan penyalah gunaan wewenang.
"Jelaskan apa maksud ini semua Paman!!!" Tegas Lesya
"Saya mengambil hak apa yang seharusnya menjadi milik saya. Tapi kamu serahkan dan mengambil semuanya padahal saya juga berhak atas sebagaian harta milik kakak saya Lesya!!" ucapnya dengan tidak tahu malu
"Apa hak?? Hak yang mana paman hah??? Apa anda lupa bagaimana sikap anda saat ayah saya meminta bantuan anda untuk sekedar meminjam uang 100 juta? Perusahaan ini murni atas kerja keras ayah dan ibu saya tanpa bantuan sepeserpun yang dari anda paman Brata yang terhormat."
"Bahkan ayah saya sudah memberikan anak cabangnya untuk Anda kelola. Tetapi tabiat busuk anda yang membuat perusahaan itu pada akhirnya bangkrut. Jika bukan permohonan ayah saya, sudah sangat lama saya ingin menendang anda Pak Brata!!!" sungut Lesya, dia tak lagi bermanis-manis di depan pamannya
"Ternyata ini hasil didikan Yudha, kamu setelah besar menjadi anak yang kurang ajar dan berani dengan orang tua hah!!!" ledek Brata, dia memang tak pernah sadar akan kesalahannya.
Lesya mengepalkan tangannya, rasanya sudah habis kesabaran untuk pamannya yang tidak pernah tahu rasa terima kasih.
"Jangan bawa-bawa orang tua saya paman. Saya bersikap seperti ini karena anda sendiri memang pantas mendapatkannya. Sudah banyak dibantu tapi tidak pernah tahu terima kasih. Semakin dikasih hati malah semakin ngelunjak. Sepertinya saya sudah seharusnya bertindak tegas!!!" Hardik Lesya.
"Kau berani dengan paman Lesya!!! Jaga sikapmu!!!" ucapnya setengah teriak, telunjuknya bahkan mengarah ke wajah Lesya.
"Jangan anda kira saya anak kecil kemarin sore Paman. Selama ini saya diam karena saya menghormati dan menghargai Paman dan berharap paman kelak akan berubah. Tetapi paman tak ubahnya seperti batu yang tidak akan berubah sebelum hancur menjadi butiran debu. Jangan salahkan saya jika pada akhirnya Paman akan mendapatkan balasan atas perbuatan Paman selama ini termasuk mendekam di hotel prodeo," ucap Lesya dengan lirih tetapi tegas.
Brata menggerakkan giginya menahan emosi, tak menyangka Lesya sudah berani bertindak tegas kepadanya. Dia berfikir masih bisa memanfaatkan Lesya dan mengambil kekayaan milik kakaknya sebanyak-banyaknya.
Lesya pergi meninggalkan ruangan kerja Brata dan kembali mengerjakan beberapa pekerjaannya yang sempat terbengkalai. Kali ini Lesya harus bekerja keras untuk menutupi kerugian perusahaan akibat penyelewengan dana oleh pamannya.
Brata menghempaskan tubuhnya di kursi miliknya, lemas yang dia rasakan. Dia harus memikirkan cara lain untuk segara menguasai seluruh harta yang ditinggalkan oleh almarhum kakaknya.
Tak lama ponsel miliknya berdering, ternyata sang istri yang menelepon.
"Apa Mah kartu kreditnya di blokir??? Bagaimana bisa??" Jawabnya sambil melotot, salah satu tangannya memijat kepalanya yang berdenyut hebat.
"Gimana ini Pah, mamah ga bisa bayar belanjaan. Mamah malu pah!!!" rengeknya.
Kepalanya semakin mumet terpaksa mematikan teleponnya sepihak karena istrinya terus berbicara tanpa jeda. Brata tak menyangka Lesya akan memblokir kartu kreditnya yang tak lain fasilitas dari kantor yang seharusnya digunakan saat berdinas keluar kota atau menjamu klien.
"Akan aku buat kamu menyesal bocah ingusan. Sebentar lagi kamu akan menyusul kedua orang tuamu ke alam baka."