"Dasar maling rasakan ini..!" Bugs..Bugs..Brakkk.. Jenar memukul maling itu dengan membabi buta. Setelah dirasa tidak ada pergerakan dari maling itu Jenar membuka mata.
"Whaaattt..! kenapa malingnya pakai jas rapi begini, jangan.. jangan dia tamu di restoran lagi, aduh bagaimana ini, lebih baik aku kabur saja"
Mahesa Jenar seorang gadis yang enerjik, penuh semangat, kecil, mungil dan sederhana yang bekerja sebagai asisten chef di sebuah restoran milik keluarga Akihiko.
Adam Athan Akihiko seorang pengusaha muda sekaligus pewaris tunggal Akihiko corporation yang banyak disukai gadis - gadis muda. Patah hati karena ditinggal kekasihnya Jesica yang seorang designer muda.
Karena suatu insiden harus memaksa mereka untuk selalu bertemu dan membuat suatu perjanjian. Apakah Jenar sanggup menghadapi Adam yang pemilih dalam hal makanan...
Hai perkenalkan aku Neen@
Ini adalah novel pertamaku, mudah - mudahan kalian suka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neen@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sakit
Sudah tiga hari ini Jenar bekerja seperti kuli. Menuruti semua permintaan dari Adam dan itu bukanlah hal yang mudah. Belum lagi mulai sore harus sudah stand by di restoran. Akhir - akhir ini banyak pelanggan yang melakukan reservasi, belum lagi tekanan dari Dirga membuat jiwa Jenar lelah.
Malam ini tidak banyak pelanggan yang melakukan reservasi dikarenakan hujan. Jenar duduk termenung di taman dalam ruangan yang memang disediakan oleh tuan Adam untuk pekerja di restoran. Sambil menerawang Jenar berusaha merilekskan pikirannya. Menikmati suara air hujan yang jatuh mengenai atap kaca dari taman sambil menyeruput coklat panas. Untung tuan Adam baik sekali sebagai pemilik baru ia mau memperhatikan karyawannya dengan merenovasi taman yang lebih mirip dengan suasana jepang. Tidak seperti pak Athan yang angkuh dan sombong itu.
Bunga sakura yang ditanam dibeberapa tempat membuat semangat Jenar muncul kembali. Tiba - tiba lamunannya dikagetkan dengan handphone yang berdering.
"Ya bu."
"Kamu besok jadi pulang kan?"
"Iya bu, aku besok akan pulang."
"Kamu jaga kesehatan disana."
"Iya bu, pasti."
"Oya, besok pakde Tarjo yang dari Surabaya mau datang ke rumah."
"Tumben ada perlu apa bu?"
"Kamu ingat Bagas kan? Teman mainmu waktu kecil."
"Ingat."
"Hmm.. itu pakdemu punya rencana ngejodohin kamu sama Bagas, kebetulan Bagas kan sudah kerja di Jakarta."
"Aduh kenapa sih bu pake dijodohin segala, lagian usia Jenar masih dua puluh dua tahun, masih pengen berkarir."
"Bagas itu orangnya modern, pasti memperbolehkan kamu berkarir setelah menikah nanti, ibu lihat kamu juga belum punya pacar."
"Nanti dibahas lagi bu, ini Jenar dipanggil chef Efendi."
"Ya sudah yang semangat, jangan capek - capek."
"Ya bu." Jenar mengakhiri pembicaraan ditelepon dengan ibu. Sebenarnya chef Efendi tidak memanggilnya. Ia cuma tidak ingin melanjutkan lagi pembicaraan soal perjodohan dengan ibu maka itu chef Efendi dijadikan suatu alasan. "Maafkan aku bu."
Tiba - tiba handphonenya berdering lagi "Heh dari si angkuh, jangan - jangan minta makan lagi." gerutunya sambil menarik napas panjang ia mengangkat telepon.
"Selamat malam pak Athan."
"Pendek, buatkan aku camilan sekalian minumnya."
Sialan dia panggil aku pendek batin Jenar. Sabar.. sabar demi hutang biar cepat lunas
"Bapak mau camilan yang manis ato gurih?"
"Gurih saja."
"Baik saya buatkan."
"Aku tunggu satu jam, kamu antar ke kantor."
"Ta..ta..tapi pak.." klik telepon terputus
"Heh awas kamu ya nanti, dasar pria angkuh..!" ucap Jenar sambil mencengkeram erat handphone nya. Bergegas ia menuju dapur, kali ini Jenar akan membuat Lumpia sayur isi jamur disamping mudah, bahan - bahannya sudah tersedia semua. Lanjut membuat minumnya karena saat ini hujan lebih enak minum minuman yang hangat. Jenar akan membuat Wedang uwuh yang kaya akan rempah - rempah.
"Akhirnya selesai." ucapnya lega sambil puas memandang hasil kerjanya dengan kagum. "Lanjut antar kehotel." Jenar kemudian mengganti pakaian kerja dengan pakaian biasa. Rok plisket dan atasan dari bahan rajut warna kuning mustard.
"Waduh, lupa bawa jas hujan lagi. Ah sudahlah aku terjang saja kan cuman air paling juga basah, daripada kena marah si angkuh itu." Jenar melajukan sepeda listriknya dengan kecepatan tinggi. Tak berapa lama sampai juga ia di hotel milik Adam. Setelah memarkirkan sepedanya Jenar masuk ke lobby hotel.
"Maaf mbak, ada perlu apa?" tanya salah seorang concierge. "Mbak tidak diperbolehkan masuk karena bajunya basah."
"Saya mau antar pesanan pak Athan."
"Pesanan pak Athan?" tanya concierge itu kebingungan. "Disini tidak ada yang namanya pak Athan mbak. Coba cek lagi diaplikasi mungkin mbak salah nama atau alamat."
What dia pikir aku ini tukang ojek online yang antar makanan apa!
"Aduh, jangan ribet deh mas. Sudah telat ini, nanti saya yang kena marah."
"Maaf mbak ini sudah peraturan, apalagi disini tidak ada yang namanya pak Athan!"
Setelah beberapa saat berdebat. Tiba - tiba datang Shawn. Sambil memberikan kode kepada concierge agar segera pergi.
"Pesanan buat pak Athan ya."
"Iya nih pak Shawn, saya langsung pamit saja baju saya basah."
Ya, nanti aku sampaikan ke pak Athan."
"Terima kasih." Jenar segera melanjutkan perjalanan lagi menuju rumah. Badannya sudah menggigil kedinginan.
Sementara itu diruangan Adam. Tok..tok..tok..!
"Masuk."
"Selamat malam pak, saya mengantar pesanan dari Jenar."
Adam yang saat itu masih berkutat dengan pekerjaannya teralihkan perhatiaannya setelah mendengar nama Jenar disebut. Sambil melepas kacamatanya "Di mana dia?"
"Sudah pulang pak, bajunya basah karena kehujanan."
"Kehujanan?!" tanya Adam "Apa karena tubuhnya pendek otaknya menjadi bodoh? Kenapa senekat itu?!" ada nada khawatir didalam perkataan Adam.
"Kenapa kamu tidak telepon mang Udin untuk mengantarnya pulang?"
"Tadi Jenar memakai sepeda listrik pak."
"Kamu bisa suruh satpam untuk menyimpan sepedanya kan."
"Maaf, tadi bapak tidak berpesan kepada saya."
"Jadi kamu menyalahkan saya?!"
"Maaf pak saya tidak berani." jawab Shawn sambil menunduk.
"Kalau sampai dia sakit bagaimana." Shawn sempat kaget dengan ucapan atasannya itu yang tampak mengkhawatirkan kondisi Jenar. Sadar akan apa yang dia ucapkan maka Adam menjelaskan "Kamu jangan salah paham, kalau dia sakit nanti dia tidak bisa memasak dan itu menyalahi kontrak perjanjian." Shawn mendengar penjelasan atasannya itu sambil kembali menunduk.
"Sudah..sudah taruh makanannya..! Baru bertemu sebentar dengan dia otakmu jadi ikut - ikutan bodoh!"
Tanpa menjawab Shawn membawa dan meletakkan makanan Jenar diatas meja tamu. Adam bergegas duduk disofa dan membuka makanan itu. Betul dugaanku seperti biasa dia selalu bisa membuat makanan sesuai seleraku. Penuh variasi dan mengutamakan kandungan gizi. Sambil tersenyum puas Adam menikmati makanan itu tanpa sisa.
"Kamu tahu Shawn, si pendek itu benar - benar pintar memasak."
"Ya pak." Shawn hanya memperhatikan tingkah bosnya itu. Entah dia suka dengan masakannya atau suka dengan yang memasak. Shawn tidak berani ikut campur. Dari berganti nama sampai kontrak perjanjian yang isinya tidak masuk akal itu, sudah menjawab semua pertanyaannya tadi. Tentu saja suka dengan yang memasak.
🍁🍁🍁🍁
Matahari mulai terbangun dari peraduannya, memancarkan sinarnya menghapus titik - titik embun di dedaunan, menghangatkan tubuh dari udara dingin, tapi berbeda dengan kondisi tubuh Jenar yang agak demam dan pusing.
Tok! Tok! Tok! Tok!
"Ya sebentar." jawabnya lirih sambil berusaha untuk bangun. Kepala Jenar rasanya sakit dan beputar - putar. Masih dengan mengenakan kaos oblong yang kebesaran Jenar membuka pintu
"Pak Athan?"
"Disamping otak kamu bodoh, ternyata kamu juga malas ya."
"Maaf pak, saya agak demam. Kalau bapak mengajak berdebat besok saja kalau saya sudah sembuh, pasti akan saya ladeni."
"Mulai berani kamu sama aku."
"Saya sakit begini juga karena mengantar pesanan ke kantor bapak."
"O..o..o.. tambah pintar kamu ya cari alasan. Kamu menyalahkanku."
Jenar hanya mengeleng - gelengkan kepala "Saya tidak berani pak."
"Bagus sekarang kamu mau kasih aku sarapan apa."
Sambil menghela napas panjang "Sandwich saja ya pak. Mari silahkan duduk." lanjutnya.
Adam masuk dan "Nih, obat buat kamu."
"Dari mana bapak tahu kalau saya sakit?"
"Jangan kamu samakan otakku dengan otak kamu yang kecil itu. Aku sudah memperkirakan dari awal sehabis kamu mengantar makanan ke kantor."
"Iya..iya bapak Athan yang paling pintar sedunia. Terima kasih obatnya, akan saya minum." jawab Jenar sambil memaksa tersenyum.
Setelah membuatkan sarapan. Jenar segera meminum obat pemberian Adam. Agak mendingan rasanya, pusingnya juga berangsur - angsur hilang.
Tiba - tiba tangan besar Adam memegang dahi Jenar "Demamnya sudah berkurang." hal itu membuat Jenar menjadi tersipu. Aduh Jenar kamu jangan kegeeran, dia seperti itu biar kamu cepat sembuh dan bisa membully kamu lagi batin Jenar sambil menetralkan deguban jantungnya.
"Maaf pak, saya mau ijin. Untuk siang dan nanti malam saya tidak bisa memasak untuk bapak."
Sambil mengernyitkan dahi "Kenapa?"
"Hari ini saya mau pulang ke rumah ibu, ada perlu."
"Hmmm.. oke karena aku orang yang baik hati, maka aku ijinkan."
"Terimakasih pak."
"Tapi jangan senang dulu, perjanjiannya jadi mundur satu hari dari hari yang ditentukan."
Tuh kan benar dugaanku, mana mungkin orang angkuh dan sombong seperti dia mau menolong dengan cuma - cuma.
"Baiklah pak saya terima."
"Sekarang kamu ganti baju, aku antar ke rumah ibu kamu."
"Nggak usah pak, saya bisa sendiri." bantah Jenar.
"Dengan kondisimu yang seperti ini?" tanya Adam sambil menjentikkan jarinya di dahi Jenar.
"Aduh..!" sambil mengusap - usap dahinya.
"Bener pak, tidak usah, saya tidak mau merepotkan bapak."
"Aku tidak suka ada penolakan." Melihat raut wajah Adam yang berubah dingin jenar jadi tidak kuasa menolak.
"Iya..iya." jawab Jenar sambil memanyunkan bibirnya. "Permisi saya ganti baju dulu."
Tak lama kemudian Jenar sudah siap, hanya dengan memakai baju yang sederhana yaitu terusan pendek warna coklat muda membuat Jenar kelihatan cantik. Adam yang melihat penampilan Jenar sempat tertegun dengan penampilannya. Ditambah aroma stroberry dari tubuhnya yang tiba - tiba membuat jantungnya berdebar tak menentu.
"Pak saya sudah siap. Pak! Pak!" panggil Jenar.
"Ehem.." Adam berdehem untuk menetralkan suasana hatinya agar Jenar tidak menyadari kalau dia terpesona dengan penampilannya.
"Ayo.. Kamu seharusnya bersyukur, karena aku berhati baik mau mengantarkan kamu."
Jenar mencibirkan bibirnya, siapa juga yang mau diantar batin Jenar. "Terima kasih banyak tuan Athan yang terhormat, baik hati, tampan dan tidak sombong." ucap Jenar sambil membungkuk. Melihat itu Adam tambah gemas dengan tingkah Jenar. Ingin rasanya ia mencubit pipinya.
Adam melajukan mobil Range Rover miliknya menembus pancaran fajar dipagi hari menuju rumah Jenar. Hatinya terasa hangat karena sepanjang perjalanan tidak hentinya Jenar bercerita mengenai resep - resep barunya yang telah dia persiapkan. Walaupun Adam menyukai ketenangan tapi kenapa mendengar suara Jenar membuat dunianya teralihkan dan lebih berwarna. Kau milikku pendek... batin Adam sambil tersenyum penuh arti.
🍁🍁🍁🍁