NovelToon NovelToon
Mahar Nyawa Untuk Putri Elf

Mahar Nyawa Untuk Putri Elf

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Perperangan / Elf / Action / Budidaya dan Peningkatan / Cinta Murni
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Tiga Alif

Dibuang ke neraka Red Line dengan martabat yang hancur, Kaelan—seorang budak manusia—berjuang melawan radiasi maut demi sebuah janji. Di atas awan, Putri Lyra menangis darah saat tulang-tulangnya retak akibat resonansi penderitaan sang kekasih. Dengan sumsum tulang yang bermutasi menjadi baja dan sapu tangan Azure yang mengeras jadi senjata, Kaelan menantang takdir. Akankah ia kembali sebagai pahlawan, atau sebagai monster yang akan meruntuhkan langit demi menagih mahar nyawanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiga Alif, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10: Pertahanan Pertama

Zirah besi tua yang dirakit oleh Bara terasa dingin dan kasar saat menempel di dada Kaelan yang terengah-engah. Bau karat bercampur keringat memenuhi indra penciumannya, namun Kaelan tidak punya waktu untuk merasa tidak nyaman. Di hadapannya, kabut hitam yang sempat menguap kini mulai memadat kembali, membawa gelombang kedua Legiun Bayangan yang jauh lebih ganas daripada sebelumnya.

"Kaelan! Zirahmu... itu mulai retak!" teriak Bara sembari menahan gerbang belakang sektor dengan punggungnya yang lebar. "Serangan Avatar tadi bukan sekadar hantaman fisik, dia menyuntikkan racun Void ke dalam logamnya!"

Kaelan menunduk, melihat garis-garis hitam yang merayap di permukaan zirahnya. "Jangan pedulikan zirahnya, Bara! Pastikan anak-anak dan budak yang terluka sudah masuk ke dalam terowongan tambang terdalam. Mina sedang menunggu mereka di sana!"

"Tapi pengawas pintu belakang menghilang!" suara Bara meninggi karena panik. "Bajingan itu membawa kunci cadangan. Jika dia membuka gerbang untuk menyelamatkan nyawanya sendiri, Void akan masuk dari belakang dan kita akan terjepit!"

Kaelan mengepalkan tinjunya. Ia merasakan getaran di dalam tulangnya—energi Iron Bone miliknya bereaksi terhadap racun tersebut. "Jaga barisan depan, Bara! Aku akan mengurus pengkhianat itu."

Sementara itu, di ketinggian ribuan mil di atas Terra, Lyra Elviana sedang berlutut di balik pintu kamarnya yang terkunci rapat. Tangannya yang gemetar menutupi matanya yang kini mulai memancarkan cahaya ungu gelap yang pekat. Rasa panas yang tak tertahankan menjalar di kepalanya, sebuah efek samping dari resonansi batin yang terlalu sering ia gunakan untuk memantau keselamatan Kaelan.

Tok! Tok! Tok!

"Putri Lyra? Ini Lady Sylvana," suara tenang namun tajam terdengar dari balik pintu. "Aku merasakan fluktuasi energi yang tidak wajar dari dalam kamarmu. Apakah kau sedang melakukan ritual tanpa izin Council?"

Lyra tersentak, air mata panas jatuh di tangannya. "Pergilah, Lady Sylvana! Aku... aku hanya sedang tidak enak badan. Aku tidak ingin diganggu oleh siapapun!"

"Gejala sakitmu terasa sangat mirip dengan energi dari Celah Void, Putri," suara Lady Sylvana terdengar lebih dekat, seolah ia sedang menempelkan telinganya di kayu pintu. "Buka pintunya, atau aku akan melaporkan hal ini kepada High Lord Valerius sebagai ancaman keamanan."

"Aku bilang pergi!" teriak Lyra, suaranya pecah oleh kemarahan yang ia gunakan untuk menutupi rasa takutnya. "Apakah seorang putri tidak boleh memiliki privasi untuk menderita dalam malu? Ataukah peramal agung sekarang merangkap menjadi penjaga pintu?"

Di bawah sana, di Sektor 4, Kaelan melesat menuju gerbang belakang. Ia menemukan pengawas tersebut sedang gemetar, mencoba memasukkan kunci ke lubang gerbang yang mengarah ke wilayah tak bertuan, berharap bisa lari dari kematian meskipun harus mengorbankan ribuan nyawa budak.

"Berhenti," suara Kaelan rendah namun mengandung otoritas yang membuat pengawas itu menjatuhkan kuncinya.

"Kaelan! Jangan bunuh aku! Aku... aku hanya ingin hidup!" pengawas itu berlutut, wajahnya pucat pasi. "Kau budak, kau harusnya tahu rasanya takut mati!"

Kaelan berjalan mendekat. Debu perak dari auranya mulai melapisi zirah besinya, memperkuat logam yang retak itu secara instan. "Aku tahu rasanya takut mati. Tapi aku juga tahu rasanya dikhianati oleh orang yang seharusnya melindungi. Jika kau membuka gerbang ini, kau bukan hanya membunuh budak, kau membunuh martabatmu sendiri."

"Persetan dengan martabat! Aku ingin selamat!" teriak pengawas itu sembari mencoba mengambil belatinya.

Kaelan menangkap pergelangan tangan pria itu sebelum belati sempat terangkat. Ia menatap mata sang pengawas dengan tatapan yang dingin. "Kau akan selamat. Tapi kau akan selamat sebagai saksi keberanian kami, bukan sebagai pengecut yang lari."

Kaelan meremukkan belati itu dengan tangan kosong, lalu melempar kunci gerbang ke arah Bara yang baru saja tiba. "Ikat dia di tiang tengah. Biarkan dia melihat bagaimana 'sampah logistik' yang dia hina ini mempertahankan tempat yang dia khianati."

"Kaelan! Mereka datang!" teriak Bara sembari menunjuk ke arah tembok samping yang mulai runtuh.

Gelombang bayangan melompat masuk dari reruntuhan. Kaelan berdiri di depan barisan budak yang kini memegang perisai kayu berlapis besi tipis. Ia merasakan beban di pundaknya bukan lagi berat zirah, melainkan nyawa-nyawa di belakangnya.

"Legiun Karang! Rapatkan barisan!" perintah Kaelan. "Jangan biarkan kegelapan ini melihat satu pun mata yang berkedip karena takut!"

Melalui resonansi, Lyra yang masih bersembunyi di balik pintu kamarnya merasakan ledakan tekad Kaelan. Rasa takutnya pada Lady Sylvana mendadak memudar, digantikan oleh keberanian yang dipinjam dari pria yang ia cintai.

"Lady Sylvana," Lyra berkata dengan suara yang kini jauh lebih stabil, meskipun matanya masih ungu gelap. "Jika kau tidak pergi sekarang, aku akan memastikan High Lord tahu bahwa kau mencoba mengintip putri keluarga Elviana di saat ia sedang tidak berbusana. Apakah reputasimu sebagai peramal agung akan bertahan setelah itu?"

Hening sejenak di balik pintu. Kemudian, langkah kaki Lady Sylvana terdengar menjauh secara perlahan.

"Kau bermain dengan api, Lyra," gumam Lady Sylvana dari kejauhan.

Lyra menghela napas lega, namun ia tahu ini hanya kemenangan sementara. Ia kembali memfokuskan pikirannya ke bawah, ke tengah medan perang di mana Kaelan sedang menghadapi Avatar Void yang baru saja muncul dari dalam lubang reruntuhan.

"Kau... tidak seharusnya memiliki kekuatan ini, Spark Tahap 3," suara Avatar Void itu bergema, jauh lebih kuat dari sebelumnya.

Kaelan mengangkat kapak tambangnya yang kini memancarkan cahaya perak murni. "Dunia ini penuh dengan hal-hal yang tidak seharusnya terjadi. Dan malam ini, kehancuranmu adalah salah satunya."

Avatar Void itu melesat maju, gerakannya tidak lagi menyerupai bayangan yang merayap, melainkan seperti kilatan hitam yang membelah udara. Pedang hitamnya yang panjang menghantam kapak perak Kaelan, menciptakan gelombang kejut yang membuat tanah di bawah kaki mereka retak. Kaelan merasakan tekanan itu merambat melalui struktur Iron Bone di lengannya, membuat otot-ototnya menjerit karena beban yang tak manusiawi.

"Kaelan! Mundur!" Bara berteriak sembari mencoba mendekat, namun ia tertahan oleh kerumunan bayangan kecil yang terus merubung barisan perisai budak.

"Tetap di posisimu, Bara! Jaga anak-anak!" Kaelan membalas dengan raungan.

Di batinnya, Kaelan merasakan dunianya mulai berubah warna. Penglihatannya perlahan diselimuti kabut kemerahan—tanda bahwa amarahnya mulai mengaktifkan sisa-sisa energi Void yang ia serap sebelumnya. Ia melihat detak jantung Avatar itu sebagai titik cahaya hitam yang berdenyut. Ini adalah penglihatan yang belum pernah ia alami sebelumnya, sebuah Reveal dari potensi Mata Void yang belum sempurna.

"Kau melihatnya, bukan? Kegelapan yang memanggilmu," suara Avatar itu berbisik tepat di telinga Kaelan saat senjata mereka saling mengunci. "Kau bukan penyelamat mereka. Kau adalah benih kehancuran yang mereka takuti."

"Aku adalah perisai yang akan menghancurkanmu," desis Kaelan.

Kaelan memusatkan seluruh energi peraknya ke inti sumsum tulangnya. Ia membiarkan energi itu meledak keluar, melapisi zirah besi tuanya hingga logam yang berkarat itu tampak bersinar seperti perak murni. Dalam satu gerakan putaran yang presisi, ia membelokkan pedang Avatar itu dan menghantamkan kepalanya ke pelindung wajah makhluk tersebut.

BRAK!

Pelindung wajah Avatar itu retak, memperlihatkan kekosongan di dalamnya. Kaelan tidak berhenti. Ia mengayunkan kapaknya dalam lintasan vertikal, membelah dada Avatar tersebut tepat di titik cahaya hitam yang ia lihat tadi.

Pekikan melengking memenuhi Sektor 4 saat tubuh Avatar itu hancur menjadi debu hitam yang pekat. Kaelan berdiri tegak di tengah hujan debu tersebut, namun napasnya tersengal-sengal. Zirah besinya perlahan meredup, memperlihatkan retakan yang jauh lebih dalam dari sebelumnya. Cairan hitam kental mulai merembes dari bahunya—racun Void telah menembus kulitnya.

Di Benua Langit, Lyra jatuh berlutut di atas karpet beludrunya. Ia mencengkeram bahu kirinya sendiri, merasakan perih yang membakar seolah-olah kulitnya disiram air keras. Resonansi Shared Scar mengirimkan rasa sakit Kaelan tanpa ampun.

"Kaelan... bertahanlah," bisik Lyra dengan bibir yang membiru.

Ia merangkak menuju meja kecilnya, mencari botol air untuk membasuh wajahnya yang pucat. Namun, tangannya gemetar hebat. Ia merasa malu karena di saat Kaelan bertarung nyawa demi ribuan orang, ia hanya bisa bersembunyi di dalam kamar mewah, terkunci oleh ketakutannya sendiri.

"Aku harus melakukan sesuatu," tekad Lyra menguat. Ia menutup matanya, mencoba mengirimkan sisa energi mananya melalui jalur resonansi untuk menetralkan racun di tubuh Kaelan, meskipun itu berarti ia akan pingsan karena kelelahan jiwa.

Di Terra, kabut hitam mulai memudar seiring dengan hancurnya sang Avatar. Para budak bersorak lemah, namun sorakan itu segera berubah menjadi kepanikan saat mereka melihat Kaelan ambruk di atas tumpukan batu.

"Mina! Cepat ke sini!" Bara menggendong Kaelan ke dalam barak medis darurat.

Mina memeriksa luka di bahu Kaelan dengan tangan gemetar. Wajahnya memucat saat melihat urat-urat hitam yang mulai menjalar dari luka itu menuju leher Kaelan. "Ini bukan racun biasa. Ini adalah Void Infusion. Kita butuh penawar dari gudang elit Council, atau jantungnya akan berhenti dalam hitungan jam."

"Gudang elit? Itu dijaga oleh ksatria sihir!" Bara memukul dinding barak. "Bagaimana mungkin kita bisa masuk ke sana?"

Kaelan membuka matanya sedikit, menatap langit-langit barak yang bocor. Di dalam kesadarannya yang mulai memudar, ia melihat bayangan Lyra yang sedang menangis. Ia ingin bicara, ingin mengatakan bahwa ia baik-baik saja, namun suaranya tertahan oleh rasa pahit empedu di lidahnya.

"Mina..." bisik Kaelan parau. "Jangan... jangan biarkan mereka tahu... aku terluka separah ini. Legiun Karang... butuh pemimpin yang kuat."

Mina menatap Kaelan dengan mata berkaca-kaca. Ia menyadari bahwa pria ini masih memikirkan martabat kaumnya di saat ajalnya mendekat. "Aku akan menyelamatkanmu, Kaelan. Apapun harganya."

Di luar barak, ribuan budak berdiri dalam diam. Mereka menatap pintu barak medis dengan penuh kecemasan. Mereka baru saja memenangkan pertempuran pertama mereka, namun pahlawan mereka kini berada di ambang kematian. Malam yang panjang di Sektor 4 baru saja dimulai, sebuah malam yang akan menentukan apakah fajar akan benar-benar terbit bagi Terra ataukah kegelapan akan kembali menelan mereka selamanya.

1
prameswari azka salsabil
awal keseruan
Kartika Candrabuwana: iya betul
total 1 replies
prameswari azka salsabil
sungguh pengertian
prameswari azka salsabil
kasihan sekali kaelan
Kartika Candrabuwana: iya betul
total 1 replies
prameswari azka salsabil
luar biasa
Kartika Candrabuwana: jos pokoknya👍
total 1 replies
prameswari azka salsabil
ujian ilusi
Kartika Candrabuwana: iya betul
total 1 replies
prameswari azka salsabil
sesuai namanya
Kartika Candrabuwana: iya betul
total 1 replies
prameswari azka salsabil
syukurlah kaelan meningkat
Kartika Candrabuwana: iya betul
total 1 replies
prameswari azka salsabil
ada petubahan tradisi?
Kartika Candrabuwana: pergerseran nilai
total 1 replies
prameswari azka salsabil
kaelan bertahanlah
Kartika Candrabuwana: ok. makasih
total 1 replies
prameswari azka salsabil
bertarung dengan bayangan🤣
Indriyati
iya. untuk kehiduoan yang lebih baik
Kartika Candrabuwana: betul sekali
total 1 replies
Indriyati
ayo kaelan tetap semanhat😍
Kartika Candrabuwana: iya. nakasih
total 1 replies
Indriyati
bagus kaelan semakinnkuat👍😍
Kartika Candrabuwana: iya betul
total 1 replies
Indriyati
iya..lyra berpikir positif dan yakin👍💪
Kartika Candrabuwana: betul
total 1 replies
Indriyati
seperti di neraka😄🤭🤭
Kartika Candrabuwana: iya. makssih
total 1 replies
prameswari azka salsabil
wuihhh. asyik benere👍💪
prameswari azka salsabil
iya kasihan juga ya🤣🤣
Kartika Candrabuwana: iya betul
total 1 replies
prameswari azka salsabil
ini pertambangan ya😄
Kartika Candrabuwana: kurang lebih iya
total 1 replies
prameswari azka salsabil
hidup kaelan👍💪
Kartika Candrabuwana: baik. ayo kaelan
total 1 replies
prameswari azka salsabil
bersabar ya
Kartika Candrabuwana: iya. makasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!