NovelToon NovelToon
Perjalanan Mengubah Nasib

Perjalanan Mengubah Nasib

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / CEO
Popularitas:437
Nilai: 5
Nama Author: clara_yang

Bagaimana jadinya jika seorang wanita yang dulunya selalu diabaikan suaminya bereinkarnasi kembali kemasalalu untuk mengubah nasibnya agar tidak berakhir tragis. jika ingin tau kelanjutannya ikuti cerita nya,,!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon clara_yang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

Pagi pertama setelah pernikahan seharusnya dipenuhi senyum, aroma sarapan, dan percakapan kecil yang manis. Namun bagi Keyla, pagi itu terasa sedikit… kosong.

Ia bangun perlahan, mengedipkan mata pelan saat cahaya matahari memasuki kamar melalui tirai tipis. Tempat tidur di sebelahnya sudah kosong. Selimutnya dirapikan. Tidak ada jejak panas tubuh, tidak ada aroma yang tertinggal.

Kenny bangun duluan?

Keyla duduk dan merapikan rambutnya, mencoba menenangkan perasaan aneh yang muncul begitu ia tidak melihat Kenny tampak di kamar.

Ia melangkah keluar, melewati lorong panjang yang masih sepi. Namun tiba-tiba, suara percakapan rendah terdengar dari ruang kerja Kenny.

Keyla berhenti.

Suaranya pelan. Serius. Hampir seperti sedang menahan sesuatu.

“Kau tidak seharusnya menghubungiku hari ini,” suara Kenny terdengar tegang.

Keyla mendekat sedikit.

“Aku bilang jangan menghubungiku sampai aku sendiri yang mencarimu… ya, aku menikah… itu bukan urusanmu lagi.”

Jantung Keyla mulai berdetak terlalu cepat.

Siapa yang dia telepon pagi-pagi begini? Dan kenapa suaranya seperti sedang menyembunyikan sesuatu?

Ia hendak mengetuk pintu ketika suara Kenny terdengar lagi—lebih pelan, nyaris berbisik.

“Aku bilang aku akan menyelesaikan semuanya setelah ini. Jangan campur-campur urusan rumah tanggaku.”

Keyla terdiam.

Ada kalimat lain yang terdengar, namun terlalu samar untuk dimengerti. Lalu…

“Jangan datang ke kantor. Dan jangan hubungi nomor ini lagi. Itu perintah.”

Seseorang berusaha kembali berbicara dari telepon, tetapi Kenny memotong cepat.

“Aku serius. Jangan muncul di hidupku lagi.”

Click.

Telepon ditutup.

Keyla menahan napas, mencoba menggabungkan potongan-potongan percakapan itu. Seseorang yang tidak boleh menghubungi… seseorang yang masih ada urusan dengannya… seseorang yang ia larang datang ke kantor?

Ia tidak ingin berspekulasi buruk.

Tapi perasaan resah itu menempel.

Ketika Kenny membuka pintu, ia terkejut melihat Keyla berdiri di depan.

“Keyla?” Alisnya naik sedikit. “Sudah bangun?”

Keyla tersenyum kecil, berusaha tampak normal. “Iya… kamu dari tadi di dalam?”

Kenny menatapnya beberapa detik, seolah menilai apakah Keyla mendengar seluruh percakapan itu. Ia kemudian mengangguk.

“Hanya jawab beberapa email kerja.”

Keyla terdiam. Itu jelas bukan email.

Tapi ia tidak ingin memulai hari dengan konfrontasi.

“Oh… baik.” Keyla menunduk. “Aku pikir kamu pergi.”

“Aku tidak akan pergi tanpa bilang padamu.” Kenny tersenyum kecil lalu mengusap puncak kepala Keyla pelan. “Ayo sarapan.”

Namun bahkan saat ia tersenyum…

Matanya tidak ikut tersenyum.

Dan itu yang paling membuat Keyla tidak tenang.

**

Meja sarapan dipenuhi makanan enak—croissant hangat, telur, buah segar, dan kopi.

Namun Keyla hanya memakan sedikit.

Kenny memperhatikannya.

“Kamu tidak suka makanannya?”

“Bukan begitu.” Keyla menggeleng. “Aku hanya sedang… memikirkan sesuatu.”

“Mengenai?”

Keyla memandang Kenny lama.

Tentang suara telepon tadi. Tentang nada suaranya. Tentang nama yang tidak ia dengar, tapi jelas penting.

Namun Keyla tidak ingin terlihat seperti istri yang cemburuan atau mengekang.

“Tidak ada,” jawabnya akhirnya dengan senyum kecil.

Kenny diam sebentar sebelum berkata, “Kamu boleh bilang apa saja padaku, Keyla.”

Keyla menunduk. “Aku tahu.”

Tetapi tidak semua hal bisa langsung ia ungkapkan, bukan?

Kenny meraih cangkir kopi. “Setelah sarapan, aku harus ke kantor sebentar. Ada meeting mendadak.”

“Tapi bukannya kamu bilang kamu ambil cuti dua hari?”

Kenny terhenti. Matanya melirik Keyla cepat.

“Ya… tapi ini penting.”

“Apa tidak bisa ditunda?” Keyla bertanya sangat pelan. “Ini hari pertama kita…”

Ia tidak menyelesaikan kalimat itu. Rasanya terlalu menyedihkan untuk berkata hari pertama sebagai suami istri seharusnya milik kita.

Kenny mengembuskan napas lembut dan meraih tangan Keyla di meja.

“Aku mengerti. Tapi ini benar-benar penting dan tidak bisa kuhindari.”

“Aku ikut kamu.”

“Tidak.” Kenny langsung menolak. “Pertemuannya bukan tipe yang pantas kamu dengar.”

Keyla menegang. Lagi-lagi ada sesuatu yang Kenny sembunyikan.

“Kalau begitu, aku tunggu kamu di rumah.”

“Bagus.” Kenny berdiri, lalu mencium kening Keyla sebelum pergi.

Sentuhan itu lembut. Namun hati Keyla tetap berdesir dengan rasa tidak nyaman.

**

Kenny pergi sekitar sepuluh menit kemudian.

Begitu pintu depan tertutup, Keyla berdiri di ruang tamu, memeluk dirinya sendiri.

Ada apa sebenarnya?

Keyla berjalan naik ke lantai dua, ke kamar mereka. Ia duduk di tepi ranjang, menatap jendela yang memantulkan wajahnya.

Kenny berubah baik… sangat baik… tapi kenapa rasanya ada sesuatu yang dia sembunyikan?

Ia tidak ingin berburuk sangka. Tapi hati manusia tidak bisa dibohongi.

“Kenapa kamu seperti ini, Kenny…” gumamnya lirih.

Ia bangkit dan berjalan ke ruang kerja Kenny. Pintu tidak terkunci. Keyla membuka sedikit, masuk perlahan.

Ruangan itu rapi. Terlalu rapi. Seolah tidak digunakan untuk apa pun selain rapat. Tidak ada foto pribadi. Tidak ada barang berserakan.

Hanya satu hal yang mencolok: sebuah kertas memo kecil di meja.

Keyla mendekat.

Tulisan tangan di atasnya terbaca jelas.

"Jangan lupa balas pesan dia. Jangan buat dia panik."

Tindakannya menghentak napas Keyla.

Dia?

Tidak ada nama. Hanya “dia”.

Keyla meremas ujung bajunya, menahan rasa dingin yang merambat ke tubuhnya.

“Kenapa kamu tidak jujur padaku…?” bisiknya.

Suara langkah mendadak terdengar dari arah pintu. Keyla terlonjak dan buru-buru menyimpan memo itu kembali.

Itu bukan Kenny.

Hanya pelayan yang lewat.

Namun ketakutannya membuat tubuhnya lemas.

Ia keluar dari ruang kerja, menutup pintu perlahan, dan kembali ke kamar sambil memeluk dirinya.

Untuk pertama kalinya sejak menikah kembali… Keyla merasakan jarak.

**

Siang hari berlalu lambat. Keyla mencoba membaca buku, menonton, bahkan memasak sedikit, tetapi pikirannya selalu kembali ke satu hal:

Kenny.

Lebih tepatnya:

Siapa perempuan yang menghubungi Kenny pagi ini?

Dulu, di kehidupan sebelumnya, ia jarang menuntut perhatian. Namun kini, ia merasa takut kehilangan bahkan sebelum benar-benar memiliki.

Ketika jam menunjukkan pukul 3 sore, suara pintu depan terdengar.

Kenny pulang.

“Keyla?” panggilnya.

Keyla turun dari tangga, menyimpan ekspresi datarnya.

“Kamu cepat pulang,” katanya lembut.

“Aku sudah bilang aku tidak pergi lama.” Kenny tersenyum kecil. “Aku tidak mau membuatmu menunggu.”

Keyla tertegun.

Kalimat itu manis. Sangat manis. Tapi juga terasa seperti penutup luka yang belum berhenti berdarah.

“Ada apa?” tanya Kenny. “Kamu terlihat pucat.”

“Aku baik,” jawab Keyla cepat.

Kenny mendekat. “Kamu yakin?”

Keyla hendak berkata sesuatu, namun pertanyaan yang sebenarnya ingin keluar justru menahan suaranya di tenggorokan:

Siapa yang menelponmu tadi pagi?

Namun ia terlalu takut mendengar jawabannya.

Kenny menyentuh pipinya. “Kalau kamu tidak suka aku pergi tadi, bilang saja. Aku akan usahakan tidak mengulanginya.”

Keyla menggeleng cepat. “Bukan itu…”

Kenny menunggu.

Keyla menunduk. “Aku hanya… takut.”

“Takut apa?”

Takut kamu berubah. Takut kamu menyembunyikan sesuatu. Takut kehilangan kesempatan kedua ini.

“Takh apa-apa,” katanya akhirnya.

Kenny memeluknya pelan. “Kamu tidak akan kehilangan aku.”

Namun Keyla merasakan sesuatu yang mengganjal:

Pelukan itu hangat—

tapi jantung Kenny berdetak terlalu cepat.

Seperti seseorang yang juga sedang menyembunyikan ketakutan.

Atau…

Kebohongan.

**

Malamnya, ketika Kenny tertidur, Keyla kembali terjaga. Ia memandang wajah suaminya yang terlihat tenang itu.

“Kenapa kamu tidak jujur padaku…” bisiknya lirih.

Ia menyentuh tangan Kenny perlahan.

“Apa yang sebenarnya kamu sembunyikan dariku?”

Pertanyaan itu menggantung di udara.

Dan untuk pertama kalinya…

Keyla mulai merasakan sesuatu yang mengintip dari balik kebahagiaan mereka:

Bayangan.

Bayangan yang pelan-pelan mendekat, menunggu waktu untuk memecah ketenangan yang mereka bangun.

1
SHAIDDY STHEFANÍA AGUIRRE
Nangkring terus
Tsuyuri
Ngga kecewa sama sekali.
sweet_ice_cream
Jangan berhenti menulis, cerita yang menarik selalu dinantikan.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!