Kirana Aulia, seorang asisten junior yang melarikan diri dari tekanan ibu tirinya yang kejam, tiba-tiba dihadapkan pada kenyataan pahit, ia hamil setelah insiden satu malam dengan CEO tempatnya bekerja, Arjuna Mahesa.
Sementara Kirana berjuang menghadapi kehamilan sendirian, Arjuna sedang didesak keras oleh orang tuanya untuk segera menikah. Untuk mengatasi masalahnya, Arjuna menawarkan Kirana pernikahan kontrak selama dua tahun.
Kirana awalnya menolak mentah-mentah demi melindungi dirinya dan bayinya dari sandiwara. Penolakannya memicu amarah Arjuna, yang kemudian memindahkannya ke kantor pusat sebagai Asisten Pribadi di bawah pengawasan ketat, sambil memberikan tekanan kerja yang luar biasa.
Bagaimana kelanjutannya yukkk Kepoin!!!
IG : @Lala_Syalala13
FB : @Lala Syalala13
FN : Lala_Syalala
JADWAL UPLOAD BAB:
• 06.00 wib
• 09.00 wib
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IKSP BAB 15_Ancaman Masa Lalu
Setelah perjamuan keluarga Mahesa, hidup Kirana di kantor menjadi lebih rumit. Di satu sisi, Arjuna masih memberinya tugas yang menumpuk. Di sisi lain, Laksmi Mahesa kini sering menghubunginya, mengirim makanan sehat, dan mengirim pesan yang berisi saran kehamilan. Laksmi benar-benar menganggap Kirana sebagai menantu kesayangannya.
Kirana harus berjuang menjaga kerahasiaan hubungannya dengan Arjuna dari rekan kerja, menjaga rahasia kehamilannya dari semua orang di kantor, dan menjaga sandiwara pernikahan dari Laksmi.
Di tengah semua kekacauan itu, muncul kembali bayangan gelap dari masa lalunya yaitu Wulan, ibu tirinya.
Setelah Kirana pindah dan memutus komunikasi, Wulan dan Adit mengalami kesulitan finansial. Adit, yang malas bekerja, kini terlilit utang judi online yang cukup besar. Wulan, yang terbiasa hidup dari gaji Kirana, kini panik.
Ponsel Kirana, yang ia jaga selalu mode senyap, mulai dipenuhi pesan dan panggilan tak terjawab dari Wulan.
Wulan : Kirana! Angkat teleponmu! Adikmu butuh uang sekarang juga!
Wulan : Jangan jadi anak durhaka! Kamu di mana? Kamu harus bantu Adit, ini demi keluarga!
Wulan : Kalau kamu tidak hubungi saya, saya akan cari kamu sampai ke kantor! Saya tahu kamu kerja di mana!
Kirana membaca pesan-pesan itu dengan perasaan jijik dan takut. Ia tidak ingin terlibat lagi, apalagi setelah Wulan menghancurkan barang-barang kenangannya. Namun, ia tahu Wulan akan nekat. Ia tidak tahu bahwa Kirana sudah menikah, tetapi Wulan tahu alamat kantor Kirana.
Saat jam makan siang, Kirana terpaksa berbohong pada Arjuna dan Bayu bahwa ia akan makan siang di luar. Ia segera menelepon Wulan.
^^^"Halo, Ma. Ada apa?" tanya Kirana, suaranya tegang.^^^
"Ada apa?! Anak durhaka! Adikmu terlilit utang rentenir, Kirana! Kamu harus kasih kami uang! Minimal lima puluh juta!" hardik Wulan dari seberang telepon.
^^^"Lima puluh juta?! Ma, saya tidak punya uang sebanyak itu! Saya baru saja pindah dan saya juga kesulitan!"^^^
"Bohong! Kamu kerja di perusahaan besar, gaji kamu pasti besar! Kamu harus bertanggung jawab! Kalau kamu tidak kirim uang, saya akan datang ke kantormu dan berteriak di depan bosmu!" ancam Wulan.
^^^"Jangan, Ma! Tolong jangan datang ke kantorku!" mohon Kirana panik. ^^^
Jika Wulan datang dan membuat keributan di lobi, seluruh kantor akan tahu, dan rahasia pernikahannya akan terancam.
"Saya akan coba cari cara. Beri saya waktu satu minggu." ucap Kirana dan Wulan pun tertawa sinis.
"Satu minggu terlalu lama! Kalau kamu tidak transfer setengahnya hari ini, saya akan pastikan bosmu tahu betapa menyedihkannya hidupmu, Kirana!"
Kirana memutus telepon itu dengan gemetar. Ia harus kembali ke kantor. Ia tidak mungkin mengirimkan uang itu, tetapi ia juga tidak bisa membiarkan Wulan datang.
Tepat pukul 15:00, ketika Kirana sedang berada di ruang rapat utama, menyusun materi presentasi penting untuk Arjuna, Bayu masuk ke ruangan dengan wajah panik.
"Kirana, ada masalah besar di lobi!" bisik Bayu, menarik Kirana keluar dari ruang rapat.
"Ada seorang wanita... dia mengaku ibumu, dan dia membuat keributan besar. Dia menuntut untuk bertemu denganmu dan 'bos besarmu'!"
Jantung Kirana serasa jatuh ke lantai. Wulan.
"Ya Tuhan! Saya akan turun! Tolong, jangan biarkan dia naik ke lantai ini!" mohon Kirana.
"Sudah terlambat," kata sebuah suara dingin dari belakang.
Arjuna Mahesa berdiri di belakang mereka, tatapannya membeku, penuh kemarahan. Ia telah mendengar semua yang dikatakan Bayu.
"Wanita itu di lobi. Dia berteriak-teriak dan menyebut namamu, Kirana Aulia," kata Arjuna tajam.
"Aku sudah memperingatkanmu tentang drama pribadi yang mengganggu kinerja perusahaan, Kirana."
"Maafkan saya, Pak Arjuna. Dia bukan Ibu kandung saya. Dia ibu tiri saya. Saya sudah pindah dari rumah itu dan memutuskan hubungan. Saya akan segera menyelesaikannya!" Kirana merasa malu luar biasa. Ia tahu ini adalah akhir dari karirnya di MJN.
"Tidak. Aku ikut," putus Arjuna.
"Aku akan menyelesaikan ini. Jika dia berani membuat keributan di lobi kantorku, aku akan memastikan dia tidak akan pernah mengganggumu lagi."
Mereka bertiga bergegas menuju lobi utama MJN.
Di lobi mewah yang biasanya sunyi dan profesional, Wulan sedang berdiri di depan meja resepsionis, berteriak-teriak, menarik perhatian seluruh karyawan yang berlalu lalang.
"Saya ini ibunya! Saya butuh uang untuk anak saya! Dia kerja di sini! Di mana Kirana Aulia?! Panggil bosnya! Saya mau bicara dengan bos besarnya!" teriak Wulan, penampilannya yang berantakan kontras dengan kemewahan lobi.
Semua mata tertuju pada keributan itu. Saat Wulan melihat Kirana berjalan ke arahnya bersama dua pria berjas mahal, matanya langsung berbinar penuh amarah.
"Kirana! Berani-beraninya kamu tidak angkat telepon Mama! Mana uangnya! Adikmu sekarat!" seru Wulan, langsung berjalan cepat menghampiri Kirana, tangannya siap untuk mencubit atau menjambak.
Namun, sebelum Wulan sempat menyentuh Kirana, Arjuna melangkah maju, berdiri di antara Kirana dan Wulan. Postur tubuhnya yang tinggi dan auranya yang berkuasa langsung menghentikan Wulan.
"Cukup," kata Arjuna, suaranya sangat rendah, namun memiliki kekuatan yang luar biasa.
Wulan terkesiap. Ia menatap Arjuna. Ia tahu pria ini pasti bos besar yang ia cari. Ia mengubah nada suaranya menjadi lebih merengek.
"Bapak, saya mohon! Bapak pasti bos Kirana. Tolong, Kirana ini anak yang durhaka, dia tidak mau membantu adiknya. Bapak harus memberinya cuti dan menyuruhnya mencari uang untuk kami. Dia anak saya!" Wulan mencoba meraih tangan Arjuna, tetapi Arjuna menghindar.
Arjuna menatap Wulan dari ujung kepala hingga kaki dengan pandangan jijik. Kemudian ia menatap Kirana, yang kini berdiri di belakangnya dengan air mata di pelupuk mata.
"Nona Aulia sudah menjelaskan bahwa kamu adalah ibu tirinya, dan dia sudah tidak punya urusan denganmu," kata Arjuna kepada Wulan.
"Tidak! Saya ibunya! Dia masih anak saya!" Wulan bersikeras.
"Bapak, tolong Bapak kasih tahu Kirana! Bapak adalah bosnya, Bapak harus mendengarkan saya!"
Arjuna menyeringai tipis, senyum yang sama sekali tidak menjanjikan kebaikan.
"Aku akan memberitahu Kirana. Dan aku akan memberitahumu satu hal, Nyonya," kata Arjuna, suaranya kini terdengar seperti perintah.
"Kirana Aulia tidak akan pernah lagi mengirim uang sepeser pun padamu." tegas Arjuna.
Wulan terkejut. "Kenapa?! Bapak siapa dia?! Jangan ikut campur urusan keluarga kami!"
Arjuna menarik Kirana agar berdiri di sampingnya, lalu Arjuna melingkarkan lengannya dengan posesif di bahu Kirana. Cincin berlian yang tertutup plester di jari Kirana hampir terlihat oleh Wulan.
"Aku ikut campur, Nyonya," kata Arjuna dingin, matanya menatap Wulan dengan tatapan yang bisa membekukan es.
"Karena mulai sekarang, aku adalah keluarganya."
Arjuna tidak menyebutkan gelar 'suami', tetapi cara ia memeluk Kirana dan mengklaimnya sebagai keluarganya sudah cukup.
"Jika kamu berani datang ke sini lagi dan mengganggu Nona Aulia, atau pekerjaanku, aku akan melibatkan pengacaraku dan melaporkanmu ke polisi atas tuduhan pemerasan dan pengancaman," ancam Arjuna.
"Sekarang, keluar dari gedung ku. Sekarang." perintahnya dengan penuh penekanan.
Wulan, yang biasanya berani, tiba-tiba menciut di hadapan aura kekuasaan Arjuna yang luar biasa. Ia menatap Kirana, lalu menatap Arjuna, menyadari bahwa ia baru saja kehilangan sumber uangnya selamanya. Dengan wajah marah dan takut, Wulan akhirnya berbalik dan lari keluar dari lobi.
Kirana, yang baru saja diselamatkan oleh 'suami kontraknya', berdiri membeku dalam pelukan Arjuna. Ia tidak tahu, ia baru saja membocorkan setengah rahasia pernikahannya di lobi kantornya sendiri.
.
.
Cerita Belum Selesai.....
trs knp di bab berikutnya seolah² mama ny gk tau klw pernikahan kontrak sehingga arjuna hrs sandiwara.
tapi ya ga dosa jg sih kan halal
lope lope Rin hatimu lura biasa seperti itu terus biar ga tersakiti