Seraphina Luna — supermodel dengan kehidupan yang selalu berada di bawah sorotan kamera. Kalleandra — pria asing yang muncul di malam tak terduga.
Mereka bertemu tanpa sengaja di sebuah klub malam. Sera mabuk, Kalle membantu membawanya pulang ke apartemennya. Tanpa disadari, dua wartawan melihat momen itu. Gosip pun tercipta.
Seketika, hidup mereka berubah. Gosip itu bukan sekadar cerita — ia memaksa mereka untuk mengambil keputusan yang tak pernah terbayangkan: menikah. Bukan karena cinta, tapi karena tekanan dunia.
Di balik cincin dan janji itu tersimpan rahasia dan luka yang belum pernah terungkap. Akankah cinta lahir dari dari gosip… atau ini hanya akhir dari sebuah pertunjukan?
"Di balik panggung, selalu ada cerita yang tak pernah terucap."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon amariel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SAH..!!
" Gak mau turun ? basa-basi busuk gitu sama ibuku ?"
"Sudah malam. Gak enak." tolak Kalle.
Mobilnya berhenti tepat di depan gerbang rumah mewah keluarga Adipati.
"Ya sudah. Berarti mulai besok sampe hari H- kita gak ketemu." ujar Sera sembari melepas safebelt." Lo jangan kangen sama gue, soalnya gak bisa video call."
"Sejak kapan kita video call ?"
"Duh, ini Dokter satu kaku bener hidupnya. Sekali-kali rileks,chill gitu. Tadi tuh bahas sarkas aja."
Kalle cuma mengangguk pelan. Tatapannya tak lepas pada Sera yang sibuk mengambil paper bag yang ada di jok belakang mobil.
"Sera, soal bill kebaya dan semua persiapan kita dari kemarin tolong untuk di kirim sekalian nomer rekeningmu."
"Mau ngapain ? Bayarin ?" gadis itu mendelik sambil menyeringai." Gak usah, kan udah gue bilang ini tuh dream wedding ibu sama ayahku. Mereka yang urus semua. kita cuma tinggal duduk manis. Eh, tapi bagian dekorasi dan kebaya buat akad itu hasil design gue."
"Aku gak mau kaya begitu. Ini pernikahan kita. Tetap ini tanggung jawabku."
"Sudah sih sekali ini. lagi ini pernikahan kontrak."
"Gak ada pernikahan kontrak."
"Oke, oke maaf. Gak ada pernikahan kontrak tapi kapanpun salah satu dari kita sudah gak nyaman musti di lepas." ujar Sera." Kalle, meski Lo gak mau menyebut ini pernikahan kontrak. Tapi pasti Lo gak bodoh banget, gak polos banget sama apa yang ayah gue atur. Ngertikan ? mengerti dong tanpa musti gue jelasin detail."
Suasana di dalam mobil sedikit menegang. Kalle dan Sera sama-sama melempar tatapan tajam.
"Mumpung masih beberapa hari ini. Kalau Lo masih Keberatan sama konsep pernikahan ini. Lo bisa untuk cancel. Biar gue nanti yang jelasin sama ayah ibu."
pria itu kini malah mengalihkan perhatian ke arah luar. Ada lelaki berseragam satpam menatap ke arah mobil mereka.
"Kamu turun, udah malam. Satpam mu dari tadi mengawasi kita."
Tanpa banyak berkata, Sera segera membuka pintu mobil dan turun. Dia tak lagi menoleh kearah Kalle.
###########################
"Bagaimana saksi ? Sah..?"
"Sah..!
Suara teriakan menggema. Bersamaan dengan tangan Kalle yang di lepas oleh Adipati. muka penuh ketegangan dan gugup masih dia rasakan. Walau semua sudah selesai hari ini. Iya, Babak baru hidupnya di mulai. Dia sudah tak lagi sendiri. Mulai besok hidupnya berubah, ada seseorang yang akan dia jaga dan lindungi.
Kalle mengerjap. Di depannya ada pemandangan yang membuat dia merasa dunia berhenti sejenak. Sosok anggun dalam balutan kebaya putih dan make up yang makin menampakkan keanggunan di balut pesona cantiknya.
Seraphina Luna..! wanita itu kini berjalan menuju ke arahnya di apit Sira dan Ayu, Ibunya. Ada senyum di suguhkan untuk Kalle dan itu merupakan senyum paling cantik dan tulus dirasakan olehnya.
"Oke, buku nikahnya tolong di angkat. Arahkan ke depan. Oke pas, Sera." Luca, teman fotografernya menjadi bagian dalam pernikahannya hari ini.
"AI, woyy..!" Raffi setengah berteriak memanggilnya." Jangan jaga jarak, covid udah gak ada. Kek angkot dong, merapat 46 biar langsung jalan."
Di sebelahnya Bimo yang sudah bersiap dengan handphonenya malah ikut menertawakan.
"Senyum, Al. Ini bukan sesi foto buat PKL skripsian. Kaku banget temen gue." Raffi masih terus berceloteh." maaf ya bang, temen saya gak punya kehidupan dulunya. jadi bentukannya lempeng banget. ini mohon maaf mewakili keluarga."
Luca yang berada tepat di sebelahnya tersenyum sambil mengangkat ibu jari.
"Mas Kalle bisa tolong senyumnya di lebarkan." titah Luca.
"Senyum, Al. Allahuakbar. Senyum tiga jari yang tar ngomong bun-----ciss." sahut Raffi.
"cheers, mas. Bukan buncis." Luca meralat.
Bimo memalingkan wajahnya yang ternyata Raffi pun ikut menoleh. raut wajah saat itu menggambar sisi muaknya seorang Bimo.
Pesta pernikahan bertema outdoor dengan dekorasi bunga hidup di kanan kiri menggambarkan sisi elegan. Menjadi pembuka kehidupan baru untuk seorang Kalleandra dan Seraphina Luna.
###########################
"Mereka gak dapat berita sama sekali ?"
Celina mengetuk jari jemarinya dengan perasaan gusar. Sudah hampir satu jam lebih dua anak buahnya sama sekali tak memberikan kabar.
"Tadi cameramen kita kasih tahu kalau wedding Sera ini tuh private. Hanya beberapa orang saja yang hadir. Wartawan di arahkan ke samping taman tapi dinding temboknya tinggi banget."
"Tapi tetap kan ada beberapa pejabat dan orang entertainment datang ?" Celina kembali bertanya.
"Lihat di TV sebelah sih informasinya beberapa pejabat dan pengusaha datang. hanya saja di arahkan ke pintu dimana wartawan gak ada."
Mendengarnya, tangan Celina mengepal kuat. Sepertinya setelah surat somasi dan permohonan maaf terjadi. Keluarga Adipati terutama Sera makin sengaja menutup rapat pintu akses media. Atau bisa jadi hanya media miliknya saja yang di banned ?
"Kalau begitu coba kamu atur lagi deh, Rom. Team baru buat backup disana. Biar akses Adira sama Dimas lebih mudah minimal kita bisa wawancara satu dua orang tamu disana dan dapat gambar juga. kalau gini kayanya mereka sengaja' menutup akses sama kita."
###########################
Butuh waktu lima jam untuk mereka mengakhiri resepsi pernikahan. Setelah banyak sekali tamu undangan yang musti mereka salami satu persatu.
Sekarang Kalle dan Sera berada di dalam kamar hotel. Tempat yang akhirnya mereka sewa sementara daripada pulang pergi ke rumah dimana sudah tak ada lagi tenaga. rasa lelah dan cape bercampur. Di tambah perut mereka yang mulai terasa lapar.
"Ah, kebetulan sudah keluar dari kamar mandi. Tolong dong bantu lepas sanggul kecil ini sama ritsleting belakang kebaya." ucap Sera." Gerah, mau mandi juga."
Kalle yang tubuhnya masih terlilit bathrobe biru dengan rambut setengah basah. Menghampiri Sera. Lewat cermin di depan mereka. Sera bisa melihat tubuh proposional seorang Kalle selama ini. Otot otot lengan dan dada serta bahunya yang lebar. Ditambah bathrobe yang melilit tubuhnya. menambah kesan maskulin.
"Aww. Sakit..! pelan dong, masa buka resleting kebaya aja sekencang begitu." protes pertama Sera setelah mereka menikah." Kait atasnya Lo buka terus tinggal tarik."
Ada suara helaan nafas Kalle terdengar. Pria itu menunduk tepat kearah kaitan yang sebetulnya sudah terlepas, dimana mengekspose setengah punggung Sera sudah terbuka. Untuk pertama kalinya dia menyentuh bagian tubuh wanita yang sekarang sudah menjadi istrinya.
Setengah kebaya itu sudah hampir terjatuh ke lantai, bahu putih Sera pun tampak. Wanita itu buru-buru melepas semua yang menempel di tubuhnya.
"Heh, kamu mau ngapain ?"
"Mandi. Kenapa ? Mau ikut mandi bareng ?"
"T-tapi buka bajunya bisa di dalam kamar mandi."
"Memang kalau di sini salah ? Kan cuma Lo saja yang lihat badan gue dan itu sah. Lupa ?
Kebaya sudah terlepas dari tubuh Sera. Menyisakan korset mini yang menampilkan detail lekuk tubuhnya. Lagi, ini adalah pemandangan tak harus di lihatnya. Beberapa kali Ia berpura-pura mengalihkan pandangannya.
"Kalle..!!!"
Ada suara teriakan dari dalam kamar mandi. Tepat disaat dia baru saja memakai piyama tidur.
"Tolongin." ada kepala menyembul dari balik pintu kamar mandi.
"Apa ?"
" Tolong buka koper merah gue. Ambilin bra." ujar Sera." yang gak ada kawatnya warna hitam."
Kalle menegang sebelum dia membuka koper merah. Kepalanya di turunkan. Matanya mencari benda yang baru saja di sebut Sera.
Gak ada kawat ? Cara lihat gak ada kawat gimana ? Bukannya semua pakai kawat ?
Muka kebingungannya muncul. Di tangannya ada dua bra yang berwarna hitam namun dia masih tak tahu yang mana Sera inginkan.
"Ketemu ?" kembali kepala Sera muncul dari balik pintu.
"Yang mana ? Perasaan pakai kawat semua."
Melihat muka Kalle yang gugup. Wanita itu pun keluar dari kamar mandi. Dengan tenang dia ambil salah satu dari tangan Kalle.
"Ini tuh berasa kalau Lo pegang. Mana pake kawat sama gak."
Kembali, pria itu mengalihkan perhatian tak kala Sera memasang pakaian dalamnya di depannya.
"Nah, bisa di lihat perbedaannya mana pake kawat sama gak. Lo lihat deh, yang ini--."
"Stop..! Gak perlu kamu bahas detail. sekarang kita istirahat. Kamu di ranjang, aku biar di sofa ini saja."
"Tapi ini kita lagi di hotel. Hotel tante gue. Semisal ada yang tahu kita tidur pisah bakal repot." sahut Sera.
"Bukan kamu maunya kita tidur pisah ?"
"Itu misal kita sudah serumah. kalau sekarang rasanya gak mungkin. Udah kita tidur bareng saja."
Wanita itu yang lebih dulu naik ke atas ranjang. Sementara Kalle masih berdiri di hadapannya.
"Udah gue bikin benteng takeshi, buat batas teritorial selama kita tidur bareng."
Tangan Sera menepuk sebuah guling yang di taruh tepat di antara sisi kanan dan kiri.
Tak ingin ada perdebatan, di tambah kalle merasa tubuhnya sudah ingin di rebahkan. Kakinya maju mendekat ke arah sisi ranjang lantas bergabung dengan Sera. Kini mereka berbaring bersama. Keduanya lalu menatap langit-langit kamar hotel.
" Kebayang gak sih Lo kalau suatu saat bakal tidur sama orang lain ?"
Sera membuka percakapan mereka. Tak lama kepalanya dia miringkan menghadap tubuh Kalle.
"Karena udah menikah kayanya gak enak kalau manggilnya Lo gue." lanjut wanita itu lagi." Lo mau gue panggil apa ? Sayang, suamiku, apa mas Kalle."
"Terserah kamu saja."
Dia meringis, akan tetapi tak melepas tatapannya dari Kalle.
" Lo tuh tipe followers banget. Semuanya terserah gue. Apa dulu sama pacar Lo begini ?"
" Perasaan kita lagi bahas cara memanggil setelah menikah'. kenapa jadi bahas mantan pacar." protes Kalle.
"Karena Lo kaya sengaja gak mau bahas soal mantan-mantan."
"Iya, soalnya gak penting di bahas. Sudah lama selesai. Sekarang aku sudah menikah."
"Ya sudah, oke sayang." Sera memotong." gue--- eh aku manggilnya sayang depan umum, kalau di rumah kamu atau rumah ibu ayah aku manggilnya, mas Kalle. Gimana ? Pas untuk acting terlihat romantis.
Kini tubuh Sera betul-betul menghadap Kalle. Dia memiringkan tubuhnya agar bisa lebih puas menikmati wajah teduh sang Dokter.
"Sayang..! Sayangku..! Mas Kalle, sayangnya Sera." ucapnya berulang-ulang. Gimana, oke ?
Kalle mengerjapkan matanya berulang kali tepat saat Sera memanggilnya selembut mungkin.
"Sayang, sayangnya aku." ulang Sera.
"Kayanya kita tidur saja deh. Kamu itu ngomongnya udah di fase mengantuk, makanya pelan banget itu suara."
Tangan kanan Sera yang saat ini tengah memegang ujung bantal tidurnya. Ingin sekali memukul wajah tanpa dosa Kalle. Bisa-bisanya pria itu mengatakan dia ngantuk karena volume suara dia yang sengaja di pelankan. padahal sudah jelas suara pelannya itu dia buat untuk menggodanya.
Sabar Sera..