NovelToon NovelToon
Suamimu, Masa Laluku

Suamimu, Masa Laluku

Status: sedang berlangsung
Genre:Dijodohkan Orang Tua / Hamil di luar nikah / Cintapertama / Trauma masa lalu / Konflik etika
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: SUNFLOWSIST

Ketika hati mencoba berpaling.. namun takdir mempertemukan kita di waktu yang berbeda. Bahkan status kita pun berubah..
Akankah takdir mempermainkan kita kembali? ataukah justru takdir menunjukkan kuasanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SUNFLOWSIST, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10. NAYA MENGGILA

Plakkk..

Kakek menampar pipiku dengan begitu kerasnya. Namun bukannya menangis, aku malah tertawa dengan begitu kencang meminta ditampar lagi oleh kakekku.

"Lagi .. Lagi... Lagi pak tua... " ucapku seraya bertepuk tangan dengan begitu hebohnya. Aku meremas - remas rambutku sendiri seraya berlari - lari kecil di dalam ruangan itu. Ibarat anak kecil yang sedang bergembira karena punya mainan baru.

Gila.. Sungguh benar - benar gila. Kewarasanku benar - benar telah hilang. Semua tingkahku sungguh tak masuk logika.

Seketika Embun berlari keluar ruangan mencoba mencari pertolongan ke dokter atau siapapun yang berada disana. Hingga akhirnya ia menemukan seorang dokter wanita di ujung lorong rumah sakit itu.

"Dokter.. Dokter... Tolong bantu kakakku. Dia diluar kendali di ruangan itu." ucap Embun seraya menunjuk sebuah kamar yang terbuka lebar di ujung lorong itu.

Dokter dan Embun pun bergegas berlari menuju ke ruanganku. Namun betapa terkejutnya mereka melihat pemandangan di dalam ruangan itu. Aku sedang duduk diatas punggung kakekku dan menjadikannya kuda mainan.

"Ayo cepat pak tua jalan... Hush.. Hush... Kita jemput ibuku di taman." ucapku seraya berpegangan pada pundak kakekku.

Sedangkan kakekku? Jangan ditanya bagaimana lagi keadaannya. Dia terisak tangis dengan begitu hebatnya. Entah karena kepergian ibuku atau karena meratapi nasibku yang menggila atas kepergian ibuku.

"Kak.... Ayo turun... Kita pulang." Bujuk Embun dengan penih kelembutan kepadaku yang sedang asyik bermain.

"Ibu sudah menunggu kita dirumah kak... Ayo kak turun." Embun menatapku dengan tatapan penuh kelembutan. Diraihnya tanganku untuk menuntunku turun dari punggung kakekku.

Di saat bersamaan dari arah belakang dokter dan suster segera menangkapku dan menyuntikkan obat penenang ke dalam tubuhku. Aku berteriak dengan begitu histeris, hingga beberapa saat kemudian aku tidak sadarkan diri.

" Dokter apakah kami bisa meminta bantuannya? Kami akan mengurus pemakaman jenazah ibunya terlebih dahulu. Bisakah cucuku sementara disini terlebih dahulu?" ucap kakakku dengan wajah memelasnya.

"Baiklah.. Kami juga akan melakukan serangkaian test untuk pasien besok pagi mengingat kondisi pasien sangat tidak memungkinkan hari ini." ucap dokter seraya tersenyum ramah.

Kakek tersenyum lega mendengar jawaban dari dokter. Pemakaman ibuku yang utama untuk saat ini.

* * *

Sore itu....

Dibawah gemericik gerimis yang masih belum reda. Embun dan kakek berdiri di pemakaman yang luas. Disana terbaring ibuku dengan tubuh dinginnya menuju ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Sebuah tempat yang membawanya pada akhir tujuan kehidupan.

"Kek... kenapa kak Naya tidak ikut prosesi acara pemakaman ibu? Kasihan Kak Naya kek. Biarkan kakak mengantar ibu ke peristirahatannya yang terakhir." ucap Embun dengan matanya yang sembab.

Kakekku hanya bisa menghela nafas panjangnya. "Kakek bukannya tidak mengizinkan kakakmu ikut nak. Tapi kamu tau sendiri kan tadi tingkahnya seperti apa. Daripada pemakaman ini berantakan, lebih baik kakakmu tidak usah ikut."

Embun dan kakek berjongkok di depan pusara ibuku.

"Dewi maafkan ayahmu yang tidak bisa menjagamu dengan baik. Tenanglah disana. Aku akan menjaga kedua putrimu." ucap kakekku dengan nada sendunya.

"Ibu... Kenapa engkau meninggalkan kami begitu cepat? Jujur kami belum siap dengan semua keadaan ini. Terutama kak Naya.. Batinnya tersiksa bu.." tangisan Embun pun pecah di depan batu nisan milik sang ibu.

Suasana mendadak melow.. Hingga beberapa saat kemudian pak Jupri berjalan menghampiri kami.

"Tuan hari susah semakin petang. Sebaiknya kita kembali sebelum malam." ucap Pak Jupri dengan penuh hormat.

Setelah menempuh perjalanan hampir empat puluh lima menit akhirnya kakek dan Embun tiba dirumah. Suasana tampak begitu sepi. Rumah yang biasanya tampak begitu hangat kini mendadak sunyi dan sepi.

Ibu yang biasanya berdiri di depan pintu menyambut kedatangan kami dengan senyuman penuh kehangatan, kini hanya angin yang berhembus begitu dingin yang menyambut kami.

Perlahan embun dan kakek membuka pintu. Bayangan kehadiran ibu seolah masih terasa di rumah itu. Harum tubuh ibu seolah masih menyerbak di penjuru rumah itu.

Rindu .... Itulah yang kami rasakan saat ini.

Embun dan kakek terpaku sejenak di ruangan itu. Menatap foto keluarga yang dipajang di dinding. Hingga beberapa saat kemudian, sebuah telepon mengusir keheningan di dalam ruangan itu.

[Halo]

[Apa benar ini dengan tuan Danu?]

[Iya saya sendiri.]

[Mohon maaf mengganggu waktunya, kami dari pihak rumah sakit ingin menyampaikan bahwa saudari Innaya sedang melakukan percobaan bunuh diri. Beruntung kami bisa menggagalkannya.]

[Apa? Terus bagaimana keadaan cucu saya sekarang? Tolong berikan perawatan terbaik untuknya. Apa kamj perlu kesana sekarang juga?]

[Kami akan mengusahakan yang terbaik untuk pasien. saat ini pasien sudah tertidur dengan obat penenang. Mungkin besok pagi baru bisa jenguk pasien.]

[Baiklah. Terima kasih atas informasinya.]

"Kakek.. Siapa yang menelepon? Apa dari pihak rumah sakit tempat kak Naya dirawat? apa terjadi sesuatu dengan kakak?" rentetan pertanyaan yang diucapkan Embun namun tidak satu pun dijawab oleh sang kakek.

Kakek hanya menjawabinya dengan sorot wajahnya yang lelah.

"Besok kakek akan pergi ke rumah sakit tempat kakakmu dirawat. Kamu pergilah ke sekolah dengan diantar oleh pak Jupri." ucap kakekku dengan nada datarnya.

Kakek pun bergegas pergi menuju ke ruang kerjanya. Menyelesaikan urusan pekerjaan yang menumpuk tiada habisnya. Karena permasalahan Sigit kemarin berakibat fatal pada perusahaan kakek. Para investor yang terikat kerja sama dengan perusahaan, kini mereka telah menarik investasinya dan malah bekerja sama dengan perusahaan Sigit.

Akhirnya kakek pun kelimpungan mencari investor lain yang mau bekerja sama. Karena tidak ada yang mau berinvestasi, maka dengan sangat terpaksa kakek menggadaikan perusahaan dan rumah sebagai jaminan bank. Namun semua itu belum juga menemui titik terang..

1
kim elly
pada gila mereka
kim elly
lo dokter apa LC sih masa dokter merokok
kim elly
🙄🙄knp ada apa ini kok mencurigakan
kim elly
jangan gitu naya
Mutia Kim🍑
Huussshh pergi sana, ganggu aja heran
Mutia Kim🍑
Bentar lg ponakan online lahir🥰
rokhatii
setrauma itu Naya
rokhatii
Pepet terus dok
Wida_Ast Jcy
kurang nya cuma satu. kurang beradab 🤣🤣🤣 ya kan thor
Wida_Ast Jcy
awas copot tu jantung🤭🤭🤭🤭
Shin Himawari
copying meccanisme Innaya biar ga tersakiti lagi🥲
Shin Himawari
kamu nyarinya dimana sih van butuh aku jadi dektetif mu ga🥲 gemes aku
Shin Himawari
akhirnya muncul juga devan ayo cari yang semangat van
Drezzlle
semoga ya Kek, Semoga wir menepati janjinya. Kasihan juga hidupnya
Drezzlle
takutnya hanya perasaan iba sesaat tapi nganggepnya sayang
mama Al
aku juga mau
mama Al
waduh malah mimpiin Naya
mama Al
tapi betul kata Wira.
mereka perawat tapi sikapnya tidak mencerminkan pekerjaannya
Mutia Kim🍑
Itu pasti embun weee
Mutia Kim🍑
Takutnya plot twistnya itu Devan malah nikah sama Embun😬
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!