Detektif Kerajaan

Pacuan kereta kuda kini telah sampai di sebuah bangunan istana megah yang tiap bangunannya berbalut emas. Sekarang, mereka berada tepat di depan gerbang istana. Terasa sekali suasana yang mencekam dari biasanya. Atmosfer yang ada di Bellvana begitu menegangkan. Yarana, Nares dan pengrajin besi yang merupakan saksi lewat di hadapan para prajurit yang sedang berjaga. Salah seorang prajurit yang sedang berjaga, dengan cepat berlari menuju ruang yang mulia raja Bellvana untuk memberitahukan bahwa putri Yarana telah kembali kekerajaan.

“Apa?”

“Kau tidak berbohongkan?” Raja Bellvana membelalakan mata mendengarnya.

“Mana mungkin prajurit biasa seperti daku, berani berbohong Yang Mulia.” Prajurit melihat dengan kedua matanya, bahwa putri Yarana datang bersama pangeran Nares. Yang mulia raja, yang tidak percaya mendengar apa yang terjadi, ia bergegas menuju sang putri yang berada di ruang penghakiman.

“Putri Yarana, kau tidak kenapa-napa? Kau baik-baik saja?” Yang mulia raja memperhatikan seraya melihat-lihat keadaan Yarana, ia memastikan tidak ada luka sedikitpun di bagian tubuhnya. Lalu, tepat di samping putrinya berada pangeran Nares. Pangeran bermata biru pekat itu hanya diam, ia mempersilahkan detektif untuk mengambil alih kasus ini.

“Aku baik-baik saja yang mulia. Tapi..” Yarana menatap wajah yang mulia raja dengan raut wajah yang khawatir.

“Tapi apa nak?” Raja Bellvana menatapnya balik dengan wajah yang sama khawatirnya.

“Tapi, kita harus menghukum seseorang.” Tatap detektif dengan dagu terangkat ke arah yang mulia raja Bellvana. Ia menjelaskan bahwa pelaku pembunuhan sesungguhnya adalah perdana menteri. Yarana juga menjabarkan bukti-bukti yang ia peroleh sedari awal. Pertama kali pembunuhan yang dilakukan perdana menteri, ia meninggalkan barang bukti berupa sapu tangan yang kemudian disembunyikan oleh Yarana. Bukti kedua, pengrajin besi yang membuat pisau dengan model yang sama persis dengan yang Yarana temukan dikamar perdana menteri, bahkan masih ada saksi hidup untuk itu. Ketiga, botol racun langka yang digunakan panglima Sein untuk bunuh diri, sesungguhnya adalah milik perdana menteri sendiri. Yang berarti, perdana menterilah yang juga membunuh panglima Sein. Semua hal yang didapatkan Yarana dan Nares, ia jabarkan keseluruhan fakta yang ada pada yang mulia raja. 

Raja Bellvana memutuskan untuk memanggil seluruh anggota kerajaan, termasuk perdana menteri. Hari ini, ia akan menghukum perdana menteri atas kelakuan perdana menteri yang dinilai melebihi batas.

Masuklah anggota kerajaan yang lain, Ratu Reviya, putri Regina juga putri Viola ke ruang penghakiman. Begitupun perdana menteri, ia diseret dengan beberapa prajurit untuk menghadap yang mulia raja.

“Ibunda, putri bodoh itu masih hidup.” Regina berbicara dengan suara yang halus pada ibunya di ruang penghakiman.

“Diam, kita akan membahas hal yang penting. Kita akan urus putri Yarana itu nanti.” Ratu Reviya mencegah putri-putrinya membahas sedikitpun tentang Yarana. Hari ini, Yarana berhasil membuat raja akan menghukum perdana menteri, bagaimana kalau esok adalah giliran ratu Reviya? Ratu Reviya bergidik membayangkan hal itu.

Di ruang persidangan, raja menatap perdana menteri dengan wajah kecewa sekaligus sedih. Lagi-lagi, ia kehilangan salah satu orang yang sangat ia percaya.

“Perdana menteri Qwera, Pertama kau dijatuhi hukuman atas dua pembunuhan.”

“Kedua, kau telah menyelewengkan kekuasaan yang kau dapat. Jadi, aku akan menghukummu dengan hukuman penjara seumur hidup diruang bawah tanah yang tidak siapapun dapat mengunjungimu.” Raja Bellvana awalnya ingin menghukum dengan metode nyawa dibalas nyawa, tapi Yarana menyarankan agar perdana menteri dihukum seumur hidup dipenjara bawah tanah. Setidaknya, perdana menteri akan hidup dengan penyesalan disisa umur hidupnya. Menurut Yarana, itu adalah hukuman yang tepat. Raja Bellvana pun menyetujui hukuman tersebut.

“Sekarang, jelaskan alasan kau melakukannya.” Raja Bellvana dengan emosi penuh penekanan mempertanyakan motif perdana menteri membunuh.

Perdana menteri mulai menjelaskan pada yang mulia raja secara runut, alasan ia melakukannya. Pembunuhan pertama, korbannya adalah pelayan wanita yang memiliki luka tusuk sekitar 20-25 cm. Pembunuhan pertama terjadi karena pelayan tahu bahwa perdana menteri akan melakukan pengkhianatan besar-besaran pada yang mulia. Ia berencana menggulingkan kekuasaan yang mulia raja Bellvana dengan cara bekerja bersama musuh kerajaan Bellvana. Pelayan wanita itu menemukan gulungan surat milik perdana menteri tepat didepan ruangan perdana menteri. Mengetahui hal tersebut, dengan cepat ia melancarkan serangan pada pelayan wanita, ini adalah pembunuhan yang pertama. Pembunuhan yang kedua, korbannya adalah panglima Sein. Awalnya, perdana menteri hanya ingin membuat nama panglima Sein menjadi buruk di mata yang mulia, tapi lambat laun panglima Sein menaruh kecurigaan besar pada perdana menteri. Panglima Sein tahu, bahwa perdana menterilah yang melakukan pembunuhan keji pada seorang pelayan. Ia tahu lewat ciri pisau yang digunakan. Panglima Sein pernah melihat hal serupa di ruang kerja perdana menteri. Disaat panglima Sein sedang menyelidiki tersangka, justru disitulah nyawanya terancam. Perdana menteri tahu bahwa panglima Sein sedang menyelidikinya, ia pun merencanakan pembunuhan. Ia tahu, kalau hanya menggunakan senjata, maka ia pasti kalah bila melawan panglima Sein. Jadi, ia memasukkan racun ke hidangan yang akan disajikan pada panglima Sein. Perdana menteri lalu menyabotase, seolah-olah panglima Sein meminum racun. Tak lupa agar lebih meyakinkan, perdana menteri yang pandai meniru tulisan orang lain dengan sama persis,  meniru tulisan panglima Sein. Semua kejahatan yang dilakukan perdana menteri, membuat orang-orang yang ada diistana tak habis pikir.  Sesuai dengan yang telah dilakukannya, perdana menteri mendapatkan hukuman yang setimpal. Ia dihukum berada di penjara bawah tanah. Penjara yang sepi dan suram, tak ada seorangpun yang akan menemaninya di penjara itu.

                              ***bersambung ***