⛔: Ini hanya fiksi, jika terdapat kesamaan nama, tempat atau kejadian, itu hanyalah kejadian yang tidak disengaja.
Wilona percaya ia memiliki segalanya—cinta, rumah tangga yang hangat, dan suami yang setia. Tapi semua runtuh saat seorang wanita datang membawa kenyataan pahit: ia bukan satu-satunya istri. Lebih menyakitkan lagi, wanita itu telah memberinya sesuatu yang tak bisa Wilona berikan—seorang anak.
Dikhianati oleh orang yang paling ia percaya, Wilona harus memilih: terpuruk dalam luka, atau berdiri dan merebut kembali hidupnya.
"Ketika cinta tak cukup untuk setia… akan kau pilih bertahan atau pergi?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon viaeonni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 10
Pagi ini di meja makan, terlihat Aryan dan Wilona sarapan dalam suasana hening. Aryan beberapa kali melirik istrinya yang tampak tidak bernafsu menyantap sarapan.
"Sayang, kamu kenapa makan seperti itu? Makan yang benar, Mas tidak mau kamu sampai sakit kalau makan sedikit seperti itu…" tutur Aryan sambil menatap Wilona.
Bukannya merasa tersanjung mendengar ucapan suaminya, justru Wilona merasa jengah. Di balik sikap perhatian Aryan, ternyata ada rahasia besar yang belum ia ketahui. Hal itu cukup membuat pikirannya kalut setiap saat. Ia belum siap jika kenyataan yang disembunyikan suaminya akan menyakitkan bahkan, ia tidak akan pernah siap.
"Hmm… aku lagi nggak berselera saja," jawab Wilona cuek.
Aryan mengernyit mendengar jawaban istrinya yang terdengar dingin.
"Masih marah sama Mas, hm? Harusnya Mas juga marah sama kamu. Kemarin kamu keluar rumah, ketemuan sama Vania tanpa izin Mas. Kenapa begitu, hm?"
"Lupa,” singkat Wilona. Dia sudah menduga, jika Aryan akan mengetahui pertemuannya dengan Vania. Selalu begitu, entah kenapa Vania suka mengadu jika ia keluar tanpa sepengetahuan Aryan.
Aryan menghela napas berat. Ada apa dengan istrinya pagi ini? Apa ini karena ia sedang datang bulan?
Lalu Aryan menarik piring Wilona. "Biar Mas suapi." Ia menyendok nasi dan mengarahkan sendok ke mulut istrinya.
Dengan terpaksa, Wilona menerima suapan itu. Jika tidak, suaminya itu akan terus memaksa. Ia baru menyadari jika selama ini Aryan selalu memaksanya dan tidak menerima bantahan. Bahkan dari mereka pacaran dulu, Aryan selalu mengaturnya ini, itu. Dan ia selalu menurut meski tidak suka.
"Habis ini langsung istirahat ya, wajah kamu pucat banget. Mas usahakan pulang cepat…" Aryan terus menyuapi Wilona hingga makanan di piring tandas.
Sebelum pergi ke kantor, Aryan mengusap pipi Wilona dan mengecup keningnya dalam.
"Mbak… antar istri saya ke kamar. Tolong jaga istri saya. Kalau ada apa-apa cepat hubungi saya… mengerti?" titah Aryan pada salah satu pelayan yang sedang membereskan meja.
"Baik, Tuan," jawab pelayan itu patuh, lalu mengikuti Wilona dari belakang.
"Mas sangat mencintaimu, sayang. Ketahuilah, Mas melakukan ini agar kamu tidak terus ditekan Mama. Selain itu, Mas juga sangat menginginkan anak, tanpa membuatmu merasa terbebani," ucap Aryan dalam hati, memandang punggung Wilona yang berjalan gontai menaiki tangga.
Di sisi lain, Amanda tengah berada di rumah orang tua Aryan pagi ini. Lita memintanya datang karena ia sangat merindukan cucunya.
"Kenapa Aryan tidak mengantarkanmu, Amanda? Ke mana dia?" tanya Lita sambil menimang cucunya.
"Mama lupa kalau istri Mas Aryan bukan cuma aku? Tentu saja dia ada di rumah istri kesayangannya itu," jawab Amanda cuek. Ia tengah melihat-lihat baju di aplikasi online shop. Begitulah Amanda, kalau tak bisa ke mall, ia akan melampiaskan hasrat belanjanya lewat aplikasi. Ia bisa menghabiskan puluhan juta hanya dalam satu jam.
"Makanya kamu usaha ambil perhatian Aryan supaya dia betah sama kamu dan melupakan Wilona. Kamu usaha, dong… jadi seperti Wilona yang perhatian dan lembut biar Aryan makin nempel sama kamu," ujar Lita.
"Aku udah usaha ya, Ma. Susah payah aku tiap hari rayu dia buat berhubungan biar Mas Aryan ketagihan dan nempel sama aku. Tapi apa? Masih aja dia nyariin si mandul itu," keluh Amanda kesal pada Lita yang terus mengatur hidupnya. Mertuanya itu selalu ikut campur dan mengatur semuanya, kalau saja Lita tidak menjadi donatur yang menopang kehidupan keluarganya, mungkin ia akan melawan wanita itu.
"Ya, makanya kamu urusi Aryan dalam segala hal, bukan cuma di ranjang. Lihat tuh, Willy! Bobot tubuhnya nggak nambah-nambah, sering sakit pula. Pasti kamu nggak becus ngurus Aryan dan Willy!" ketus Lita.
"Sudahlah Mama cerewet banget. Emangnya aku pembantu yang harus urus semuanya? Kalau bisa, aku mau cari baby sitter biar nggak capek ngurus Willy. Mau makan aja susah kalau dia rewel. Mau belanja dan perawatan juga ribet. Buat apa uang banyak kalau nggak bisa hire baby sitter?" ceplos Amanda tanpa tedeng aling-aling.
Padahal sebelumnya ia memang ingin mencari baby sitter untuk Willy, tapi Aryan dan Lita menolaknya keras. Mereka tak ingin Willy dirawat orang lain.
"Jaga bicaramu, Amanda! Itu kewajiban kamu sebagai istri. Contoh Wilona, dia selalu melayani Aryan dengan baik. Masak, nyiapin baju, sopan sama mertua. Bukan kayak kamu, nggak becus dan nggak sopan!!" bentak Lita.
"Ya, tapi dia mandul, kan? Dan itu alasan Mama maksa Mas Aryan nikah lagi. Jangan munafik deh, muji-muji Wilona segala. Percuma jadi istri berbakti kalau mandul. Nggak guna!" Setelah itu, Amanda meninggalkan Lita menuju dapur untuk mengambil minum. Tenggorokannya kering usai berdebat dengan mertuanya.
"Ya Tuhan… kenapa aku sekarang merasa menyesal udah maksa Aryan nikah lagi sama wanita minim attitude kayak dia. Harusnya aku lebih teliti lagi mencari pasangan untuk Aryan. Suruh Aryan nikah lagi juga gak mungkin mau," gumam Lita. Ia memegang dadanya yang terasa nyeri karena dibentak menantunya, yang sialnya dia sendiri yang pilih.
Amanda terus menggerutu saat sampai di dapur, tak sadar ada seseorang yang menatapnya sejak tadi.
Ia membuka kulkas dengan kasar, mengambil air dingin, lalu meminumnya langsung dari botol.
"Amanda," panggil seseorang dengan suara berat.
Amanda terkejut dan langsung terbatuk-batuk. "Uhuk… uhuk!!" Ia menepuk dadanya.
Orang itu bangkit menghampiri dan menepuk pelan punggung Amanda. "Maaf, saya bikin kamu kaget," ucapnya dengan nada khawatir.
"Papa! Amanda nggak apa-apa. Cuma kaget aja," jawab Amanda setelah batuknya mereda. Ia kaget karena Papa mertuanya, yang dingin, tiba-tiba menegurnya lebih dulu
"Syukurlah."
Amanda tersenyum malu mendapat perhatian dari Papa mertuanya yang masih tampan dan karismatik.
Danu Januartha memang tampan dan gagah di usia 48 tahun. Ketampanannya menurun ke Aryan Ezra Januartha. Ia menikah muda dengan Lita karena kebobolan. Lebih tepatnya, Danu terpaksa menikahi Lita, sementara Lita senang karena mencintai Danu.
"Duh… Papa mertua. Makin tua makin hot, vibes-nya sugar daddy banget," batin Amanda, menatap Danu dengan kekaguman.
"Amanda, lain kali kamu nggak usah ladeni Mama mertuamu itu. Dia memang cerewet dan suka maunya sendiri. Semua harus dituruti. Kadang Papa juga pusing sama dia," jelas Danu.
"Iya, Pa," jawab Amanda, menyelipkan rambutnya ke belakang telinga.
"Ya sudah, saya mau berangkat ke kantor." Danu melangkah dengan wibawa, auranya seolah tak termakan usia.
"Kalau dilihat-lihat, Papa Danu nggak cocok sama Mama Lita yang kelihatan tua dan cerewet itu. Entah kenapa Papa Danu yang keren itu bisa tahan sama Mama Lita?" gerutu Amanda.
TBC.
JANGAN LUPA BERI LIKE, KOMEN, HADIAH, DAN VOTE YANG BANYAK....😘
DUKUNGAN TEMAN-TEMAN SEMUA SANGAT BERHARGA.....LOVE YOU ALL.....
Wes to gae duso seng okeh bar iku garek entuk karmane.
ko lek wes miskin po knek penyakit br tau rasa.
bagus bagus biar tmbh hancur nnti.
dah bner si anak dpt wanita baik hidup tertata mlh di hancurkan.
Sekarang balik lagi Aryan suka mabuk dan free sex. sakit kau nnti Amanda kl tau Aryan bgitu 🤣
hbis ini kluarga Aryan tambh hancur.