Cinta Dalam Dua Ikrar

Cinta Dalam Dua Ikrar

Chapter 1

Pukul 21:45

Malam mulai turun perlahan, menyelimuti kota dengan sunyi yang menggigil. Lampu-lampu jalan memantulkan cahaya temaram ke jendela rumah Wilona. Angin malam mengetuk pelan kaca, seolah ingin ikut menyampaikan rasa sepi yang menggantung berat di dalam rumah itu.

Di ruang makan yang terang remang, seorang wanita cantik duduk diam di ujung meja. Tubuhnya tampak tenang, tapi matanya menyimpan badai yang tak kunjung reda. Ia memandangi piring-piring yang tersaji rapi di hadapannya, semua makanan favorit sang suami, dimasak dengan penuh cinta dan harapan.

Namun, harapan itu seperti ditiup angin malam. Kosong. Tak berbalas.

Wilona Lavanya Giani, wanita yang selalu menjaga hatinya untuk tetap percaya, kini hanya bisa menatap kosong ke arah kursi kosong di seberangnya. Kursi yang seharusnya diisi oleh Aryan, lelaki yang telah ia tunggu sepanjang hari, sepanjang minggu, dan bahkan mungkin sepanjang hidup.

Suara notifikasi ponsel memecah keheningan. Dengan perasaan yang campur aduk, Wilona mengambil ponselnya. Hatinya berdebar, walau entah karena harapan atau ketakutan.

Sayang, maaf. Mas tidak jadi pulang malam ini. Pekerjaanku masih belum bisa ditinggal. Baik-baik di rumah, tunggu Mas pulang, ya… I love you…

Itu saja. Hanya pesan. Satu baris kalimat yang mengubur semua kegembiraan yang tadi sempat tumbuh saat pagi menjelang. Tidak ada suara. Tidak ada panggilan. Tidak ada nada hangat yang dulu selalu membuatnya tenang.

Ia tidak membalas. Bukan karena tak peduli, tapi karena hatinya terlalu penuh oleh kecewa yang tak lagi bisa dituangkan dalam kata-kata.

Perlahan, ia meletakkan ponsel di atas meja. Pandangannya kembali jatuh pada makanan yang mulai dingin. Aromanya masih wangi, tapi kehangatannya telah pergi, seperti kehangatan yang perlahan memudar dari sosok suaminya.

"Sudah dua minggu lebih, Mas... Kamu bahkan tidak sempat pulang barang sehari. Apa benar kamu tidak merindukanku sedikit pun?"

Suara itu lirih, nyaris seperti gumaman yang ditujukan pada bayangannya sendiri. Tapi di balik ketenangan suaranya, air mata mengalir tanpa bisa dibendung. Satu per satu, jatuh ke pangkuannya.

Malam semakin dalam, dan gelap kian mengikat. Di luar, bintang-bintang bertabur indah. Tapi di dalam hati Wilona, hanya langit kelam tanpa cahaya.

Dulu, Aryan tak pernah membiarkan malam mereka berlalu tanpa suara. Dulu, ia selalu menyempatkan diri menelepon meski hanya untuk berkata, "Aku rindu." Dulu, Wilona selalu ikut dibawa jika Aryan harus ke luar kota. Tapi semua itu tinggal kenangan.

Dalam satu tahun terakhir, semuanya berubah. Bukan tiba-tiba, tapi perlahan. Sedikit demi sedikit. Dan itulah yang paling menyakitkan. Perubahan perlahan yang tak disadari, sampai akhirnya ia menyadari… dirinya kini seperti asing dalam rumahnya sendiri.

Wilona bukan wanita yang suka mencurigai. Ia percaya. Ia selalu percaya. Tapi bahkan keyakinan pun punya batas, apalagi jika terus diuji tanpa jeda.

Tiga tahun pernikahan dan lima tahun menjalin kasih seharusnya menjadi waktu yang cukup untuk saling memahami. Tapi yang terjadi justru sebaliknya. Sejak keguguran yang ia alami di awal pernikahan, semuanya menjadi berat. Janin yang belum sempat menyapa dunia itu meninggalkan luka, luka yang tak tampak namun menganga dalam diam.

Dan vonis dokter bahwa ia mungkin akan sulit untuk hamil kembali seakan menjadi palu yang menghancurkan harapannya satu demi satu.

Bukan hanya soal kehilangan, tapi soal tekanan. Khususnya dari sang ibu mertua yang sejak awal memang tak pernah sepenuhnya menerima kehadiran Wilona.

"Wilona, kamu tunggu apa lagi? Sudah tiga tahun menikah, tapi belum juga punya anak. Mama pengen gendong cucu, tahu?!"

Kalimat itu terus bergaung di telinganya, bahkan saat tidak diucapkan. Seperti hantu yang datang setiap malam. Ia tahu, mertuanya tak suka dirinya sejak awal. Tapi ia tetap bertahan, tetap mencoba membalas dengan sabar, berharap waktu bisa meluluhkan hati sang ibu suami.

Ia pernah berpikir, cinta Aryan cukup untuk membuatnya kuat. Dan dulu, Aryan memang selalu ada untuknya. Ia tak pernah menuntut soal anak, tak pernah mengeluh. Bahkan kerap memeluknya sambil berkata, "Kita sudah cukup saling memiliki. Anak akan datang pada waktunya."

Tapi entah mengapa, sejak satu tahun terakhir, kehangatan itu tak lagi sama. Seperti api kecil yang mulai meredup. Masih ada, tapi nyalanya tak lagi memeluk.

Wilona berdiri dari kursinya perlahan. Ia berjalan menuju jendela ruang tamu, menyingkap tirai dan membiarkan angin malam menyentuh wajahnya yang basah. Ia memandangi langit yang gelap, bertabur bintang. Di balik jendela itu, dunia terasa luas dan dingin. Tapi di dalam hatinya, lebih luas lagi kesepiannya.

"Apa kamu sedang bersama pekerjaanmu, Mas? Atau... bersama seseorang yang kamu pilih untuk menggantikan kehadiranku?"

Ia segera menepis pikirannya. Tidak, tidak boleh berpikiran seperti itu. Ia harus percaya. Ia ingin percaya. Tapi kenapa setiap malam terasa seperti penantian yang sia-sia?

"Sudahlah, Wilona... Jangan terlalu cengeng. Mungkin memang pekerjaan Mas Aryan sedang padat. Kamu harus tetap percaya."

Ia membujuk dirinya sendiri, mencoba mengisi kekosongan dengan harapan palsu. Tapi dalam hatinya, retakan mulai membesar. Dan ia tahu, jika dibiarkan terus seperti ini, suatu hari retakan itu akan menghancurkan segalanya.

Wilona menutup tirai kembali, lalu berjalan menuju dapur. Ia membuka lemari es, menyimpan kembali makanan yang belum tersentuh. Hatinya perih melihat masakannya sendiri.

Setiap rasa di makanan itu, adalah bagian dari hatinya yang ia tumpahkan untuk seseorang yang tak kunjung kembali.

Malam terus berjalan. Jam sudah menunjukkan pukul 23:10. Wilona duduk di tepi ranjang, memandangi ponselnya yang tetap hening. Tidak ada panggilan masuk. Tidak ada pesan baru.

Ia menghela napas dalam.

Kemudian memeluk dirinya sendiri.

Lalu memejamkan mata, berdoa dalam hati:

"Tuhan... jika cinta ini masih pantas diperjuangkan, tolong tunjukkan jalannya. Tapi jika aku harus melepaskannya... ajari aku untuk kuat."

Hening malam menjadi saksi. Wilona, wanita yang selalu percaya, kini mulai belajar bahwa cinta bukan sekadar menunggu. Tapi juga tentang keberanian untuk bertanya, apakah aku masih dihargai? Apakah aku masih dicintai?

Dan malam itu, untuk pertama kalinya…

Ia tak lagi menanti.

Tapi mulai bertanya, apakah ia harus bertahan. Kala kesepian dan tidak ada lagi kehangatan dalam pernikahan yang ia rasakan lagi. Seakan kekosongan muali menggerogoti jiwanya sedangkan suaminya seakan sibuk dengan dunianya sendiri, membiarkan dirinya kesepian dalam ikatan pernikahan yang entah sampai kapan.

TBC.

Terpopuler

Comments

Riddle Girl

Riddle Girl

aku mampir kak, makasih kotak hadiahnya

2025-06-21

0

Asphia fia

Asphia fia

mampir

2025-10-07

0

Soraya

Soraya

mampir thor

2025-09-17

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1
2 Chapter 2
3 Chapter 3
4 Chapter 4
5 Chapter 5
6 Chapter 6
7 Chapter 7
8 Chapter 8
9 Chapter 9
10 Chapter 10
11 Chapter 11
12 Chapter 12
13 Chapter 13
14 Chapter 14
15 Chapter 15
16 Chapter 16
17 Chapter 17
18 Chapter 18
19 Chapter 19
20 Chapter 20
21 Chapter 21
22 Chapter 22
23 Chapter 23
24 Chapter 24
25 Chapter 25
26 Chapter 26
27 Chapter 27
28 Chapter 28
29 Chapter 29
30 Chapter 30
31 Chapter 31
32 Chapter 32
33 Chapter 33
34 Chapter 34
35 Chapter 35
36 Chapter 36
37 Chapter 37
38 Chapter 38
39 Chapter 39
40 Chapter 40
41 Chapter 41
42 Chapter 42
43 Chapter 43
44 Chapter 44
45 Chapter 45
46 Chapter 46
47 Chapter 47
48 Chapter 48
49 Chapter 49
50 Chapter 50
51 Chapter 51
52 Chapter 52
53 Chapter 53
54 Chapter 54
55 Chapter 55
56 Chapter 56
57 Chapter 57
58 Chapter 58
59 Chapter 59
60 Chapter 60
61 Chapter 61
62 Chapter 62
63 Chapter 63
64 Chapter 64
65 Chapter 65
66 Chapter 66
67 Chapter 67
68 Chapter 68
69 Chapter 69
70 Chapter 70
71 Chapter 71
72 Chapter 72
73 Chapter 73
74 Chapter 74
75 Chapter 75
76 Chapter 76
77 Chapter 77
78 Chapter 78
79 Chapter 79
80 Chapter 80
81 Chapter 81
82 Chapter 82
83 Chapter 83
84 Chapter 84
85 Chapter 85
86 Chapter 86
87 Chapter 87
88 Chapter 88
89 chapter 89
90 Chapter 90
91 Chapter 91
92 Chapter 92
93 Chapter 93
94 Chapter 94
95 Chapter 95
96 Chapter 96
Episodes

Updated 96 Episodes

1
Chapter 1
2
Chapter 2
3
Chapter 3
4
Chapter 4
5
Chapter 5
6
Chapter 6
7
Chapter 7
8
Chapter 8
9
Chapter 9
10
Chapter 10
11
Chapter 11
12
Chapter 12
13
Chapter 13
14
Chapter 14
15
Chapter 15
16
Chapter 16
17
Chapter 17
18
Chapter 18
19
Chapter 19
20
Chapter 20
21
Chapter 21
22
Chapter 22
23
Chapter 23
24
Chapter 24
25
Chapter 25
26
Chapter 26
27
Chapter 27
28
Chapter 28
29
Chapter 29
30
Chapter 30
31
Chapter 31
32
Chapter 32
33
Chapter 33
34
Chapter 34
35
Chapter 35
36
Chapter 36
37
Chapter 37
38
Chapter 38
39
Chapter 39
40
Chapter 40
41
Chapter 41
42
Chapter 42
43
Chapter 43
44
Chapter 44
45
Chapter 45
46
Chapter 46
47
Chapter 47
48
Chapter 48
49
Chapter 49
50
Chapter 50
51
Chapter 51
52
Chapter 52
53
Chapter 53
54
Chapter 54
55
Chapter 55
56
Chapter 56
57
Chapter 57
58
Chapter 58
59
Chapter 59
60
Chapter 60
61
Chapter 61
62
Chapter 62
63
Chapter 63
64
Chapter 64
65
Chapter 65
66
Chapter 66
67
Chapter 67
68
Chapter 68
69
Chapter 69
70
Chapter 70
71
Chapter 71
72
Chapter 72
73
Chapter 73
74
Chapter 74
75
Chapter 75
76
Chapter 76
77
Chapter 77
78
Chapter 78
79
Chapter 79
80
Chapter 80
81
Chapter 81
82
Chapter 82
83
Chapter 83
84
Chapter 84
85
Chapter 85
86
Chapter 86
87
Chapter 87
88
Chapter 88
89
chapter 89
90
Chapter 90
91
Chapter 91
92
Chapter 92
93
Chapter 93
94
Chapter 94
95
Chapter 95
96
Chapter 96

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!