Setelah menikah selama 7 tahun, Erwin tetap saja dingin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arum Dalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ingin bercerai
Clara sudah bertekad.
Raisa lantas memeluk sahabatnya itu.
"Tidak apa-apa, bercerai juga pilihan yang baik," Hiburnya.
"Ya." Angguk Clara.
Selesai sarapan, Clara meninggalkan kediaman reisa dan langsung pergi bekerja.
Sebelum pindah ke rumah baru, meski bekerja di tempat yang sama, Clara dan Erwin tidak pernah berangkat bersama.
Salah satu harus berangkat terlebih dahulu.
Selain itu, Erwin selalu menjaga jarak.
Di kantor sekalipun, dalam sebulan belum tentu bisa bertemu.
Anehnya, saat sudah pindah, Clara justru dua hari berturut-turut bertemu dengan pria itu.
Hari ini, penampilan Erwin sama seperti sebelumnya, tampan, tegap dan tenang.
Sama seperti biasa sebelumnya, setiap kali melihat Clara, ekspresi dingin di wajahnya semakin kuat.
Clara hanya melirik dan mengalihkan pandangannya.
Sama seperti kemarin, dia menyapa dengan perlahan, "Pak Erwin."
Setelah pria itu berjalan jauh, barulah dia masuk ke dalam perusahaan.
Hari ini entah apa Nisa berkunjung lagi atau tidak ke perusahaan, Clara tidak peduli.
Dia hanya ingin fokus dengan pekerjaannya.
Siang harinya, nenek keluarga hermosa menelponnya.
"Clara, nenek dapat kiriman kambing dari kota lagan. Sekarang, cuaca mulai dingin. Malam nanti kamu datang ke sini, ya. Nenek sudah minta orang masakan kambing untukmu."
Hati Clara terasa hangat saat mendengar suara ramah neneknya, lalu menjawab, "Baik, Nek. Sepulang kerja aku langsung ke sana."
Hari itu, Clara tidak bertemu Erwin kecuali di pagi tadi.
Clara sudah mengemas barangnya dan bersiap untuk pulang.
Namun saat hendak pulang, Rio memberinya sebuah dokumen dan memintanya untuk menyelesaikan segera.
Clara pun terdiam.
Dia diminta untuk segera menyelesaikannya? Dia membaca sekilas dan menyadari dokumen itu tidak begitu penting dan bisa diselesaikan besok.
Kalau dulu, dia pasti akan dengan senang hati menerimanya dan berjanji akan menyelesaikannya secepat mungkin.
Intinya dia tidak ingin ada perlakuan khusus padanya.
Namun kini, dia tidak ingin menjadi orang yang perfeksionis, apalagi masih berkaitan dengan Erwin.
Terlebih lagi dia juga sangat lelah hari ini.
Clara hanya ingin pulang tepat waktu dan menemani neneknya, tidak ingin lembur.
Sebelumnya, dia selalu ingin menjalin hubungan yang baik dengan sekretaris pribadi Erwin.
Namun sekarang, dia tak perlu melakukannya.
Ditambah lagi kejadian kemarin masih terngiang di benaknya.
Bagaimana tidak, Rio menuduhnya tanpa bukti kemarin.
Mana mungkin, dirinya bisa melupakan kejadian seperti itu begitu saja.
"Aku tidak bisa mengerjakan pekerjaan itu sekarang, Aku mau pulang," Ucapnya dengan nada dingin sambil menatap Rio.
Wajah Rio tampak emosional, sikapnya pun menjadi dingin.
Dia merasa Clara ingin mendapatkan perlakuan khusus karena statusnya.
"Bu Clara, mohon jaga sikapmu dan tetap bekerja secara profesional. Kamu pikir ini rumahmu?" Ucap Rio dengan nada tinggi.
Sikap Clara tidak berubah, dia pun mengambil tasnya sambil berkata, 'Kalau kamu nggak suka, pecut saja aku sekarang."
"Kamu!"
Sebelum ini, Rio sempat mendampingi Erwin ke Lavin.
Sebagai sekretaris pribadi, dia tahu soal pengajuan pengunduran diri Clara.
Meski termasuk orang kepercayaan Erwin, dia tidak berhak begitu saja memutuskan memecat Clara.
Terlebih lagi nenek keluarga Angga sangat menyukai Clara.
Masalah akan semakin panjang jika Clara mengadu pada nenek keluarga Angga.
Meski yakin Erwin akan melindunginya, dia tetap akan dirugikan.
Clara tidak memperdulikan Rio dan berjalan melewatinya begitu saja.
Rio yang merasa diabaikan semakin emosional.
Dia meninggalkan divisi sekretariat dengan kesal.
"Ada masalah apa?" Tanya Farel saat melihat Rio kesal.
Rio pun menceritakan semuanya.
Farel dibuat terkejut saat mendengarnya.
Dia paham bagaimana watak Clara, yah meskipun itu hanya sedikit.
"Clara tidak mungkin seperti itu, Apa mungkin ada salah paham?" tanya Farel penasaran.
"Tidak, kejadiannya memang seperti itu. Kalau menurutku sih dia memang ingin diperlakukan khusus. Aku rasa dia tidak sebaiknya kamu ceritakan," Jawab Rio ketus.
Farel terdiam sejenak lalu berkata, "Apa mungkin karena dia mau undurkan diri dan mulai menyerah?"
Namun, kinerja Clara akhir-akhir ini masih bagus, tidak ada bedanya dengan dulu.
Tepat pada saat itu, tampak Erwin berjalan mendekat.
"Ada masalah apa?" Tanyanya singkat.
"Mengenai Bu Clara, kerjaan belum selesai tapi sudah pulang," Jawab Rio.
"Kalau memang seperti itu, pecat saja sesuai aturan perusahaan," ucap Erwin.
Tampaknya dia memang tidak peduli.
Farel dan Rio lantas tercengang saat mendengarnya.
Bukan karena merasa sikap Erwin pada Clara terlalu dingin.
Tapi tentang apa yang dikatakan Erwin barusan, seolah tak tahu kalau Clara sudah mengajukan pengunduran dirinya.
Bukankah Clara mengundurkan diri atas perintah Erwin?
Saat mereka ingin menjelaskan, ponsel Erwin berdering.
Telepon dari Vanessa.
Erwin tak lagi memperhatikan mereka.
Dia berjalan melewati mereka menuju lift sambil mengangkat telepon.
"Iya, ini aku sudah selesai, sebentar lagi sampai."
Farel dan Rio saling menatap satu sama lain.
"Mungkin pak Erwin lupa?" Celetuk Farel.
"Ya, bisa jadi."
Bagaimanapun, Erwin tidak pernah peduli dengan urusan Clara.
****
Di sisi lain.
Hubungan Elsa dan nenek keluarga hermosa sangatlah dekat.
Sebelum ini, asalkan Elsa ada di rumah, Clara pasti akan membawanya pergi bersama ke kediaman keluarga hermosa.
Namun sekarang berbeda, Elsa memang kembali Maro, tapi belum menghubunginya beberapa hari ini.
Gadis kecil itu justru menghubungi Vanessa setiap hari dan akan rindu jika tidak bertemu selama beberapa hari.
Kalau memang sudah seperti itu, Clara tidak perlu memaksanya.
Terlebih lagi, hubungan Elsa dan Vanessa begitu dekat sekarang.
Nenek pasti akan marah besar jika mengetahuinya.
Yah, apa boleh buat.
Kedatangannya kali ini ke kediaman hermosa hanya seorang diri.
Meski Elsa sudah kembali, dia tidak akan menjemputnya.
Jalanan sore itu terbilang cukup padat.
Dia baru tiba di kediaman hermosa sekitar pukul setengah enam malam.
Begitu melihat Clara, senyuman di wajah nenek lenyap.
"Kamu kurusan, Clara?" Ucap nenek sambil menyentuh lembut wajah Clara dengan penuh kasih sayang.
"Akhir-akhir ini sibuk sekali, Nek, banyak pekerjaan," Jawab Clara dengan pendek.
Nenek tampak menghela nafas panjang lalu berkata, "Meskipun sibuk, kamu harus makan teratur."
"Iya, Nek, aku mengerti."
Clara duduk di samping sambil menyandarkan wajahnya ke bahu nenek.
Dia ingin merasakan kehangatan dari kasih sayang nenek.
Saat daging kambing sudah matang, nenek lantas memerintahkan pelayan untuk membawakan semangat sup kambing untuk menghangatkan tubuh Clara.
Perhatian nenek pada Clara begitu besar.
Hal itu membuat Clara berlinang air mata begitu teringat masalah yang terjadi belakangan ini.
Clara takut nenek akan khawatir jika tahu tentang masalahnya.
Jadi dia segera menenangkan diri dan bertanya, "Apa Bibi sama yang lain belum kembali dari liburan, Nek?"
"Belum, mereka asik liburan. Mereka malah bilang seminggu lagi baru pulang."
cepat2lah clara pergi jauh2 dari kedua manusia tdk tau diri itu..
keberadaannya tidak dianggap sama suami dan anakmu....