NovelToon NovelToon
Dimanja Suami SMA

Dimanja Suami SMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Nikahmuda / Cinta setelah menikah / Beda Usia
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: Meymei

Sebuah bakti kepada orang tua, mengharuskan perempuan berumur 27 tahun menikah dengan laki-laki pilihan kedua orang tuanya yang selama ini ia anggap sebagai adik. Qila yanh terbiasa hidup mandiri, harus menjalani pernikahan dengan Zayyan yang masih duduk di bangku SMA. “Aku akan membuktikan, kalau aku mampu menjadi imam!” Zayyan Arshad Qila meragukannya karena merasa ia lebih dewasa dibandingkan dengan Zayyan yang masih kekanakan. Apakah pernikahan mereka akan baik-baik saja? Bagaimana keduanya menghadapi perbedaan satu sama lain? Haloo semuanya.. jumpa lagi dengan author. Semoga kalian suka dengan karya baru ini.. Selamat membaca..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meymei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Malam Pertama

“Yan, Aku lapar. Ayo pergi cari makan!” kata Qila yang baru saja selesai mandi.

“Kakak mau makan apa?” tanya Zayyan yang meletakkan buku di tangannya.

“Enaknya, bakso, mie ayam, atau gulai kambing?”

“Ibu sudah isi kulkas tadi. Apa Kakak tidak bisa memasak?” Qila menggeleng.

Selama ini ia tidak pernah memasak. Ia hanya membantu mengupas bawang atau memotong sayur saat membantu sang ibu di dapur.

“Kalau aku yang masak, bagaimana?”

“Kamu bisa memasak?”

“Sedikit.” Zayyan beranjak dari duduknya dan pergi ke dapur.

Setelah melihat bahan masakan yang ada di kulkas, Zayyan mengeluarkan ayam, sawi, bakso, dan bahan lain. Qila berdiri memperhatikan Zayyan yang mulai membersihkan ayam.

Ayam yang sudah dibersihkan, ditata di wajan dan diberikan bumbu seperti saus tiram, saus tomat, saus sambal, ketumbar bubuk, bawang putih geprek, lada, kecap, gula merah, penyedap dan garam secukupnya. Lalu ditambahkan air dan dimasak dengan wajan tertutup.

Selanjutnya, Zayyan menumis bakso bersama sawi dan menggoreng tempe. Qila memperhatikan Gerakan Zayyan yang cukup terampil di dapur, merasa takjub. Kali ini ia merasa kalah dengan Zayyan, seorang anak SMA yang bisa memasak.

“Apa kamu sering memasak?”

“Tidak juga. Hanya saat Ayah dan Ibu tidak pulang dari kebun.”

“Apa Ayah dan Ibu menginap di kebun?”

“Iya. Saat masa panen.”

“Cuci tanganmu, Kak!” Qila mengangguk.

Makanan yang sudah Zayyan masak, ditata di meja bundar ruang Tengah. Keduanya makan dengan lesehan di ruang Tengah. Aila tidak menyangka makanan yang di masak Zayyan rasanya sangat enak.

Mungkin ia harus mulai belajar memasak agar tidak makan di luar terus-menerus.

“Mau apa?” Qila mulai waspada saat Zayyan mendekatkan tangannya.

“Makannya jangan sampai belepotan!” kata Zayyan setelah mengusap ujung bibir Qila.

“Kamu bisa mengatakannya!”

“Apa salahnya? Bukankah aku punya hak?” Qila terdiam.

Dengan wajah cemberut Qila menghabiskan makanannya. Zayyan hanya bisa tertawa dalam hati telah berhasil menggoda istrinya.

Selesai sholat isya’ berjamaah, Zayyan kembali belajar karena sudah mendekati kenaikan kelas. Qila yang melihat Zayyan fokus dengan bukunya, diam-diam ke dapur, membuatkan teh untuk suaminya.

Walaupun belum ada perasaan apapun, Qila merasa tugasnya sebagai istri tetap harus memperhatikan suaminya.

“Terima kasih. Kakak tidur dulu saja! Aku nanti menyusul.” Qila mengangguk dan masuk ke dalam kamar tidur.

Di rumah yang mereka kontrak ada dua kamar. Satu kamar untuk kamar tidur dan satu kamar untuk ruang belajar dan sholat karena masing-masing kamar hanya berukuran 250x250 cm.

Qila merebahkan tubuhnya sambil menonton drama di ponselnya. Tetapi baru beberapa menit, Qila sudah memejamkan matanya.

Zayyan yang baru memasuki kamar, menggelengkan kepalanya. Ia menyimpan ponsel Qila di meja dan meluruskan tubuh sang istri. Saat akan memasangkan selimut, tangannya terhenti karena melihat hijab Qila tersingkap dan memperlihatkan leher bersihnya.

“Kamu belum melepaskan hijabmu, artinya kamu belum percaya denganku.” Gumam Zayyan seraya merapikan hijab Qila.

“Aku akan menunggu sampai kamu mau percaya dan menerimaku sebagai suami.” Zayyan mendaratkan kecupan di kening Qila, lalu menempatkan diri di samping sang istri dan memeluknya.

Malam pertama mereka tinggal terpisah dengan orang tua, akan sama seperti dengan malam sebelumnya. Zayyan tidak keberatan. Ia memahami Qila yang belum bisa menerima dirinya saat ini.

Keesokan paginya, Qila tidak berteriak seperti saat pertama kali bangun di pelukan Zayyan. Ia sudah menyiapkan hatinya karena bagaimanapun mereka telah menikah.

Setelah sholat subuh, Qila memakan sarapan yang disiapkan Zayyan dengan patuh. Zayyan juga mengantarkan Qila ke pemberhentian bus karena tidak ingin Qila jalan sendirian.

“Hati-hati!”

“Iya. Kamu juga hati-hati saat berangkat sekolah nanti!” Zayyan mengangguk.

Qila mencium punggung tangan Zayyan dan masuk ke dalam bus setelah melambaikan tangan.

Zayyan juga melambaikan tangannya dengan senyuman. Ia tidak pernah membayangkan, kalau mengantarkan istri bekerja bisa semenyenangkan ini. Ia sudah ketagihan menjadi seorang suami saat ini.

Di sekolah, Zayyan kembali menjadi murid SMA seperti biasa. Yang berbeda adalah ia menjadi sering memperhatikan ponselnya. Teman-temannya sampai merasa aneh dengan perubahan Zayyan.

Biasanya Zayyan tidak begitu memperhatikan ponselnya. Tapi sekarang, Zayyan tetap membawanya bahkan saat jam olahraga.

“Yan, jujur saja! Kamu punya gebetan?” tanya Sehan.

“Tidak.”

“Lalu, kenapa kamu selalu memperhatikan ponselmu?”

“Kenapa?”

“Ini seperti bukan kamu.” Zayyan tidak menjawab.

Ia justru tersenyum melihat pesan masuk di ponselnya. Sehan yang merasa jengah meninggalkan Zayyan sendiri lapangan basket.

Istri Imutku: Aku sedang makan siang di luar. Makanan katering tidak enak hari ini.

Zayyan: Apa perlu membawa bekal dari rumah?

Istri Imutku: Tidak perlu. Kamu akan repot nanti.

Zayyan: Tidak. Mulai besok, bawa bekal saja.

Istri Imutku: Kamu yakin?

Zayyan: Tentu saja!

Tanpa Zayyan sadari, senyumannya saat sedang berkirim pesan memukau beberapa perempuan yang memang sudah menyukainya sejak lama. Salah satu dari mereka adalah Nisa. Perempuan dengan tinggi badan mungil itu mendekati Zayyan dan sekilas melihat pesan masuk dengan nama Istri Imutku.

“Zayyan, siapa istri imut itu?” tanya Nisa penasaran.

“Bukan urusanmu!” Zayyan berdiri.

“Zayyan! Kalau kamu punya pacar, siapa orangnya? Apa aku tidak bisa bersaing dengan adil dengannya?”

Teriakan Nisa, membuat teman sekelasnya yang masih di lapangan menjadi penasaran. Mereka memasang telinga mereka baik-baik untuk mendengarkan percakapan keduanya.

“Kamu tidak pantas!”

“Kenapa tidak pantas? Bukankah kita hanya anak SMA? Apa salahnya pacaran lalu putus? Bukankah itu wajar?”

“Wajar bagimu, bukan berarti aku berpikiran sama! Aku tidak menyukaimu. Carilah laki-laki yang menyukaimu, aku sudah memiliki istri!” Zayyan yang merasa kesal, tanpa sadar menyebut istri dengan lantang.

“Istri? Bagaimana mungkin?” Nisa tidak percaya.

Begitu juga dengan teman-teman yang mendengarnya. Zayyan yang sadar akan kelalaiannya segera membantah.

“Jangan salah paham! Istri yang aku maksud adalah istri masa depan. Aku sudah memiliki calon, jadi jangan mengganggu lagi!”

Setelah mengatakannya Zayyan pergi dari lapangan, meninggalkan Nisa yang hampir menangis. Selain mendapatkan penolakan dari Zayyan, ia juga dipermalukan di depan teman-temannya. Nisa berlari meninggalkan lapangan, diikuti kelompoknya.

1
indy
lanjut
indy
sweet...
indy
lanjut
indy
sweet banget
indy
banyak yang hati, teman sekolah zayyab dan teman kerja qila
Mudrikah Ikah
lanjutan nya mana
Meymei: Sabar ya kak 😁
total 1 replies
Susanti
mampir thor
Meymei: Terima kasih dukungannya kak🥰
total 1 replies
Rian Moontero
qu mampir kak mey🖐🤩🤸🤸
Meymei: Terima kasih dukungannya kak🥰
total 1 replies
indy
hadir
Meymei: Terima kasih dukungannya kak🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!