Kisah ini bukanlah tentang perasaan yang timbul karena adanya ketertarikan pada seseorang, melainkan tentang adanya perasaan yang diawali dari kebencian, lebih tepatnya adalah balas dendam.
Semuanya dimulai dari Devano Alian Laxbara, seorang pemimpin geng motor besar sekaligus pengendali teknologi. Dia memiliki sikap dingin, tegas, dan wajah yang nyaris sempurna. Siapa sangka, seorang Vano yang tak ingin terjerumus ke dalam percintaan kini seketika berubah saat bertemu Azzura Hasnal Alexander, gadis yang dikenal ramah dan ceria, namun ternyata menyimpan banyak rahasia dalam dirinya. Ia sengaja mendekati Vano dengan alasan balas dendam melalui pembunuh bayaran. Seiring berjalannya waktu, ia malah terlanjur jatuh cinta berkali-kali sehingga ia lupa dengan rencana balas dendamnya, yang pada akhirnya ia masuk ke dalam perangkapnya sendiri.
Vano yang curiga akhirnya mengetahui bahwa Zura, yang selama ini ia prioritaskan, ternyata ingin menghancurkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LidaAlhasyim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TAWURAN
Di belakang sekolah, Vano sejak tadi merasakan kekhawatiran bukan terhadap dirinya, tapi terhadap anggotanya.
Cowok itu mendapat informasi dari Dscd ke empat sahabatnya, bahwa akan terjadi hal yang berbahaya.
Sedangkan Bara baru saja sampai dengan keringat yang bercucuran, karena berlari mencari keberadaan Vano.
"Van, Dscd kita kasih tau kalau bentar lagi tawuran!"
"Nanti bakal gue atur, untuk saat ini kita harus bersikap biasa saja agar orang sekitar tidak curiga!"
Bara mengangguk setuju dengan perkataan Vano barusan, ia pun mengabari seluruh anggota agar bersikap biasa saja untuk saat ini. Namun, mereka juga harus mempersiapkan diri di saat musuh tiba.
◦•●◉✿ 𝑣𝑎𝑛𝑜𝑟𝑎 ✿◉●•◦
Zura sejak tadi memperhatikan gerak- gerik Vano dan teman- temannya, tetapi gadis itu sama sekali tidak menemukan tanda- tanda bahwa mereka tau dengan rencana yang ia bahas kemarin.
"Van, pinjemin gue pulpen dong"
Bara datang ke meja Vano, dan langsung mengambil pulpen tanpa menunggu cowok itu memberikannya.
"Gak punya modal ya?" sindir Sasya, yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Bara.
"Gue, lo bilang gak punya modal, trus gue nafkahin cewek - cewek gue pake apa perguso!" ucap Bara dengan menekan kata " cewek" untuk memancing gadis itu.
"Percuma bar, tapi lo mainin hati mereka doang kan, bukan karena lo emang sayang sama mereka!"
Ucapan Sasya membuat Bara yang semula duduk dengan tenang di bangkunya, kini bangkit dan melangkah kearah meja Sasya, badan kekar cowok itu menutup pandangan Sasya kearah papan tulis.
Sasya menelan salivanya dengan kasar, merasa takut bila Bara melakukan sesuatu yang tidak diinginkannya.
"Lo bilang apa tadi?"
"Gue cuma bil---"
"Asal lo tau, sebanyak apapun cewek yang gue deketin karena bosen, bukan berarti gak ada yang gue sayang!"
Belum sempat Sasya menjawab, Bara sudah memotongnya.
Tak di sangka tatapan Bara saat ini berbeda dengan tatapan sebelumnya yang terlihat menjengkelkan, kini berubah menjadi tatapan yang begitu dalam, sampai- sampai Sasya larut dalam mata hitam pekat milik cowok itu.
"Ehem!"
Rangga berdehem seakan tau dengan keadaan sekitarnya, Bara dan Sasya pun tersadar.
"Sampai sini paham!" ucap Bara, dan kembali menuju bangkunya, karena bapak Darwis telah memasuki ruangan kelas.
"Maaf ya, tadi Bapak ada urusan sebentar."
"iya Pak!" sahut Rangga dengan keras, membuat Pak Darwis heran.
"Sepertinya, kamu sangat bersemangat sekali hari ini."
"Terinspirasi dari kisah cinta seseorang Pak!"
Bara menoleh kearah Rangga, dengan memastikan bahwa bukan dirinya yang sedang cowok itu maksud.
"Kisah cinta siapa Rangga?" tanya bapak Darwis mencari tahu.
"Ada deh pak, pokoknya kisahnya itu mendekati banyak gadis, tapi hanya satu gadis yang ada di hati".
"Apa sih lo, gak nyambung banget " ucap Rayyan dan langsung di anggukkan oleh Akmal dan Vano.
"Udah pak, gak usah di tanggapi , kawan saya memang suka mengarang sebuah cerita."
"Oh, yasudah, kita masuk kedalam pelajaran bahasa Indonesia, coba buka halaman 126."
Semuanya pun belajar dengan begitu semangat, apalagi Pak Darwis adalah guru pavorit SMA Galaxa, siapa yang tidak suka dengan guru yang satu ini, sangat pengertian dan sangat pandai membuat semua orang ceria dengan caranya sendiri.
◦•●◉✿ 𝑣𝑎𝑛𝑜𝑟𝑎 ✿◉●•◦
Kericuhan terjadi di depan gerbang sekolah SMA Galaxa, untungnya semua murid sudah terlebih dahulu pulang. Saat ini akan terjadinya sebuah tawuran.
Vano sudah mempersiapkan ini sejak awal, terlihat di sana, banyak murid dari luar sekolah, yang tidak mengenal satu sama lain, tapi saling menyerang.
"Gue gak nyangka bakal tawuran kaya begini!" ucap Bara kepada Ariyan, tapi masih fokus kepada serangan lawan.
Banyak sekali anggota Albatross yang terluka, tapi mereka berhasil menyerang mundur orang asing yang tiba-tiba menyerang mereka.
Sedangkan Vano, mencengkram kerah baju salah satu dari mereka. " Siapa ketua lo?"
Ucapan Vano hanya di gelengkan oleh mahasiswa yang saat ini hampir kehabisan oksigen, akibat cengkeraman Vano yang begitu kuat.
"Kalo pengen nyawa lo selamat, kasih tau gue sekarang!" hertakan Vano membuat seseorang itu takut, ia pun menunjukkan seorang laki-laki yang memandangi mereka dari kejauhan.
Vano menghempaskan orang itu dengan kasar, kemudian cowok itu pun berlari menuju dalang dari semua ini,
tapi Vano sama sekali tidak menemukan orang itu.
"Van!"
Vano menoleh saat Ariyan datang memanggilnya, terlihat Ariyan ingin menunjukkan sesuatu.
"Gue gak sengaja lihat Hp lo jatoh."
"Makasih!"
Vano pun membuka ponsel nyasaat suara notifikasi muncul.
-------------------------------------------------------------------
<08××××××××**
-------------------------------------------------------------------
<08××××××××**>
Ini baru awal....
Selamat mempersiap diri untuk
sisa hidup anda menuju kematian, ketua yang terhormat.
--------------------------------------------------------------------
"Cabut! " ucap Vano, tanpa mempedulikan pesan dari orang asing itu. Cowok itu pun lebih dulu menaiki motornya, kemudian langsung di ikuti oleh yang lainya.
Pikiran Vano saat ini sedang campur aduk, memikirkan bagaimana nasib Albatross kedepannya. Vanoa pun melajukan motornya dengan membabi buta.
Vano selalu berusaha dan berdoa untuk melindungi anggotanya yang sudah ia anggap sebagai keluarga besar. Satu saja dari mereka yang di sakiti, maka Vano tidak akan pernah tinggal diam.
Seluruh jiwa dan raganya akan selalu ia pertaruhkan untuk melindungi orang yang ia sayangi.
Masalah demi masalah telah ia lewati, dan melatihnya untuk menjadi lebih kuat dalam melawan rintangan berikutnya. Namun, jika dirinya tiada, siapa yang akan melindungi mereka?
◦•●◉✿ 𝑣𝑎𝑛𝑜𝑟𝑎 ✿◉●•◦