Aditya Kalandra wiratmaja tidak pernah menyangka bahwa kekasihnya, Nathasya Aurrelia pergi meninggalkannya tepat di hari pernikahannya. Dalam keadaan yang kalut ia dipaksa harus menerima pengantin pengganti yang tidak lain adalah adik dari sahabatnya.
Sementara itu, Nayra Anindhira Aditama juga terpaksa harus menuruti permintaan sang kakak, Nathan Wisnu Aditama untuk menjadi pengantin pengganti bagi Aditya atas dasar balas budi.
Apakah Nayra sanggup menjalani kehidupan barunya, dan mampukah dia menakhlukkan hati Aditya.
Ataukah sebaliknya, apa Nayra akan menyerah dan pergi meninggalkan Aditya saat masalalu pria itu kembali dan mengusik kehidupan rumah tangga mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MauraKim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tentang Masa Lalu Aditya
Nayra berjalan pelan di samping Arsyila, mereka menyusuri taman yang berada di halaman belakang rumah keluarga Wiratmadja. Udara pagi terasa sejuk, angin berhembus lembut menerpa wajah cantik mereka berdua.
"Rumah ini besar sekali," ujar Nayra, mencoba mencairkan suasana.
Arsyila tersenyum. "Iya, terlalu besar kalau hanyadi huni oleh kita bertiga. Dulu, aku sering berharap punya lebih banyak saudara, tapi itu tidak mungkin. Yang ada, Kak Aditya malah sibuk dengan dunianya sendiri."
Nayra melirik Arsyila sekilas.
"Sepertinya kau sangat menyayangi Kakakmu."
"Tentu saja. Kak Aditya memang dingin dan jarang menunjukkan perasaannya, tapi dis selalu melindungi kami, terutama jika itu menyangkut Mama. Kak Aditya akan selalu menjadi garda terdepan melebihi Papa."
Arsyila berhenti sejenak sebelum melanjutkan, suaranya sedikit lebih pelan. "Itulah kenapa aku tidak pernah benar-benar menyukai Natasya."
Nayra mengernyitkan dahinya. "Natasya, Kenapa?"
Arsyila menghela napasnya pelan, lalu duduk di bangku taman, ia pun mengajak Nayra agar ikut duduk di sampingnya. "Natasya,, dia hanya peduli dengan dirinya sendiri. Profesinya sebagai model membuatnya sibuk. Tapi yang lebih buruk, dia tidak pernah benar-benar peduli pada Kak Aditya. Apalagi pada keluarga kami. Dia sering mengabaikan Mama, tidak pernah berusaha dekat denganku, dan hanya muncul saat membutuhkan sesuatu."
Nayra terdiam. Ia tidak menyangka akan mendengar pengakuan seperti ini. Dari yang ia tahu, Natasya adalah seorang model ternama dan memiliki paras yang sempurna. Selama ini ia berpikir bahwa wanita itu di sukai keluarga Wiratmadja.
"Mama juga sebenarnya tidak pernah menyukainya," lanjut Arsyila. "Tapi Kak Aditya tetap bertahan dengannya, entah karena cinta atau hanya karena sudah terlanjur terbiasa. Kami tidak pernah ikut campur. Karena setiap Mama membahas hubungan Kak Aditya dengan Natasya, Kak Aditya selalu membangkang dan keras kepala. Itulah yang menyebabkan hubungan kami sedikit renggang. Sampai wanita itu akhirnya memutuskan pergi, Kak Aditya tidak hanya terlihat sangat terpukul." Arsyila menghentikan sejenak ucapannya.
"Kak Aditya jelas terlihat malu menghadapi keluarganya sendiri, karena ulah mantan kekasihnya itu. Mungkin itulah salah satu alasan Kak Aditya tidak menolak sama sekali saat Papa meminta dia menikahi kamu, Kak. Mungkin kami terlihat kejam di mata kamu. Tapi demi Tuhan, aku sangat bersyukur karena kamu yang menjadi istri Kak Aditya sekarang."
Nayra menatap wajah Arsyila, ia bisa menangkap ada ketulusan dalam kata-katanya.
"Sejujurnya aku lebih suka padamu, Kak. Meskipun kita tidak pernah bertemu sebelumnya, tapi aku tahu kalau kamu adalah sosok yang pantas buat Kak Aditya." lanjut Arsyila dengan wajah berseri.
Nayra tertegun merasa heran dengan ucapan Arsyila. "Bagaimana bisa kamu bisa seyakin itu Arsyila, bagaimana kalau aku ternyata tidak sebaik yang kamu kira?"
Pertanyaan Nayra justru membuat Arsyila tersenyum, "Tentu saja aku tahu Kak, setiap datang ke sini, Kak Nathan selalu menceritakan tentangmu. Dia berkata kalau aku pasti akan cocok denganmu karena umur kita yang hanya selisih dua tahun dan kepribadian kita yang hampir sama. Mungkin ini sudah Takdir Tuhan, Kak Nathan yang selalu menceritakan kebaikan kamu dan berharap kita bisa berteman. Nyatanya itu yang membawamu menjadi menantu di keluarga ini. Apa kamu tahu alasanya, Kak?"
Arsyila tersenyum usil melihat wajah Nayra yang binggung sembari mengelengkan kepalanya, "Itu karena setiap Kak Nathan menceritakan tentangmu, aku selalu menceritakannya kepada Mama dan Papa. Dan ya, meskipun tidak ada yang pernah bertemu denganmu secara langsung, tapi kita merasa sudah sangat mengenalmu. Apa kamu tidak heran sama sekali saat Mama tiba-tiba menyapamu saat kamu datang ke Acara kemarin?"
Nayra sejenak berpikir, mengingat-ingat kilasan kejadian saat Mama Hanum tiba-tiba memanggil namanya dan menyapanya saat mereka baru tiba kemarin. "Kamu benar Syila, aku bahkan baru sadar sekarang. Kenapa Mama langsung tahu siapa namaku, padahal sebelumnya kita tidak pernah bertemu."
"Ya kalau soal nama kamu, itu pasti karena Mama tahu dari Tante Sarah yang lumayan dekat dengan Mama. Tapi kalau soal kepribadian kamu, mereka tahu dari aku. Itulah alasan kenapa Papa langsung memilihmu mengantikan mantan kekasih Kak Aditya."
Nayra tertegun, mendengar penjelasan Arsyila yang di luar dugaannya. Dalam hati ia berpikir, sebenarnya sedekat apa Kakaknya dengan Arsyila sampai-sampai menceritakan tentangnya kepada Arsyila?
Ada perasaan aneh yang di rasakan di dadanya. Jadi, sejak awal keluarga Wiratmadja sudah lumayan mengenalnya? Dalam hati Nayra merasa binggung, ada semacam kelegaan. Namun di sisi lainnya, juga ada semacam beban berat yang ia rasakan.
Senja perlahan turun, menyelimuti langit dengan gradasi jingga yang semakin lama semakin memudar. Suasana di dalam rumah mulai berubah, lampu-lampu kristal mulai menyala. Memberikan cahaya hangat yang mengantikan sinar matahari yang telah tenggelam di ufuk barat.
Setelah menghabiskan waktu pagi hingga siang bersama Arsyila, Nayra kembali ke kamarnya untuk beristirahat sejenak. Namun, pikirannya masih di penuhi dengan banyak hal, tentang pernikahannya, tentang keluarga dan lingkungan baru yang harus ia sesuaikan. Dan terutama tentang Aditya yang begitu sulit ia pahami.
Saat waktu makan malam semakin dekat, Nayra memutuskan untuk pergi ke dapur. Melihat aktivitas para Asisten rumah tangga yang sibuk menyiapkan hidangan, ia merasa ingin melakukan sesuatu. Setelah meminta izin, dan sedikit perdebatan karena para Asisten rumah tangga di rumah Wiratmadja sempat tak mengizinkan, Nayra akhirnya ikut turun tanggan. Sebisa mungkin ia meyakinkan semua yang berada di dapur bahwa ia tidak masalah jika harus membantu, Nayra memasak beberapa hidangan yang nantinya akan di sajikan di meja makan.
Ketika jam makan malam tiba, semua sudah tertata dengan rapi. Aroma sup ayam hangat menguar, bercampur dengan aroma hidangan lainnya.
Setelah memastikan semua masakan sudah tersaji dengan rapi, Nayra melangkah ke ruang makan, ia mendapati Mama Hanum dan Arsyila sudah duduk di meja. Aditya juga ada di sana, duduk di tempatnya dengan ekspresi dingin seperti biasa.
"Masakan ini kamu yang buat sendiri, Nayra?" tanya Mama Hanum dengan nada lembut saat melihat hidangan yang tersaji.
Nayra mengangguk pelan. "Iya, Ma. Aku hanya ingin sedikit membantu."
"Oh, Sayang. Ini kejutan yang menyenangkan," ujar Mama Hanum sambil tersenyum. "Tapi apakah kamu tidak kecapekan nak? Lain kali jangan terlalu memaksakan diri ya. Tapi Mama senang sekali memiliki menantu yang pandai masak seperti kamu."
Nayra tersenyum mendengar ucapan Mama Hanum, "Terima Kasih, Ma. Maaf Nayra tidak meminta izin dulu saat mengunakan dapur Mama."
"Tidak apa-apa sayang, ini juga kan rumah kamu. Jadi kamu bebas melakukan apa saja, asal jangan terlalu memaksakan diri ya." Mama Hanum memberikan peringatan dengan nada lembut.
"Iya, Ma." sahut Nayra.
Arsyila yang duduk di sebelah Nayra, ikut menimpali. "Wah, ini pertama kalinya aku mencicipi masakan Kak Nayra! Aku penasaran bagaimana rasanya."
Dengan Antusias, Arsyila mengambil sendoknya dan mencicipi sup ayam yang Nayra buat. Matanya langsung berbinar, "Astaga! Ini enak sekali, Kak!" serunya. "Ma, coba deh!"
Mama Hanum ikut mencicipi dan tersenyum puas. "Nayra, masakan kamu benar-benar enak. Rasanya pas, tidak berlebihan dan sup nya sangat hangat di perut. Ini bahkan lebih enak dari masakan Mama."
Nayra menghela napas lega, ia memang suka memasak. Tapi tetap ada rasa canggung saat pertama kali menyajikan makanan untuk keluarga suaminya. Mendengar pujian dari Mama Hanum dan Arsyila membuatnya merasa lebih percaya diri.
Namun, tidak ada satu pun reaksi dari Aditya. Pria itu hanya makan dalam diam, wajahnya tetap tanpa ekspresi.
"Apa Mas Aditya tidak suka dengan masakanku?" gumamnya dalam hati, sembari melirik sekilas ke arah Aditya.
Izin yaa