Winda Hapsari, seorang wanita cantik dan sukses, menjalin hubungan kasih dengan Johan Aditama selama dua tahun.
Sore itu, niatnya untuk memberikan kejutan pada Johan berubah menjadi hancur lebur saat ia memergoki Johan dan Revi berselingkuh di rumah kontrakan teman Johan.
Kejadian tersebut membuka mata Winda akan kepalsuan hubungannya dengan Johan dan Revi yang ternyata selama ini memanfaatkan kebaikannya.
Hancur dan patah hati, Winda bersumpah untuk bangkit dan tidak akan membiarkan pengkhianatan itu menghancurkannya.
Ternyata, takdir berpihak padanya. Ia bertemu dengan seorang laki-laki yang menawarkan pernikahan. Seorang pria yang selama ini tak pernah ia kenal, yang ternyata adalah kakak tiri Johan menawarkan bantuan untuknya membalas dendam.
Pernikahan ini bukan hanya membawa cinta dan kebahagiaan baru dalam hidupnya, tetapi juga menjadi medan pertarungan Winda.
Mampukah Winda meninggalkan luka masa lalunya dan menemukan cinta sejati?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34
“Mereka memberikan aku panggung. Mana mungkin aku melewatkan kesempatan begitu saja?”
Winda menatap lekat mata suaminya. Senyum misterius yang tercetak di sudut bibir pria itu sungguh mencurigakan. Apa Ardan punya rencana yang dia tidak tahu?
Ardan melepaskan perlahan tangan Winda yang mencekal pergelangan tangannya. Mengecup sekilas kening wanita itu, tersenyum manis, lalu berjalan ke arah panggung diiringi gemuruh tepuk tangan yang bergema. Ardan Bagaskara adalah nama yang cukup disegani di antara para pemimpin perusahaan. Tidak heran jika setiap katanya sangat dinanti.
“Sayang, tunggu.” Winda berusaha mengimbangi langkah kaki suaminya. Namun tak bisa. Suaminya sudah berada di atas panggung dan dirinya tertinggal di antara para tamu undangan yang hadir. Dapat terlihat olehnya Johan yang tertawa menyeringai. Begitupun Gunawan yang kini telah berada di atas panggung bersama dengan putranya.
Winda menatap penasaran ke arah suaminya yang telah memegang mic. Apa sebenarnya yang tersimpan di balik senyum manis pria itu? Kenapa kali ini dia tidak bisa menebak raut wajah suaminya?
“Terima kasih, pada Tuan Johan dan juga Gunawan Aditama. Saya salut, perusahaan ini yang beberapa waktu lalu dinyatakan bangkrut, kini kembali bangkit bahkan bisa menggelar acara semegah ini. Semoga saja tidak akan jatuh kembali setelah launching produk. Ha ha ha ha.”
Winda menepuk keningnya. Suaminya tertawa tanpa tahu tempat. Itu sebenarnya pujian atau sindiran? Atau malah kutukan. Terlihat Johan mencebik. Sepertinya kata-kata Ardan sama sekali tak berhasil menyentil otaknya.
“Saya turut senang atas peluncuran produk baru ini. Walaupun kalau saya amati, saya seperti hafal komposisi apapun yang terkandung di dalamnya. Bukan Tanpa alasan, karena produk ini sebenarnya adalah bahasan dari karyawan perusahaan saya yang kini berbaris di ujung sana, dan telah menyatakan bergabung dengan Aditama grup.”
Dengan jari telunjuknya Ardan menunjuk ke arah para karyawan pembelot yang masih berkerumun. Sorot mata para hadirin yang tiba-tiba beralih ke arah mereka, membuat raut yang semula penuh tawa kini berubah.
“Tidak masalah bagi saya jika sebagian karyawan pindah ke sini. Mungkin Aditama grup lebih membutuhkan. Seperti yang Anda semua tahu, perusahaan ini dinyatakan bangkrut beberapa waktu lalu. Tentu akan sangat sulit mencari karyawan yang benar-benar berpotensi.”
Ardan benar-benar tidak sopan. Lihatlah wajah para pembelot itu yang kini menjadi pucat pasi.
“Dan juga untuk ide produk yang tak jadi kami luncurkan itu. Saya juga mengikhlaskannya. Ide-ide seperti itu banyak di perusahaan kami. Dan itu sama sekali tidak terpakai. Jadi lebih baik dimanfaatkan daripada mubazir bukan?”
Ya Tuhan. Ardan ini sedang memperlihatkan borok atau bagaimana? Lihatlah, kini semua yang hadir jadi seperti kumpulan lebah. Lihat juga wajah Gunawan dan Johan yang semula semringah kini berubah seperti kapas. Perusahaan yang baru saja akan bangkit, ternyata memungut sesuatu yang tak berguna dari Ardan Bagaskara. Apa tidak memalukan?
“Dan,,, oh iya.” Tampaknya manuver Ardan masih belum selesai.
“Mumpung saya diberikan kehormatan, sepertinya tidak masalah jika saya ingin memberitahukan bahwa dalam waktu dekat ini perusahaan Bagaskara juga akan meluncurkan produk baru. Di mana produk itu adalah bentuk sempurna dari produk yang baru saja diluncurkan oleh Aditama group. Kami siap bersaing di jalur yang sama. Terima kasih.”
Ardan tersenyum, turun dari podium. Berjalan ke tepi panggung dan membungkukkan sedikit badannya. Memberikan penghormatan pada seluruh hadirin yang langsung disambut dengan tepuk tangan meriah. Tepuk tangan yang masih terdengar, bahkan saat Ardan sudah turun dari panggung dan berada di tengah para tamu undangan.
Ya Tuhan, acara launching produk yang sejatinya adalah milik Aditama, namun Bagaskara yang menjadi sorotan.
“Apa aku terlihat keren?” Ardan mengedipkan mata begitu sampai di hadapan istrinya.
Winda menyambut kedatangan suaminya yang tadi sempat membuat dirinya sport jantung, khawatir jika pria itu mengamuk di atas panggung. Dihadiahinya wajah pria itu dengan ciuman bertubi-tubi.
“Suamiku memang yang paling keren,” ucapnya.
Ardan menekuk sikunya, Winda pun segera melingkarkan tangan untuk menggamitnya. Keduanya berjalan melenggang meninggalkan tempat acara dengan hati riang. Tanpa tahu jika di atas panggung sana Johan dan Gunawan menatap kepergian mereka dengan rahang mengeras. Mereka telah menghabiskan dana yang besar untuk acara ini. Kenapa panggung promosi justru menjadi milik Ardan? Tepuk tangan yang bergema adalah untuk Ardan.
*
*
*
“Aku lapar. Kita makan dulu sebelum pulang.”
Winda mengangguk saja ketika suaminya menyuruh sopir untuk membelokkan mobil ke restoran yang mereka lewati. Wanita itu masih benar-benar terkejut dengan apa yang dilakukan Ardan tadi. Suaminya benar-benar pria langka. Memanfaatkan kesempatan di tengah provokasi lawan.
Tidak ada kemarahan, tidak ada adu otot. Tapi kalimatnya yang halus justru sangat mematikan. Menginjak lawan hingga tak berkutik.
“Apa kamu baik-baik saja?” tanya Ardan karena sejak tadi Winda hanya diam.
“Aku?” Winda menunjuk hidungnya sendiri. “Aku kenapa?” Bingung akan pertanyaan suaminya.
“Sejak tadi kamu hanya diam saja.”
Seketika Winda tertawa terkekeh. “Aku baik-baik saja. Aku hanya sempat sempat takut. Aku pikir kamu akan lepas kendali dan menghajar Johan. Jadi aku speechless tadi. Kamu benar-benar membuatku tak bisa berkata-kata.”
Ardan tersenyum sambil menggenggam tangan istrinya. Diambilnya hand sanitizer yang selalu tersimpan di tas Winda, menyemprot tangan Winda, lalu membersihkannya menggunakan tisu yang ada di atas meja di hadapan mereka. Sungguh, diperlakukan seperti itu membuat hati Winda menghangat.
“Aku tidak suka istriku disentuh pria lain. Jika tadi di sana hanya ada Johan, mungkin dia sudah berakhir tanpa nama. Aku memperhatikan kalian dari jauh, dan melihat kalau kamu sudah menolak. Tapi dia masih saja berusaha untuk mengusik. Aku tidak akan tinggal diam. Aku selalu membalas orang yang mengusik milikku dengan pelajaran yang sesuai dengan versiku.”
Obrolan keduanya terhenti sejenak dengan datangnya pelayan yang mengantar pesanan mereka.
“Ya yaa,,, suamiku memang yang paling hebat. Sekarang, ayo kita makan. Anggap ini perayaan kecil atas launching kita tadi.”
Ardan melongo melihat istrinya makan seperti orang kelaparan. Benar-benar seperti orang kalap. Pria itu merasa sedikit aneh. Meskipun kelaparan, biasanya Winda tak seperti itu. Tapi masa bodoh lah. Lebih bagus jika Winda bisa tetap makan dengan lahap di tengah situasi yang sedang mereka hadapi. Ardan pun segera melahap hidangan yang ada di hadapannya. Ia juga lapar. Menahan emosi benar-benar membuat perut keroncongan.
Lupakan cara licik mereka yang bisa dipastikan gagal total. Mengisi perut lebih penting. Pasti Johan dan Gunawan sangat marah. Bagaimana tidak, di acara milik mereka, Ardan mengumumkan launching produk baru.
Pasti sebelumnya mereka berpikir, karena ide telah dicuri, maka Ardan pasti akan berhenti produksi dalam waktu lama. Namun, tiba-tiba saja Ardan mengumumkan akan launching produk dalam waktu dekat. Bagaimana bisa?
Sekarang, mau tidak mau, siap tidak siap, mereka harus siap tetap bersaing.
nama fans nya udah bisa di ganti tuhh..kali aja mau di ganti ArWa🤭 Ardan dan winda
mana mau winda mungut sampah yg sudah dibuang/Right Bah!/
🤔
kalo tuan bagaskara dan nyonya.. berasa terpisah